part 4 - LAST

138 9 20
                                    

21 April 2016.

WAAA!!! Hari ini dalam rangka merayakan hari kartini sekolah mewajibkan para guru dan murid perempuan untuk mengenakan kebaya.

Yah, jujur saja aku tidak suka menggunakan baju tradisional itu--kebaya. Selain karena tidak nyaman, aku tidak bisa bergerak leluasa dan saat aku berangkat sekolah--naik motor--semua mata tertuju padaku. Hahaha. Bisa dibilang begitu.

Oke. Singkat cerita. Aku paling suka menonton film dan drama Korea. Dan sering kali, dari beberapa scene aku mengingat satu adegan, dimana seorang tokoh laki-laki mengikatkan sepatu tokoh perempuan. Nah, aku ingin itu juga terjadi padaku.

Aku pernah mencoba beberapa kali, seperti. "Zaaakkk! Iket tali sepatuku dong!" Pasti dia cuma memicingkan mata sambil melengos pergi.

Aku juga pernah coba ke Akbar yang ada aku malah dijahilin. Hingga saat hari kartini, aku bisa merasakannya.

Ada lomba memasak untuk para murid laki-laki. Mahesha dan Oeh menjadi representatif kelasku--oke terus apa hubungannya?. Baiklah, kejadian selanjutnya. Aku ikut mengantarkan ke tempat memasak--lewati lagi bagian ini--dan tali sepatuku lepas. Ya, tali sepatuku memang sering lepas entah kenapa dan aku paling malas untuk mengikatnya kembali. Jadi, aku berkata pada Mahesha. "Maaa, iketin tali sepatuku dong," awalnya di nggak mau. Tapi Lintang eonni menambahi, "iya, susah ya kalau pakai rok kayak gitu,"

Dan akhirnya Mahesha mau! Dia mau! "Sini," hanya satu kata yang dia ucapkan sambil kemudian menali sepatuku.

Tidak hanya itu. Maksudku. Tidak hanya Mahesha. Saat aku pulang sekolah, aku meminta Mahesha untuk mengikat tali sepatuku lagi. Dia berkata iya, tapi seseorang menyangkal.

"Sini, aku aja yang iket," Rifqi. Wah, aku gak minta lho. Tapi dia langsung mengikat sepatuku. Maka aku berkata, "makasih rif,"

***

Aku berharap, dia juga mau mengikat tali sepatuku. Hahaha. Mimpi deh.

***

Sekarang mari kita bahas cerita lain. Dia. Tipe orang yang banyak omong. Dan omongannya itu kadang ngalor-ngidul alias kesana kemari nggak jelas plus nggak nyambung gitu.

Entah saat kapan, yang penting saat itu sedang ulangan. Aku dan dia duduk bersebelahan. Awalnya aku berpikir, wah aku duduk disebelahnya, tapi setelah mendengarnya mengoceh tanpa henti aku jadi berpikir, apa orang ini nggak bisa diam?. Hingga akhirnya kata-kata keluar dari mulutku, "Bisa diem gak sih?!" Aku menatapnya tajam.

Dia langsung mengunci mulutnya rapat-rapat. Tanpa suara. Aku malah tersadar. Perkataanku terlalu kasar, bukan?

"Eh, maaf maaf. Ngomong lagi gak masalah deh," kataku memohon. "Aku cuma lagi bad mood, jadi aku..." aku bingung mau bicara apa. Ya ampun!

"Nggak, aku memang banyak omong jadi, hiks hiks," dia pura-pura nangis dan itu nggak lucu!

Aku malah memandangnya jengkel. Orang ini benar-benar!

***

Aku tahu dia banyak omong. Tapi entah kenapa, apa yang dia lakukan bisa membuat jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya.

***

Aku sedang duduk di depan pos satpan saat itu. Menunggu mama menjemputku. Setengah jam sudah terlwati tapi mama masih belum datang juga. Aku pun bermain dengan ponselku untuk menghibur diri.

DIA [1/2] - AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang