aku

13.5K 408 40
                                    

nasib terbaik adalah tidak dilahirkan
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan
Yang tersial adalah umur tua.
Rasa-rasanya memang begitu.
Bahagialah mereka yang mati muda.²

Semuanya ini membuat aku cemas menghadapi masa depan.
Gairah, senang, tapi di lain pihak putus asa, takut, cemas dan lain-lain.

Aku bukan nasionalis, bukan katolik,
Bukan sosialis.
Aku bukan buddha, bukan protestan,
Bukan westernis.
Aku bukan komunis.
Aku bukan humanis.
Aku adalah semuanya.
Mudah-mudahan inilah yang di sebut muslim.
Aku ingin bahwa orang memandang dan menilaiku sebagai suatu kemutlakan (absolute entity)
Tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana saya termasuk serta dari aliran apa saya berangkat.³

Aku bukan Hatta, bukan Soekarno,
bukan Sjahrir, bukan Natsir, bukan Marx
Dan bukan pula yang lain-lain.
Bahkan ... Aku bukan Wahib.⁴

Aku bukan Wahib. Aku adalah me-Wahib.
Aku mencari, dan terus menerus mencari, menuju dan menjadi Wahib.
Ya, aku bukan aku. Aku adalah meng-aku, yang terus-menerus berproses menjadi aku.

Tapi sekarang aku berpikir sampai dimana seseorang masih tetap wajar , walau ia sendiri tidak mendapatkan apa-apa. Seseorang mau berkorban buat sesuatu , katakanlah ide ide, agama, politik atau pacarnya. Tapi dapatkah dia berkorban buat tidak apa apa? Aku sekarang tengah terlibat dalam pemikiran ini. Sangat pesimis, dan hope for nothing. Aku tidak percaya akan sesuatu kejujuran dari ide-ide yang berkuasa, aku tak percaya Tuhan ... Tetapi aku sekarang masih mau hidup. Aku tak tahu motif apa yang ada dalam unconscious mind-ku sendiri.

Pandanganku yang agak murung , bahkan skeptis ini pernah dinamakan sebagai destruktif, ... Tetapi bagaimana bila memang hidup adalah keruntuhan demi keruntuhan? Apakah kita harus berpaling dari kata kata ini? Aku kira tidak, ... Makin aku belajar sejarah , makin pesimis aku, makin lama makin keritis dan skeptis terhadap apa pun. Tetapi tentu ada suatu motif mengapa aku begini. Memang life for nothing agak nya sudah aku terima sebagai kenyataan.

Soe Hok Gie, Catatan Seorang demonstran . 30 Maret 1962. Hal : 7-8.

Soe Hok Gie (MasihAda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang