11

993 45 0
                                    

POV LINUX

Sudah aku katakan berkali-kali pada diriku untuk menyerah. Tetapi aku tetap berjuang sampai detik ini. Wanita itu memang benar-benar sulit denganku. Ia bahkan tidak pernah benar-benar merespon semua usahaku yang jelas-jelas ingin dia berada disisiku.

Kali ini dengan surat tugas ini haruskah aku benar-benar menyerah?

Benar. Aku harus melepas perasaan ini. Mungkin dengan surat tugas yang mengirimku pergi jauh bisa membuatku melupakannya dia. Dia yang tak pernah benar-benar menanggapi segala usahaku.

*****

POV HALIMAH

"Loh Linux?"

Aku melihat Linux duduk di depan pintu flat. Wajahnya terlihat cukup lelah. Ia menyerahkan kardus kecil yang aku rasa berisi kue.

"Gue mau cabut. Ada pindah tugas biasa junior barusan prajab baru dapet tempat. Kagak tahu bakal balik lagi paling balik pas mudik aja. Jadi emm ya itu sebagai salam perpisahan. Maap kalok banyak salah sampein ke Ainun juga ya..."

Setelah buah tangannya berpindah ke tanganku ia pun pergi. Ada apa dengan anak itu? Haruskah aku memberitahu Ainun?

Tapi, Ainun sedang kuliah lapangan di perkebunan. Sinyalnya saja tidak terjangkau sepertinya Ainun salah memilih operator. Ainun! Operator aja salah pilih, gimana jodoh? Ah sudahlah! Mungkin nanti saja jika ia sudah pulang.

*****

1 bulan berlalu...

Di sebuah toko kue. Ainun melihat-lihat kue yang kira-kira cocok untuk ia jadikan buah tangan anak dari dosen pembimbing skripsinya. Kue dengan irisan strawberry menarik perhatian mata Ainun. Ia menunjukan kepada Halimah yang sedang sibuk menghitung donat coklat untuk Tante Megi.

"ASTAGA AINUN!"

Teriakan dan tepukan jidat keras Halimah membuat Ainun menggeleng kepala. Sedangkan Halimah sibuk meminta maaf kepada para konsumen yang lain sebelum melanjutkan omongannya kepada Ainun.

"Aku baru ingat!"

"Hmm..."

Ainun masih sibuk memikirkan berapa kue yang harus ia bawa. Melihat ia tidak diperhatikan Ainun membuatnya menjadi jengkel. Padahal kabar yang harus ia sampaikan ini cukup penting.

"Linux udah gak disini lagi, Ai! Kemaren dia pamit waktu kau ada di perkebunan. Dia ngasih kue kayak yang kau beli makanya aku jadi inget!"

 Dia ngasih kue kayak yang kau beli makanya aku jadi inget!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Halimah menunjuk kue yang di pesan Ainum di atas piring. Sedangkan Ainun masih sibuk membayar dan mengurus sisa kue yang ia bungkus. Walaupun sebenarnya ia juga baru mencerna apa yang dikatakan oleh Halimah. Sambil membawa kue dan kardus kuenya ke meja ia mulai mengkonfirmasi informasi Halimah.

"Maksudnya?"

"Tunggu bentar, mbak bronis dengan es krim vanilla..."

Kemudian Halimah menyusul Ainun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kemudian Halimah menyusul Ainun. Ia duduk berhadapan dengan Ainun. Berusaha mengumpulkan seluruh informasi yang ada dalam otaknya.

"Ia dipindah tugaskan. Sepertinya wilayah tugas yang kemaren itu cuma sementara setelah prajab baru deh dia ditempatin dan ya gitu sih kalok gak salah tangkep."

"Ooh..."

"Cuma oh doang?"

"Terus?"

"Linux tu pake muka sedih tahu pas bilang gitu. Dia ampek nunggu di depan pintu cuma buat ngasih kue kek gitu. Feeling aku dia beliin kue yang kau suka buat salam perpisahan..."

"Hmmm..."

"Hmm doang?"

"Hali, point pentingnya disini adalah itu perpisahan. Ngerti?"

"Apa?"

"Gak papa."

"Ainun!"

"Dengar! Aku sudah 21 tahun. Aku memang tidak cantik secantik artis. Tapi aku juga pernah menghadapi beberapa laki-laki dan aku mengerti sikapnya. Ia sudah menyerah. Sudah selesai."

Ainun mengakat bahunya. Melanjutkan makannya dengan tenang. Halimah yang tidak terima dengan jawaban Ainun pun angkat bicara.

"Bagaimana dia gak nyerah kalok sikap kamu kayak gini?"

"Terus? Aku harus gimana? Dia meminta aku menjadi pacarnya, apa iya harus aku iyain? Huh?"

"APA!"

"Kamu tahu kalok aku udah tobat sama yang namanya pacaran-pacaran gak jelas. Huft... sudahlah. Pemahaman orang dan cara hidup orang kan berbeda-beda."

"Aku kira dia serius mau halalin kamu, Ai..."

Halimah menyuarakan kekecewaannya lirih. Ainun pun hanya tersenyum sinis. Halimah yang melihat itu pun segera memukul kepala Ainun.

"Aww..."

"Aku gak suka kau senyum begitu!"

"Hehehe... sudah selesai. Ayo!"

"Aku antar kau ke rumah sakit setelah itu kau antar aku ke apartemen Tante Megi, okay?"

"Ai---itu..."

"Andro..."

Ainun terpaku melihat sosok Andro dari kejauhan. Halimah melihat itu pun terkaget. Tetapi alam bawah sadar Halimah menyadarkannya dengan cepat. Ia tidak bisa membiarkan Ainun menangisi masa lalunya lagi.

"Ayo pergi!"

"Ainun!!!"

"Eh iya. Ayo!"

MenemukanmuWhere stories live. Discover now