#3 Matanya yang Berkaca-kaca. [Joshua POV]

3.2K 493 3
                                    

"Kau itu benar-benar suka minimarket ya?"tanya ku.

Y/n menatapku balik sambil cemberut. "Aku lapar dan ingin makan ramen. Kau juga tidak seharusnya masih disini."

Aku tertawa lalu memangku wajahku. Aku pasti tidak bisa berhenti tersenyum hari ini. Y/n benar-benar berada di depanku. Dan sudah mengetahui siapa aku. Tidak seperti sebelumnya, hanya sekedar orang asing yang hanya bisa menatapnya dari kejauhan.

"Kau tahu, tidak sopan memandangi orang yang sedang makan."ucapnya tanpa melihatku. Dia sepertinya benar-benar kelaparan. Dari berberapa menit yang lalu fokusnya hanya diberikan untuk ramen yang sedang dimakannya.

"Mianhaeyo."

"Jangan berkata maaf kalau kau ujungnya masih saja memandangiku seperti itu."

Aku tertawa kembali. Perasaan seperti ini tidak pernah aku rasakan. Bagaimana bisa selalu tertawa saat bersama dengan seseorang. Ku rasa dia memang benar-benar spesial.

"Oh iya, kenapa kau pulang jalan kaki? Bukannya kau seharusnya seperti chaebol muda yang selalu diantar jemput dengan mobil?"

Chaebol muda? Dia benar-benar tidak tahu caranya untuk tidak berterus terang. "Sekali-kali aku ingin merasakan kehidupan anak SMA pada umumnya seperti ini. Ternyata memang menyenangkan."

Ku lihat y/n tertegun menatapku saat ku mengucapkan jawabanku. "Kau chaebol yang aneh."

"Hahaha, terima kasih atas pujianmu."

Kini y/n ikut tertawa kecil. Momen ini. Momen yang ku selalu harapkan bisa terjadi bersamanya.

"Bagaimana dengamu?"

Dia tampak menaikkan alisnya sebelah. "Hmm? Denganku?"

"Iya. Kenapa kau menghindari Seungcheol?"

Y/n menatapku kaget. Lalu ia segera meletakkan ramennya di meja. "Bukan urusanmu."

"Kau bisa cerita denganku kau tahu. Lagipula aku hanya orang asing bagimu, bukan? Tentu aku tidak akan berpihak pada siapapun."

Y/n tampak menimang tawaranku. Ia tampak menghela napas lalu ikut menopang wajahnya. "Selain ini semua bukan urusanmu, sebenarnya tidak ada yang perlu diceritakan."ucapnya pelan.

"Sebenarnya dia itu siapa-mu?"

"Siapa-ku?" Y/n tertawa. Bukan seperti tawa biasa, melainkan tawa yang terdengar begitu penuh paksa. "Hanya sekedar teman dari kecil yang sudah ku anggap seperti Oppa ku sendiri."

"Tapi perasaanmu padanya tidak hanya sebatas itu kan?"

Aku sudah siap kalau dia akan marah atau entahlah itu yang biasa dia lakukan. Tetapi aku salah, dia malah tersenyum lemah. Matanya menatap melewatiku. Menatap sesuatu yang mungkin hanya tergambar di dalam pikirannya. "Itu sebabnya aku bilang tidak ada yang perlu diceritakan. Karena bagaimanapun perasaanku pada Oppa, selamanya perasaan Oppa hanya milik orang lain."

Aku tertegun menatapnya. Tidak seharusnya aku bertanya seperti ini. Aku telah melewati batasku. "Mianhae, aku tidak bermaksud-"

"Tidak apa-apa. Cepat atau lambat juga kau dan semua anak-anak Hanlim itu juga akan memahami hubunganku dan Oppa tanpa harus bertanya. Karena tidak perlu waktu sebulan untuk menyadari kalau aku terhadap Oppa itu hanya sekedar bertepuk sebelah tangan."

Maafkan aku y/n. Keingintahuanku justru melukaimu.

-- to be continued --

Hello, U. [SEVENTEEN IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang