Wattpad Original
This is the last free part

Bab 7

63.2K 5.3K 185
                                    

"Satya belum pulang?"

Adilla menggeleng untuk menjawab pertanyaan Gavin tentang keberadaan Satya yang sudah beberapa hari ini mengunjungi orang tuanya di Singapura.

"Kita makan di rumah Mama aja, ya?"

"Tante yang nyuruh mampir?" tanya Adilla sambil menoleh pada Gavin yang sedang fokus melajukan mobil menuju kediaman orang tuanya.

"Nggak, tapi ada yang harus saya bicarakan dengan Papa, jadi sekalian saja, ya?" tawar Gavin lagi tanpa menatap Adilla.

Adilla mengiakan saja tawaran Gavin. Toh, dia sudah beberapa kali bertamu dan mulai senang berada di sana.

Mira sering mengundangnya mampir. Wanita itu mengaku sering merasa kesepian. Kedua putranya sudah tidak tinggal di rumah. Gavin lebih memilih mendiami apartemen yang lebih dekat jaraknya dengan kantor, hingga dia jadi sangat jarang pulang ke rumah orang tuanya. Apalagi saat pekerjaan tengah menumpuk. Sedangkan kakak sulung Gavin sudah berkeluarga dan memiliki kediaman sendiri bersama istrinya.

Adilla adalah calon menantu keluarga Anggara, maka Mira menjadikan hal tersebut sebagai sebuah kesempatan. Dia terus-menerus meminta Adilla menemaninya di rumah dengan alasan agar Adilla terbiasa dengan suasana rumah keluarga Anggara.

Kadang dalam seminggu, Adilla bisa dua atau tiga kali mampir demi menemani Mira. Adilla tidak merasa keberatan karena dia menyukai saat berinteraksi dengan Mira. Sekalian untuk belajar beradaptasi dengan lingkungan keluarga Anggara.

Ketika mobil Gavin sampai di rumah orang tuanya, Adilla melihat sebuah mobil telah lebih dulu terparkir di area parkir tamu. Tampaknya sedang ada tamu yang berkunjung.

Gavin membukakan pintu mobil untuk Adilla dan membantu gadis itu keluar, lalu dia meraih salah satu tangan Adilla untuk digenggam. Adilla awalnya kaget dan sedikit canggung saat bergandengan dengan Gavin. Maklum saja, ini pertama kali mereka melakukannya.

Adilla menatap Gavin dengan heran sekaligus agak jengah. Dia menyukai sensasi saat tangan mereka saling bertaut, tapi tentu saja dia juga merasa penasaran dengan isi hati Gavin ketika melakukannya.

Gavin membalas tatapan Adilla sambil tersenyum tipis, tapi tidak mengatakan apa pun. Dia bahkan tetap menggandeng Adilla hingga memasuki rumah.

Ketika akan memasuki ruang keluarga, Adilla mendengar suara ramai dari sana. Adilla sempat ingin melepaskan tautan tangan mereka, tapi Gavin malah mengeratkan genggaman dan terang-terangan menolak melepas tangan Adilla. Belum sempat Adilla melakukan protes, Mira yang lebih dulu menyadari kedatangan mereka langsung menyapa dengan suara senang.

"Kebetulan banget kalian mampir. Gerry udah kepengin banget kenalan sama Adilla." Mira melambai kepada Adilla dengan senyum cerah sambil sebelah tangan memeluk lengan seseorang yang duduk di sampingnya.

Adilla memperhatikan pria yang lengannya sedang dipeluk Mira. Sepertinya seumuran dengan Gavin. Wajahnya juga agak mirip dengan Gavin, hanya saja senyum hangat selalu terpampang di bibirnya.

"Oh, jadi ini yang namanya Adilla? Wah, pinter banget Mama nyari yang manis-manis begini. Pantes aja Gavin kebelet mau cepat kawin."

Adilla menebak kalau pria tersebut adalah Gerry, kakak sulung Gavin. Kebetulan sekali tangannya yang sedang digenggam Gavin bukanlah tangan yang digunakan untuk bersalaman, hingga dia bisa langsung menyambut uluran tangan Gerry ketika pria itu mendekat untuk berkenalan langsung dengannya.

"Hai, aku Gerry. Adiknya Gavin."

"Ck! Apaan, sih, lo," gerutu Gavin setelah mendengar guyonan Gerry yang mengaku sebagai adiknya.

icon lock

Show your support for LightKuro, and continue reading this story

by LightKuro
@LightKuro
Menikah di usia muda membuat Adilla merasakan berbagai kejutan emosio...
Unlock a new story part or the entire story. Either way, your Coins help writers earn money for the stories you love.

This story has 35 remaining parts

See how Coins support your favorite writers like @LightKuro.
The First OneWhere stories live. Discover now