Bunuh diri. Itulah yang hendak Louis lakukan sekarang. Ia membenci dirinya sendiri sampai-sampai ia nekat ingin melakukan hal seperti itu.
Sejurus kemudian Alice terkesiap di tempatnya ketika mendengar suara tembakan yang sama persis seperti yang ia dengar beberapa tempo lalu. Ia sempat tertegun di tempatnya selama beberapa detik sebelum berlari ke kamar Louis dan memberanikan dirinya membuka pintu tersebut.
Sontak mulut Alice terbuka lebar ketika melihat sosok Louis yang memegang Bloody Rose di tangan kanannya. Namun, mulut pistol itu mengarah ke lantai di bawah kakinya. Ada perasaan lega yang begitu mendalam pada diri Alice setelah ia tahu bahwa Louis tidak menembakkan senjata pembunuh vampir itu ke jantungnya.
“Apa yang kau lakukan?!” ujar Alice dengan bibirnya yang bergetar.
Louis menundukkan kepala dan memejamkan kedua matanya perlahan, “Menyerah.”
“Apa maksudmu?”
“Aku ingin menyerah tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa melakukannya, Alice!” Louis mengernyit jijik pada dirinya sendiri.
Alice melangkahkan kakinya mendekat dan memegang lengan Louis yang kekar, “Kalau begitu jangan.” Desahnya.
Louis langsung memberanikan dirinya untuk menatap Alice, “I can’t give up on you.” Ujarnya hampir berbisik. Alice lah yang sebenarnya menjadi alasan bahwa ia ingin bertahan hidup. Louis masih ingin melihat sosok Alice setiap harinya. Sejurus kemudian Louis menarik kedua lengan Alice dan menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur.
Gadis itu hanya bisa terkesiap dan terdiam di tempat. Louis menaiki tempat tidurnya dan mandang mata coklat gadis itu lekat-lekat sebelum mendekatkan bibirnya ke bibir Alice. Namun, lagi-lagi Louis tidak bisa melakukannya. Louis takut jika dirinya akan menyakiti Alice. Pun ia sedikit menarik wajahnya menjauh sementara wajah Alice sendiri sudah merah padam.
Ada debaran jantung yang aneh dalam diri Alice saat ini, sama halnya seperti saat ia berada di dekat Harry. Hanya saja ia sendiri tidak tahu bagaimana perasaannya terhadap si ketua asrama Night Class itu.
“Siapa aku?” ujar Louis hampir berbisik. “Siapa aku bagimu, Alice? Mengapa kau begitu mempedulikanku?”
Alice mengangkat sebelah tangannya dan menyentuh wajah Louis dengan lembut. Jari jemarinya bisa merasakan suhu tubuh Louis yang begitu dingin seperti mayat. Tapi Alice tidak takut akan hal itu. Ia kan memang tidak pernah takut terhadap vampir, terkecuali dengan jenis vampir yang ia temui beberapa hari yang lalu.
“Mengapa kau menanyakan hal itu? Tentu kau sudah tahu jawabannya. Kau salah satu orang terpenting dalam hidupku, Louis.”
Lagi-lagi Louis mengernyit, bukan karena jijik, melainkan menahan dirinya agar tidak menangis, walau pun pada kenyataannya vampir tidak bisa mengeluarkan air mata.
“Tapi aku tidak bisa berada di dekatmu jika kondisiku seperti ini.”
YOU ARE READING
The Night Class - (Harry Styles / Louis Tomlinson Fanfiction)
FanfictionIn this world there are vampires and humans, and between them there are people who suffer from love. Those who are touched by the outstretched hands. Now I want to show you the answers. A/N: A "Harry Styles / Louis Tomlinson Fanfiction" This book in...