Part 5: A Good Flashback

42 0 0
                                    

"Masih sama kaya terakhir gue kesini." Gumam Alleisha sambil berjalani ke arah ayunan yang dari dulu menjadi tempat favoritnya.

"Seneng banget, Le." Ucap Danta yang daritadi hanya berjalan di belakang Alleisha dan menghampiri Alleisha yang sudah duduk di salah satu ayunan.

"Iya dong, terakhir ke sini SMP, Dan." Jawab Alleisha sambil mengayunkan ayunan yang ia duduki perlahan. Matanya melihat ke sekitar taman yang sedikit sepi. Hanya ada beberapa anak kecil dan pengasuhnya bermain di sekitaran taman.

Danta tersenyum melihat Alleisha dengan senyumannya itu, dia selalu senang jika Alleisha tersenyum karena hal kecil atau kadang dengan kebawelannya terhadap Danta. Temannya ini sangat lucu.

"Dan, lo inget ga sih dulu di situ ada bangku kayu, gitu. Kemana ya?" Tanya Alleisha yang masih mengayun pelan dan jari telunjuknya menunjuk ke arah yang di maksud, yang sekarang tergantikan dengan pohon saja.

"Ya mana gue tau, Le. Mungkin udah jadi pohon itu kali. Lagian gue juga bukan pengelola taman ini." Jawab Danta yang menatap ke arah sesuai jari telunjuk Alleisha lalu berayun perlahan di ayunan yang sedang ia duduki, pandangannya kembali ke Alleisha.

"Iya sih, bener juga. Tapi lo inget gak sih, dulu taman ini sepi banget, yang main cuma lo sama gue aja, terus gak berapa lama jadi rame akhirnya kita jarang ke sini deh." Tambah Alleisha kembali, tatapannya sedikit sendu saat dirinya mengilas kembali pada saat mereka kecil dan tidak ada perasaan suka terhadap Danta.

Danta tersenyum mendengar penuturan Alleisha. Alleisha dan dirinya sering bermain disini hingga fajar tenggelam. Dulu, mereka seperti tak bisa di pisahkan, kemana-mana selalu berdua. Tapi semenjak memasuki masa remaja, bisa di bilang mereka berdua sibuk dengan dunianya masing-masing meskipun mereka selalu berada di tempat yang sama, hanya seringkali beda keperluan.

"Eh tapi, Le, kalo di pikir pikir, lo lucuan pas kecil, ya?" Ucap Danta memecah keheningan sesaat dan berhenti berayun dan menatap ke arah samping tempat Alleisha duduk.

"Kok gitu? Emang sekarang gue gak lucu? " Jawab Alleisha menyerngitkan dahinya dan tertawa kecil lalu menoleh ke arah Danta yang sudah lebih dulu memandangi Alleisha.

"Lo sekarang bukan lucu tapi gemesin." Jawab Danta dengan entengya lalu mencubit pipi temannya itu dan di balas dengan pelototan Alleisha karena cubitan di pipinya lumayan keras.

"Tapi kalo sekarang sih serem, Le. Kaya mau keluar mata lo." Tambah Danta yang sudah melepaskan tangannya dari mencubit pipi Alleisha dan hanya tersenyum memperlihatkan giginya.

"Sakit, anjir." Jawab Alleisha sambil mengelus pipinya yang sedikit terlihat memerah di mata Danta. Danta tertawa lalu mengelus sedikit pipi temannya itu. "Sorry, sorry." Ucap Danta dengan ringannya tapi Alleisha hanya terdiam dan berpura pura menunjukkan muka kesal. Ya, pipi Alleisha rasanya hangat, karena malu.

"Gak tau sih ya. Lo dulu tuh lucu soalnya, sering nangis kalo gue isengin terus ntar ngadu sama nyokap lo, ntar ngambek. Giliran gue beliin permen mau lagi main sama gue. Kan lucu, Le." Sambung Danta  sambil melihat ke arah lain dari sisi taman dan sedikit tersenyum mengingat berapa sering hal itu terjadi.

"Ya lagi, lo kan iseng banget. Ya masa boneka gue lah lo ambil, Barbie gue, mainan gue hampir semuanya lo bawa pulang terus itu gak bakal dibalikin kalo gue gak pake acara ngambek. Lagian ngapain boneka gue lo ambilin, heran gue juga sama lo dulu." Cerocos Alleisha menimpali, dirinya seperti mengeluarkan amarah masa kecilnya yang tak bisa ia keluarkan dulu.

"Gak tau ya kenapa gue demen ngambilin barang lo. Kan lo kalo lagi ngambek lucu hahaha. Dikasih permen baru mau." Jawab Danta dengan tawa ringannya dan hal itu membuat Alleisha makin jengkel dengan Danta.

