Cerita Lima : Kim Yeo Jin (Bagian I)

378 25 0
                                    

CERITA 5 (Bagian I)

"Tentang Diriku"

Kim Yeo Jin

"Semua tentang kehidupan adalah kebahagiaan, kan?"

***

2013, dua tahun lalu.

"Dasar anak sial! Semua ini salahmu, dasar bodoh!"

Entah sudah berapa kali Kim Seok Jin melontarkan sumpah serapah—serta tamparan keras pada sosok gadis kecil di depannya. Sementara itu, yang disiksa hanya diam saja—dengan wajah memerah dan penampilan yang acak-acakan, hanya ada air mata yang mengalir tanpa suara.

"Appa dan Eomma pergi karenamu! Sekarang bagaimana kau mempertanggungjawabkannya?!"

Orang-orang di sekitarnya mungkin sudah tak mampu menghadapinya. Bahkan bibi-bibinya—yang terkenal galak dengan keponakan-keponakannya pun tidak ingin menolehkan kepala pada kedua keponakannya yang sedang terlibat perkelahian yang serius. Mereka malah melanjutkan kegiatan melayani tamu yang datang ke rumah duka hari ini.

Tamparan keras kini beralih menjadi sebuah jambakan keras pada puncak kepala Kim Yeo Jin. Air mata gadis itu mengalir keras dari pelupuk matanya yang sudah membengkak dan tangisnya pun pecah seketika kala kakak laki-lakinya kembali memakinya hanya karena kesalahan—yang menurutnya bukan sepenuhnya salahnya. Ia ingin melawan, tapi apa daya—hidupnya bisa saja berakhir saat itu juga.

"Kim Seok Jin, hentikan!"

Diam-diam, Kim Yeo Jin menghela napasnya lega kala salah seorang pamannya berani menariknya lepas dari cengkraman Seok Jin. Setidaknya ia bisa berada di posisi aman untuk sesaat jika ada orang yang lebih tua mengawasinya.

Paman itu berjongkok di depan Yeo Jin—menatapnya lembut. "Yeo Jin-a, mulai sekarang kau akan tinggal bersama Paman. Kau mau, kan?"

Perlahan senyum Yeo Jin otomatis merekah—dan dengan wajah bengkaknya ia mengangguk keras tanda setuju. Mungkin saja ia akan tenang jika tinggal bersama pamannya.

***

Seperti dugaannya—Kim Yeo Jin memang merasa aman tinggal di rumah pamannya sejak kedua orangtua meninggal. Kim Seok Jin bahkan sama sekali tidak menyentuhnya. Lelaki yang lebih tua dua tahun darinya itu malah bersikap biasa saja padanya—seolah tidak ada yang pernah terjadi di antara mereka.

Tapi, sikap Kim Seok Jin yang tenang hanya berlaku di rumah.

Justru saat-saat menderita Yeo Jin kembali dirasakannya ketika ia berada di sekolah. Tidak ada teman, tidak ada yang mempedulikannya. Semuanya seratus delapan puluh derajat berbeda—termasuk sikap Kim Seok Jin yang berubah mengerikan padanya.

Setiap hari ia sudah dianggap layaknya budak oleh Seok Jin dan teman-temannya. Tidak ada waktunya untuk bersantai, tidak ada waktu tenangnya di sekolah. Saat jam istirahat, ia harus menyediakan makanan kakak laki-lakinya dan lima orang temannya yang lain. Dan saat jam pulang sekolah ia terkadang diperintahkan untuk pergi membeli soju atau tteokpokki. Jika ia tidak menuruti keinginan Seok Jin, ia harus bersiap diri untuk menerima hukuman yang akan menambah penderitaannya.

Kim Yeo Jin sudah merasa dirinya adalah yang paling hina seantero sekolah, bahkan guru-gurunya yang sering melihat keadaannya berantakan lantaran dikerjai oleh geng Seok Jin memilih untuk diam. Bagaimana tidak, kakak laki-lakinya sudah menyandang gelar murid terkejam di sekolah. Seok Jin tidak akan takut pada siapapun dan tidak ada yang berani untuk menentang semua perbuatannya. Walau pihak sekolah sudah mengingatkannya beribu-ribu kali sejak lelaki itu masih di kelas dasar, sikapnya tidak pernah berubah.

BUTTERFLY (BTS FANFICTION)Where stories live. Discover now