6

9 0 0
                                    

Sekolah.
1 kata 7 huruf yang kebanyakan tidak disukai oleh anak anak sekolah sepanjang hidupnya. Apalagi senin, upacara. Ingin rasanya Dhia berpura pura sakit dan tiduran sambil ngadem di uks sekolah. Tapi tentu saja tidak bisa, seluruh anak sekolah sudah tahu kalau guru pembina uks itu cenayang. Yah, walaupun entah benar atau tidak, sih. Tapi, guru pembina itu tahu mana anak yang benar benar sakit atau hanya punya alasan tertentu supaya terhindar dari upacara.

Tetapi hari ini mungkin Dhia harus benar benar istirahat sebentar di uks sampai upacara selesai. Dari pagi, perutnya melilit karena sedang haid. Dhia bingung, padahal, ia baru saja haid bulan lalu, tepatnya dua minggu yang lalu. Tapi mengapa sekarang sudah ada lagi? Ya, semoga itu tidak bahaya.

Setelah upacara selesai, Dilla segera menemui Dhia di uks.

"Lo udah baikan?" tanyanya.

"Udah."

"Lo belom makan ya, tadi pagi?" tanyanya lagi.

"Belom."

"Makan dong, sayang...nanti makin sakit." ucap Dilla seperti seorang pasangan kekasih kepada Dhia.

Dhia geli mendengar ucapan Dilla. "Najis, ngomong sayang aja noh, ke Kak Ray!"

"Dih, apaan sih."

Dhia tertawa melihat Dilla yang pipinya memerah. "Apaan sih, apaan sih tapi kok pipinya merah? Hahaha!"

**

Sekarang sudah istirahat. Dan Dilla kesusahan membangunkan Dhia yang tidur saat pelajaran biologi. Ia memang sedang tidak dalam mood bagusnya.

Bahkan, saat Kafin menjahilinya, seperti biasa, respon Dhia hanyalah menggumam kesal dan menunjukkan tampang cemberutnya. Melihat ekspresi Dhia yang tidak seperti biasanya, Kafin langsung menghentikan aksinya.

"Kenapa, Dil?" tanya Dhia seperti beegumam. Sakit perut akibat pms memang bisamembuat ia sangat sangat lemas dan ingin rasanya untuk bergulingan di atas kasur. Tapi apa daya, hari ini ada pelajaran olahraga. Dan tugasnya adalah lari mengelilingin sekitar perkomplekan sekolahnya. Sangat jauh. Dan yang pasti membuat ia sangat capek.

Dhia bisa saja beristirahat di uks dan tidak mengikuti pelajaran olahraga. Namun, gurunya itu sangat kejam. Jika ada yang mengikuti pelajarannya selama sehari, maka nilainya hari itu adalah nol besar. Beruntung bagi adik kelasnya yang akan datang, mereka tidak akan diajar oleh guru seperti itu. Guru itu akan pensiun. Namun mau pensiun atau tidak, Dhia tidak peduli. Karena tahun depan pun, Dhia akan keluar dari wilayah sma nya itu. Sebentar lagi ia akan jadi anak kuliah!

Rasanya ia baru saja menyelesaikan un smpnya itu, tahu tahu sebentar lagi ia akan un sma.

Waktu memang berjalan cepat seperti sekali berkedip.

Dhia jadi ingat saat jamannya sd, jamannya bermain permainan 'ular naga'. Dhia mengingat ngingat alunan lagu itu, yang bunyinya "ular naga panjangnya bukan kepalang, berjalan jalan, riang selalu, umpan yang lepas itulah yang dicari. Inilah dia yang terbelakang". Kala lagu itu selesai, orang yang tertangkap saat lagu itu selesai lah yang kalah. Hah, asiknya jaman sd.

Tak disangka, dari lamunan Dhia tentang guru olahraganya malah merambat ke jamannya saat ia berpakaian putih merah.

Dhia menengok ke arah Dilla, yang sedang menatapnya bingung karena ia yang tadinya melamun, "Mukanya gitu amat, mbak. Ayo, ganti baju."

Dhia mengambil baju olahraga yang ia simpan di tasnya lalu berjalan merangkul Dilla ke arah toilet.

**

"HAHAHA sumpah! Gue masih ngakak!" tawa Dhia sangat kencang sehingga orang lain yang melihatnya kebingungan, bahkan ada yang ikut tertawa karena tawa Dhia yang membahana.

FoolishnessWhere stories live. Discover now