Menurut Danta mengganggu Alleisha adalah hal yang harus di lakukan, selain responnya yang amat sangat lucu, hal ini adalah seperti kebiasaan mereka berdua, yang tak ingin Danta hilangkan. 

"Bodo, Dan. Dulu lo iseng, sekarang tukang modus, udah tua mau ngapain lo?" Tanya Alleisha sedikit ketus karena meskipun deep down Alleisha menaruh perasaannya, Danta tetaplah sahabat yang sangat menyebalkan, apalagi ketika mereka makin besar.

"Udah tua? Beranak cucu sama lo." Jawab Danta asal dan hanya dihadiahi muka jutek Alleisha, meskipun di kepala Alleisha, hal tersebut sangat lucu jika di bayangkan.

"Move on aja dulu, mas." Alleisha menimpali dengan tawanya. Danta cukup tersindir kalau sudah berhubungan dengan mantannya dan menghela nafasnya.

"Yaelah, gak usah nyindir kali, Le." ucap Danta menyentil dahi Alleisha.

"Jangan ngambek, Dan." Jawab Alleisha yang masih tertawa melihat raut muka temannya sambil mengelus dahinya yang terasa sedikit perih karena sentilan dari Danta. "Sakit ini, Dan." Gumam Alleisha.

"Enggalah," Danta menatap temannya dan sedikit tertawa. "Kasian sakit." Ucap Danta yang hanya memandangi Alleisha.

Seketika suasana hening, Danta menoleh ke arah Alleisha yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Danta beralih memperhatikan Alleisha. Menurutnya, temannya yang satu ini memang cantik, pantas saja dulu banyak yang mengejar Alleisha dan menanyakan tentang Alleisha lewat dirinya. Tapi sayangnya, tidak ada yang begitu long last atau sukses mendekati Alleisha.  Mungkin Alleisha terlalu tak peduli dengan hal-hal seperti pacaran. Bagi Danta, teman seperti Alleisha ya hanya Alleisha saja, tempat dirinya menyurahkan isi hatinya, atau menjadi gila atau waras kembali. Ia senang mempunyai teman dekat seperti Alleisha.

"Dan, kenapa ngeliatin gue gitu?" Tegur Alleisha lalu menyenggol lengan Danta.

"Emang gimana?" tanya Danta.

"Serius banget kaya mau nerkam gue, kenapa lo? Sawan?" Jawab Alleisha sambil berdiri dari ayunannya.

"Gakpapa sih." Jawab Danta santai dan sedikit berdeham.

"Ye serem lo kalo kaya gitu. Udah ah balik, ada yang nunggu kali disini jadinya lo rada sawan." Timpal Alleisha lalu berjalan meninggalkan Danta.

"Le, tungguin gue kali, horror lo ah." Jawab Danta lalu bergegas berjalan menyusul Alleisha di depannya. 

"Dan, ngapain sih? Jangan nyenggol gitu deh." Protes Alleisha ketika dirinya merasa seperti ada yang menyenggol lengannya.

"Apaan sih, Le. Gue gak ngapa-ngapain, tangan gue disini." Jawab Danta dan memperlihatkan kedua tangannya yang berada di samping badannya. Danta tersenyum melihat wajah panik yang terlihat di muka Alleisha. Keisengan Danta datang kembali.

"Ah Danta, jangan gitu lah, gak lucu tau." Balas Alleisha yang melihat kedua tangan Danta, namun Alleisha yakin temannya ini yang memegangnya tadi.

"Ih hayo,  apaan tuh, Le?"

"Dan, gak lucu." Ucap Alleisha yang masih berjalan tapi sedikit lebih cepat dari sebelumnya.

"Gue gak ngelawak deh, Le, suer." Jawab Danta. Alleisha mulai menoleh ke kanan kiri. Pikiran horornya mulai berkelebat di pikirannya. Danta tersenyum dan hanya terdiam sekaligus berhenti berjalan dan membuat Alleisha pun berhenti berjalan.

"Dan..." Satu. Danta diam.

"Danta kok lo diem?!" Dua.

"Dan, woy ih." Tiga.

"Dan-" dan belum selesai Alleisha menyebut nama lengkap Danta, Danta membopong tubuh Alleisha di pundaknya dan berlari ke arah rumah mereka.

"DANTAAAAAAAAAAAAA TURUNIN GUEEEE!!" Teriak Alleisha saat Danta tiba-tiba menggendong dirinya. Danta tersenyum puas dan jawabannya adalah tidak, sampai mereka sampai rumah.

TBC.

here's the chapter 5

05/06/2016

(Revision date: 24/01/2017)

(edited 2 30/01/2022)

The Story Of StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang