Partner For Life - Part 38

2.7K 93 14
                                    

Lanjut ya ^^ , vote and comment boleh bgt, dan happy reading ya, aku kasih dua part sekaligus deh, part 38 dan part 39, vomment jgn lupa ^^

***



"Kamu tidak usah mengelak! Kamu kan yang sudah melepas masker oksigen Cakka, putra saya, hingga menyebabkan ia hampir saja kehilangan nyawanya. Cepat tangkap dia, Pak!" ujar Papa Cakka yang kembali bergemuruh.

"Saudara Alvin Jonathan Sindunata, anda ditangkap atas tuduhan kasus percobaan pembunuhan terhadap Saudara Cakka Kawekas Nuraga beberapa waktu lalu saat beliau sedang koma di rumah sakit. Bukti dari kamera cctv sudah kami amankan, dan untuk selengkapnya kita lanjutkan di kantor polisi. Jadi, mulai hari ini, anda kami tahan!" ujar salah satu polisi sambil menunjukkan surat perintah penangkapan.

"Argghh,,, shiittt!!!" umpat Alvin seketika.

Dengan sigap, seorang polisi yang sedari tadi mencengkeram tangan Alvin pun memasangkan borgol pada tangan Alvin. Alvin tidak bisa berbuat apa – apa, ia hanya mampu mengepalkan tangannya yang telah tertaut oleh borgol. Sungguh dramatis. Apa yang telah ia lakukan tetap saja akan menuntut pertanggungjawabannya.

"Alvin..." lirih Sivia pelan saat Alvin mulai digiring keluar oleh para polisi itu. Alvin menoleh sejenak pada Sivia yang mulai menangis pelan.

"Maafkan aku, Siv." Ujar Alvin bergetar. Lalu ia berlalu dan menjauh dengan tubuh berada dalam penjagaan ketat dari para polisi.

Dan Sivia, gadis cantik berkulit putih itu hanya bisa tertunduk. Kini, ia hanya bisa menangis, bahkan menegakkan tubuhnya sajapun ia tidak mampu, perlahan tubuhnya merosot ke lantai ruang tamu rumahnya. Suara tangis seenggukan mulai terdengar dari mulutnya. Sesak, itu yang ia rasakan kini.

***

Sabtu, 20 Juni 2015 ( 13:30 WIB )

Jalan Hagya Sopia, Yogyakarta

Rumah Sakit Permata Hijau, Yogyakarta

Di kamar rawat Cakka...

"Gue bersyukur banget lo udah sadar dari koma, Kka. Kita berempat ke sini mau minta maaf sama lo karena udah ikut bikin lo jadi kayak gini." Dayat berujar mantab memandang wajah pucat Cakka yang masih mengenakan masker oksigen dan terbaring di ranjang putihnya.

Ya, saat ini Ray, Debo, Dayat, dan Ozy sedang menjenguk Cakka. Setelah mereka mendapat kabar dari Shilla bahwa Cakka kemarin telah sadar dari komanya, hari ini mereka berempat menjenguk Cakka. Sungguh, sebagai sahabat mereka sangat merindukan Cakka yang begitu lama terbaring koma itu. Dan kini adalah saat yang tepat bagi mereka untuk meminta maaf secara langsung pada Cakka yang sudah sadar, meskipun beberapa waktu lalu mereka sudah meminta maaf ketika Cakka belum sadarkan diri.

Shilla pun saat ini masih setia menemani dan menjaga Cakka di rumah sakit. Gadis itu duduk di kursi samping ranjang Cakka dan selalu menggenggam tangan Cakka, rasanya tidak ingin sekalipun ia meninggalkan Cakka sendirian. Lagipula, kedua orang tua Cakka juga yang meminta Shilla untuk selalu menemani Cakka di rumah sakit.

"Iya, Kka. Kita berempat minta maaf sama lo, dan gue harap kita masih bisa sahabatan sama lo. Kita berempat udah taubat dan udah menjalani hukuman penjara selama lo masih koma kemarin." Debo ikut menjelaskan.

"Hhh... kalian nggak perlu minta maaf. Gue udah maafin lo semua. Kalian semua tetap sahabat gue." Jawab Cakka lemah di balik masker oksigennya. Alat – alat medis masih terpasang di tubuhnya, kabel – kabel pendeteksi detak jantung juga masih terpasang di dada bidangnya.

"Gimana keadaan lo sekarang, Kka? Apa yang lo rasakan sekarang? Masih sakit?" tanya Ray antusias. Ia merasa kasihan pada Cakka yang masih dibantu oleh alat – alat medis di tubuhnya.

Partner For LifeWhere stories live. Discover now