6. Tumpangan

31.5K 1.5K 7
                                    

Jeni sibuk didepan komputer meja kerjanya, ia berusaha fokus tapi bayang-bayang Juan masih melayang dipikirannya.

"Ah! Sial!" umpat Jeni ingin menghancurkan keyboard dimejanya.

"Hey! Aset kantor itu jeng!" teriak Farah karena melihat Jeni yang emosi.

"Peduli amat dah!" Jeni bersandar ke kursinya sambil mengacak-acak rambutnya.

Karin ternyata juga mendekati meja Jeni, "Stres banget cantik? Karena dipanggil Pak Tama tadi?"

Mendengar itu Farah bergegas ikut mendekati Jeni, "Ngapain Pak Tama manggil kamu?"

"Bukan apa-apa, dia tahu ayah dan kenal baik Kak Seno. Silahturahmi lah,"terang Jeni yang membuat Farah dan Karin mangut-mangut.

"Terus kamu kenapa frustasi gini?" lanjut Farah penasaran, sedangkan Karin melirik-lirik sekitar jaga-jaga jika ada ancaman yang mengganggu pergunjingan mereka. Maksudnya adalah atasan atau senior songong.

"Si om!"

"Om apa? Yang dijodohin sama kamu itu?" Farah memastikan.

"Om?? Jadi ayah kamu ngejodohin sama om-om?? Hahahaha, aku tahu! Pasti karena ayah kamu nganggap kamu gak mempan sama yang muda, hahaha!" ejek Karin tertawa geli.

Mendengar itu Jeni langsung mengacak wajah Karin dengan tangannya gemas, "Seneng kamu seneng!? Coba dengerin penjelasanku selanjutnya,"

"Aish! Make-upku Je!!" teriak Karin merapikan bulu matanya.

"Aku pikir semalam dia baru selesai operasi plastik,"

"Hah??" Farah tampak tidak paham dengan apa yang dibicarakan Jeni.

"Chanyeolmu yang tadi itu," Jeni menunjuk Karin dengan wajah datar, "Dia itu si Om semalam!"

"Apa?? Kamu bilang dia itu om-om??" Karin terlonjak kaget, "Cakep banget!"

"Gila kamu Je, jadi tadi kamu gak sadar kalau itu dia?" Farah menggeleng tak percaya.

"Ya itu, semalam tampangnya tua banget, brewokan, bodynya macam tukang pukul. Ah, mengerikan!" jelas Jeni merinding.

"Terus masalahnya apa? Kan sekarang udah ganteng, kemaren ketutup brewok aja palingan. Selamat ya Jeni," Farah tersenyum bahagia sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan Jeni.

"Iya.. selamat ya cantik, aku jadi iri karena dia mirip Chanyeol. Namanya siapa sih?" Karin ikut-ikutan walau ditampangnya jelas-jelas memperlihatkan wajah iri.

"Kalian apaan sih kasih selamat?? Kayak kondangan aja! Namanya Om Juan, walaupun tampang lumayan, tapi nyebelin dan jahatnya tak bisa dihilangin!"

"Alesan doang palingan! Kamu bilang aja malu karena salah menilai kan? Udah jangan gengsi," Karin mencolek Jeni dengan wajah menggoda.

"Ih apaan? Inget, walaupun dia mirip Chanyeol, aku gak peduli! Aku sukanya Oh Sehun!" Jeni menegaskan dengan setegas-tegasnya.

"Jadi lebih suka Pak Tama dong?" tanya Farah dengan polosnya.

Jeni menjadi kaget dan begitupula dengan Karin.

"Apa urusannya?!"

"Kan mereka agak mirip gitu, tapi gak usah dipikirin lah. Urus aja tuh om kamu!hahaha,"

Farah dan Karin tertawa lepas sedangkan Jeni hanya menatap kesal kedua sahabatnya yang tak senasib sepenanggungan itu.

**

Jeni berdiri menunggu tumpangan untuk pulang, tapi telah lama ia menunggu tak juga ada yang lewat untuk ditumpangi.

"Aduh, ini mana sih?? Nyesel deh gak ikut sama si Karin bawel," Jeni mengeluh sambil menyesal.

Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang