Dua Empat ; Meminta Penjelasan

15.1K 1.2K 100
                                    

"Kalo gitu makasih, Pak. Saat ini saya masih ngumpulin bukti. Saya juga minta rekapan nilai dari semua guru yang ngajar di kelas kami semester kemarin. Termasuk jurnal dari bendahara sekolah buat nyocokin data yang dikasih wali saya sama yang diserahin kepala sekolah." Seyra berdiri kemudian tersenyum.

Ketua yayasan mengulurkan tangan, mengajaknya bersalaman. "Saya minta maaf seandainya memang terjadi kecurangan di sekolah kita dan khususnya merugikan kamu, Seyra."

"Saya paham kok, Pak. Selama pihak yayasan bisa diajak kerjasama, saya bisa maklum." Seyra meringis. "Kalo gitu saya pamit."

"Baik. Dery, anter Seyra pulang, ya."

"Sir, yes, sir!" Dery memberi hormat. Kedua orang di dekatnya tertawa. Setelah itu Seyra melangkah menuju pintu keluar, diikuti Dery yang masih memakai seragam sekolah.

Sesekali Dery meliriknya, tidak ada kepuasan yang terlihat di sana. Walau raganya ada di sini, jelas pikiran Seyra menerawang entah ke mana? Mungkin dia masih memikirkan Chris, cewek itu tampak lelah dengan situasi yang menjepitnya.

Seyra masih sangat mencintai Chris walau sudah dikecewakan sang mantan.

'Gak bisa gantiin dia, ya?' Dery bergumam dalam hati. Rasanya baik dulu atau pun sekarang, tidak ada hal yang bisa dia lakukan. Hati Seyra hanya untuk Chris seorang, dia tidak punya tempat atau pun kesempatan untuk menggantikannya.

Ya, walau fakta itu tidak membuat Dery mundur sejengkal pun. Pada dasarnya, cowok memang memiliki rasa penasaran yang tinggi, semakin susah seorang cewek didapat, semakin giat dia mengejarnya.

Walau yang dirasakan Dery berbeda.

Dia bukan penasaran pada Seyra.

Dia benar-benar mencintainya.

"Mikirin Chris lagi? Sore-sore jangan ngelamun. Yang cantik sering digodain setan mesum."

Seyra tersentak, masuk mobil dan duduk di jok samping jok kemudi. Dery menyusul duduk di sebelahnya. Mengulas senyuman tipis. Dia menyalakan mesin mobil lalu mengatur persneling juga kopling.

"Dia lagi sakit." Seyra bergumam lirih. Teringat pada suhu tubuh Chris yang sangat tinggi. "Chris jarang sakit, tapi sekalinya sakit pasti langsung parah."

"Lo udah ngenalin dia banget kayaknya."

"Lebih dari delapan tahun gue kenal dia." Seyra meringis. Tatapannya kembali hampa, selalu saja hatinya terasa pedih setiap memikirkannya. "Gue cukup ngenalin semua sikapnya. Kadang Chris ngambil semua tanggung jawab sendiri, dia gak mau cerita masalahnya soalnya gak mau bikin gue khawatir."

"Kenapa gak coba cari cowok lain aja, sih, Sey?" Dery menatapnya pedih. "Yang mau sama lo banyak."

Seyra terdiam sesaat, dia menoleh kemudian mengukir sunggingan kecil. Manik cokelatnya menatap dalam saat berbisik, "Cinta gue ke Chris, gak sebercanda itu. Dia cowok pertama yang gue cinta dan bikin gue patah hati. Dia ninggalin gue karena punya alesan dan itu pasti. Apalagi sikapnya ke Mama juga berubah."

"Berubah gimana?" Dery mengernyit heran.

"Dia kasar sama Mama." Seyra bergumam. "Artinya yang jadi bebannya sekarang bukan gue aja, tapi juga Mama sama Papa. Dara pasti ngelakuin hal licik bikin Chris bisa sekasar itu sama Mama Mira."

Selalu berprasangka baik tentang semua yang berhubungan dengan Chris. Itu sebabnya Dery sangat iri. Bisa-bisanya Chris menyia-nyikan cewek sebaik ini.

"Dery, bisa kita pulang sekarang? Gue mau liat keadaannya." Seyra meminta. Dia tersenyum kecil. Dery mengangguk. dia mengulurkan tangan, mengelus kepala Seyra sebentar.

LovinHart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang