B A B 1 0

2.9K 269 11
                                    

||10||
A  L i t t l e  W o r k

------

Through little things you don't expect, sometimes you'll find what you're waiting for.

------

Sean memandang ke kejauhan, langit yang tak berujung. Di atap sekolahnya, tak ada yang bisa menganggu dirinya. Yang ada hanya keheningan, dan jujur saja lelaki itu merasa nyaman.

Dia kembali memikirkan Bella, yang sudah cukup lama tak dilihatnya. Bahkan saat dia sebenarnya bertujuan untuk menjenguk gadis itu, yang bisa ditemuinya hanyalah kedua orang tua angkatnya dan kakak lelakinya. Yang membuat Sean bertanya, apa yang terjadi kepada orang tua kandung gadis itu?

Ponselnya tiba-tiba bergetar, dan dengan sigap dia meraih benda pipih yang terletak di saku celana abu-abunya. Layarnya menampilkan sederet angka-angka yang tak dikenalnya, tetapi berlandaskan kesopanan, dia pun mengangkat telepon itu. "Halo?"

"Halo? Ketua kelasnya Bella, kan?" Suara wanita paruh baya yang agak-agaknya familiar menjawabnya. Mendengar bahwa wanita itu menyebutkan nama Bella, mungkin aman untuk menyimpulkannya sebagai ibu angkat gadis itu.

"Iya, Tante... Naya, kan?"

Kekehan kecil terdengar. "Iya, nak. Jadi Tante nelpon karna mau bilang kalau semalam Bella udah sadar. Dan Bella maksa mau masuk sekolah besok."

Mendengar hal itu, kening Sean berkerut dalam. "Apa nggak terlalu cepet, Tan? Bukannya lebih bagus kalo dia istirahat dulu, baru ntar sekolah lagi?"

"Om, Tante, sama Kakaknya juga udah bilang gitu ke dianya, tapi dia maksa. Kami nggak bisa bilang apa-apa. Makanya, Tante nelpon kamu..." Ada jeda sebentar, Naya seakan mempertimbangkan yang akan diucapkannya. "Siapa nama kamu, nak? Tante lupa bertanya kemarin, ya."

"Sean, Tante."

"Ah, iya. Jadi, Tante nelpon kamu mau minta tolong. Boleh, kan?"

Sean tak membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab, secepat dia mengedipkan matanya, semulus jantungnya berdetak, lelaki itu mengangguk. "Boleh, Tante."

Helaan nafas lega terdengar lewat telepon. "Senang mendengarnya. Tante ngira kamu bakal nolak permintaannya. Kalau begitu, Tante bolehkan minta tolong sama kamu buat jagain Bella di sekolah? Dia terlalu rapuh, Tante nggak pernah melihat dia seperti itu sampai sekarang, jadi sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Tante lebih baik mencegahnya."

"Tunggu sebentar, Tante. Saya ingin menanyakan sesuatu, tapi saya harap Tante nggak tersinggung ya." Sean menarik nafasnya. "Gini Tan, Bella kan punya sahabat di sekolah, namanya Aurelia. Kenapa nggak minta tolong sama dia? Kenapa harus saya?"

Yang Sean tidak ketahui, sebenarnya Naya tersenyum hangat dari jauh sana. "Karena hanya kamu yang mengetahui di mana Bella dirawat. Hanya kamu yang bela-belain mencari dia, meskipun itu kurang lebih tugas kamu sebagai ketua kelas, tapi Tante yakin kalau itu adalah orang lain, mereka pasti tidak akan berusaha seperti itu."

Sean terdiam. Saat dipaparkan seperti itu, barulah dia menyadari seberapa kuat usahanya mencari Bella.

"Kamu menyayanginya, kan?"

Pertanyaan yang dilayangkan oleh ibu angkat Bella membuatnya terlalu terkejut sampai dia merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dan kedua kakinya bergerak gelisah.

AtelophobiaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora