3.

43 11 2
                                    

"Siapa?" tanya Rhandra penasaran. Karena Kafin mengeluh sehabis membuka hapenya.

"Mamah, Gue disuruh jemput si lemot Karin." jawab Kafin sambil meledek adiknya dengan sebutan 'si lemot'. Kayak dia sendiri ga lemot aja. Batin Rhandra.

"Kayak lo sendiri ga lemot aja." ucap Rhandra mengejek. Kafin lamgsung melemparkan sedotan ke arah Rhandra.

"Oh iya! Fin, balik kelas yuk!" ucap Rhandra menyadari sesuatu. Rhandra langsung beranjak dari tempat duduknya.

Kafin terheran melihat Rhandra yang terburu buru. "Emang ada apaan sih?"

"Kalo lo gak lupa, kita ada ulangan kimia hari ini."

Kafin langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan cepat menuju ke kelasnya. "Kenapa lo ga bilang, kampret!"

Rhandra cengo mendengar Kafin menyalahkan dirinya. Dan dia langsung menyusul Kafin dengan setengah berlari.

**

"Gila tuh guru, ngasih soal susahnya bikin gue keringet dingin. Dan keringet dinginnya sampe bikin gue pengen boker. Dan karena gue pengen boker jadi tadi gue keluar angin yang berhembus dari pantat." oceh Kafin sehabis mereka selesai ulangan kimia.

Memang setiap saat ulangan kimia, Kafin selalu ingin buang air besar, tetapi biasanya ia dapat menahannya anginnya. Tapi untuk saat itu, ia tidak dapat menahannya.

"Jadi, tadi lo yang bikin bau kelas?!" sewot Dhia yang baru saja selesai mengerjakan ulangan kimia.

"Ah lebay lo, biasanya juga lo suka kentut kan!"
"Dih apaan, sok tau."
"Bilang aja, emang gue gatau!"
"Tau darimana?" Dhia menaikkan alisnya dan berlagak songong.

"Gue kan bisa baca pikiran orang,"

Dhia langsung menampakkan ekspresi jijik nya sehabis Kafin berkata seperti itu. "Sok banget."

"Ah tapi gila, susah banget itu tadi soal laknat, untung gue pinter jadinya bisa ngerjain," ucap Kafin membanggakan dirinya sendiri.

"Kalo kalian mah mana bisa ngerjain." lanjutnya sambil menatap Dhia dan Rhandra remeh.

"Alah tai, lo aja daritadi nanya mulu ke Arman! Bukan nanya malah, lo ngasih lembar jawaban lo ke dia," Rhandra langsung menoyor kepala Kafin. "Gue sama lo aja pinteran gue!" lanjutnya.

"Sama sama tai, lo juga sama aja! Emang cuman gue disini yang paling pinter." Dhia mengucapkannya seolah olah dia adalah juara olimpiade IPA.

"Tai banget lo, lo juga kan tadi nyontek ke Dilla!" Kafin mencubit hidung Dhia, Dhia langsung membuka mulutnya agar bisa benafas, tetapi Kafin semakin menjepit hidung Dhia lebih keras.

Karena sudah tidak kuat, Dhia langsung menghantam junior Kafin dengan lututnya karena Kafin mencubit hidungnya sangat keras, apalagi Kafin tahu bahwa dirinya tidak suka asa yang mencubit hidungnya.

"Argh, sakit tai! Sampe gue gabisa punya anak tanggung jawab lo!" ucap Kafin berteriak kencang. Alhasil, Rhandra tertawa melihat Kafin kesakitan sekaligus ia merasa geli sendiri.

Tentu saja ia berteriak kencang, karena juniornya lah yang menandakan jati dirinya, juniornya yang membuat ia merasa jantan, juniornya yang menentukan masa depannya, juniornya akan menentukan apa masa depannya terang atau gelap? Ya, intinya junior adalah segala galanya bagi kaum adam.

"Jahat lo! Gue cute nih,"

"Cute cute, punya Rhandra aja lo cute!" ucap Dhia membela diri. Rhandra yang menyadari namanya disebut langsung menyilangkan tangannya di depan dadanya. Ia takut akan beneran di cute oleh Kafin.

FoolishnessWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu