Sepuluh ; Kebencian

15.5K 1.1K 72
                                    

"Chris, semalem aku mimpi ketemu, Mama..." kata Seyra. Dia sedang duduk di bangkunya, kepalanya bersandar ke bahu kanan sang pacar. Dia menceritakan pengalaman mengesankan dan selama ini begitu dirindukannya. Sekalipun hanya bisa melihat dalam mimpi, itu sudah menjadi pengalaman yang sangat berarti.

Orangtuanya pasti tidak ingin Seyra menyerah juga.

"Bagus dong!" Chris tersenyum. Dibelainya rambut Seyra lembut. Ikut senang melihat senyuman polos yang benar-benar terlihat tulus. Jarang-jarang Seyra menunjukkan senyuman manis itu. Seyra selalu bersikap sok dewasa, padahal usianya juga masih Enam belas sama seperti Chris.

"Mama, mph... bilang apa, ya?" gumam Seyra linglung. Emosinya sedang membaik, semoga tidak ada yang menghancurkan mood-nya. Seyra mengingat-ingat pertemuannya dengan sosok sang Mama, tetap terlihat cantik, seperti pertemuan terakhir mereka saat Mamanya masih bernapas. "Aku, harus jadi cewek kuat, harus rajin belajar juga."

"Itu artinya kamu harus lebih hebat lagi, Sayang." Chris menyemangati. Seyra mengangguk pasti.

Hm! Seyra pasti akan belajar lebih tekun agar kedua orangtuanya di surga bangga. Dia akan mengurus perusahaan kedua orangtuanya dan tidak lagi membebani Papa Dimasnya. Dia juga akan masuk Universitas terbaik dan berusaha mendapatkan nilai yang sempurna. Dia akan wisuda, didampingi orangtua Chris dan juga kekasihnya.

Ahh. Tanpa sadar memikirkan itu senyuman manis tidak bisa hilang dari bibirnya. Kening Seyra mengerut, mendadak Seyra teringat sesuatu.

"Aku mau ngambil buku. Kamu tunggu di sini!" buru-buru Seyra berdiri dan berlari keluar kelas. Tidak membiarkan si pacar yang sudah membuka mulut ingin mengantar membuka suara. Chris meringis, Seyra masih saja sering tergesa seperti ini.

Rani hendak masuk kelas, saat melihat Chris dia segera berputar lagi dan berjalan menuju kantin. Takut melihat sorot mata Chris yang tampak masih begitu marah padanya.

"Kalo bukan Seyra yang minta, udah abis lo!" desah Chris sebal. Kesal pada Seyra yang kemarin memintanya menghentikan hukuman untuk Rani. Padahal kan memang Rani yang salah. Pakai acara mengancam jika tidak dituruti dia akan ngambek lagi? Mana bisa Chris tahan didiamkan pacarnya yang cantik itu lama-lama?

Chris cengengesan.

Di matanya, Seyra memang selalu menjadi yang tercantik. Cewek lainnya, dia anggap ondel-ondel pun itu sudah jadi pujian terbaik.

***

"Yatim-piatu!" sarkas Dara saat Seyra berjalan melewatinya. Sudah tahu titik fatal yang akan menyakiti Seyra jika dibahasnya. Dara benar-benar menggunakan kelemahan Seyra itu dengan baik. Dia ingin menyakiti Seyra sampai ke ujung akarnya. Seyra menghentikan langkahnya, dia menoleh menatap Dara dan kedua temannya. Koridor menuju perpustakaan memang sering sepi. Terutama di jam-jam istirahat begini.

"Maksud lo apa? Lo nyindir gue?" Seyra menghampiri Dara sambil melotot. Melupakan kebahagiaannya karena tadi malam bertemu sang Mama dalam mimpi. Dia juga tidak lagi mempertahankan wajah datar dan sikap rasionalnya. Langsung terpancing begitu saja.

"Kalo iya lo mau apa? Mukul gue, hah?!!" sentak Dara tidak kalah sewot. Dia memicing menatap Seyra. Dara benar-benar sangat membenci Seyra, tidak tahu apa yang dipikirkan Chris sampai tergila-gila pada Seyra.

Seyra tersenyum sinis, ternyata ini sifat asli Dara yang terkenal santun dan lembut?

Cih! Tidak lebih dari seorang cewek bermoral rendah yang bermuka Dua. Sok baik padahal tidak lebih dari sesosok iblis bertopeng malaikat. Dia tidak keberatan membongkar topeng cewek menyebalkan di depannya. Tapi dia tidak punya waktu. Harus lebih bisa mengendalikan emosi, jangan mudah terpancing lagi.

LovinHart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang