Part 15

2.7K 85 1
                                    

I'm so so so so sorry for the late update! Hope you guys enjoy it! :D

~

"Gue udah ngaterin dia pulang", Philip menghampiri Rio divillanya.

"Thanks, Lip", jawab Rio datar.

"Rio, buset dah tu cewe, selama perjalanan dia ngga ada nanggepin gue, diem aja"

Rio hanya diam termenung.

"Eh, Kutu! Gue tuh lagi ngomong, kalian habis berantem apa gimana? Tapi gue lihat tu cewe baik-baik aja, kagak nangis kagak apa-apa", Philip memperhatikan sahabatnya itu dengan seksama, ia melihat dari kaki sampai keatas kepala Rio. Ia menganga dan menutup mulutnya.

"Jangan bilang lu ... yaampun Rio! Lu diperkosa? Sama tu cewek?", Philip mengguncang tubuh Rio.

"Diperkosa iya! Sama elu!", Rio melepaskan tangan Philip dari bahunya.

"Lip, gue udah berakhir sama dia", ucap Rio lirih.

Philip terdiam, padahal ia baru bersenang hati atas sahabatnya ini. Feylin adalah satu-satunya wanita yang bisa memikat hati Rio, tapi hubungan mereka juga berakhir sesingkat ini. Philip heran akan sikap Feylin, wanita itu tak tampak terluka sama sekali, apa ia mempermainkan sahabatnya, Rio?

"Lu mau kemana?", tanya Philip saat pergerakan Rio membuyarkan pikirannya.

"Balik lah, besok mau kerja", jawab Rio sembari berdiri. Rio harus tegar, ia seorang lelaki dan ia harus membereskan semuanya. Dia harus menemui Martin, ia harus membuat Martin mempertanggungjawabkan perbuatannya sebelas tahun silam, sekalipun ia harus menanggung akibatnya juga, hanya itu yang bisa ia lalukan untuk Feylin.

"Kaya setan ah lu! Tadi frustasi, sekarang semangat lagi", Philip tahu sikap Rio yang seperti ini, ia bukanlah tipe lelaki yang akan terpuruk berlama-lama. Philip tahu dikepala sahabatnya itu pasti sudah tersusun beberapa rencana untuk permasalahannya yang baru saja terjadi, Rio akan mempersiapkan Plan A, Plan B, bahkan Plan C, tidak heran dia adalah seorang jenius dikampus. Kemampuan dalam manajemen bisnisnya juga ia praktekan dalam kehidupan sehari-harinya.

"Pulang aja sekarang, ni villa ntar pelayan aja yang beresin, barang lu juga bakal nyampe besok bahkan subuh kalo lu mau", Philip merangkul bahu Rio sambil menepuknya dengan tujuan untuk memberikan semangat.

"Thanks Lip, dia udah beneran sampe rumah kan?", Rio ingin memastikan sekali lagi kalau Feylin benar-benar sampai ditujuan dengan selamat.

Philip mengangguk mantap dan mempersilahkan Rio untuk pulang.

~

Feylin terduduk disudut kamarnya, ia putus asa, hidupnya yang seperti ini akan selalu seperti ini kedepannya, tidak akan pernah berubah, adakah orang yang ditakdirkan untuk tidak bahagia?

"Evelyn, maafkan aku, aku mencintai orang yang membunuhmu .. Bisakah kau bertanya pada Tuhan diatas sana? Mengapa ia menjadikan hidupku seperti ini? Mengapa aku tak diculik juga dan dibunuh bersamamu?", Feylin menatap foto terakhir ia dan saudara kembarnya itu.

"Evey, pasangin bandananya dong .. Vel ngga bisa", Evelyn memandang manja kepada Feylin.

"Sini Vel, cepat! Kasian kakek lama menunggu", Feylin cepat-cepat mengambil bandana putih itu dan mengikatkannya kekepala Evelyn.

"Terima kasih Feylin, Evey harus menjaga Vel sampai besar nanti .. seperti ini, janji?", Evelyn mengacungkan jari telunjuknya.

"Janji! Vel kan adik Evey", Feylin menautkan jari telunjuknya juga, lalu menggandeng tangan Evelyn.

Feylin menangis sejadi-jadinya, ia tidak bisa melupakan kejadian itu dan juga kata terakhir yang ia ingat sebagai ucapan terakhir Evelyn malam itu. Saat itu mereka berumur delapan tahun, karena tempat tinggal mereka yang jauh dari kota, mereka menghabiskan hari dengan bermain bersama, belajar bersama, bahkan tidur bersama, hanya mereka berdua. Dan sekarang tempat Evelyn telah digantikan oleh lelaki yang amat ia cintai, Rio. Lelaki itu membawanya bangkit kembali merasakan kehidupan, kehangatan, dan cinta. Tapi kenyataannya Rio membawanya terbang terlalu tinggi lalu tiba-tiba menghempaskan ia jauh-jauh kedalam luka masa lalunya lagi, bahkan lebih sakit dari yang sebelumnya.

"Dari sekian banyak lelaki didunia ini, dari sekian banyak .. pembunuh! Kenapa harus kau yang membunuh Evelyn? Dan aku mencintaimu?", Feylin menyadari keberadaan jam couple yang baru ia beli bersama Rio beberapa hari yang lalu, ia melepasnya dengan kasar dan meleparkannya kesudut lain kamarnya yang bernuansa violet itu.

"Maafkan aku Evelyn, maafkan akuu ..", Feylin menangis tersedu-sedu. Ia menekuk dan memeluk lututnya, menangis dan terus menangis. Lama kelamaan ia merasa lelah dan mengantuk, akhirnya Feylin tertidur dilantai sudut kamar yang dingin dan gelap itu, hujan dan guntur pun menjelma menjadi lagu penghantar tidur Feylin malam itu.

~

"Brengsek! Dimana kau Martin?", Maki Rio sambil melayangkan pukulan ke kemudi mobilnya, sudah satu minggu ini ia mencari Martin tapi tak menemukan jejak sama sekali.

Rio sempat mendapat beberapa informasi berkat beberapa kenalan hackernya, ternyata Martin bekerja dengan sekelompok orang yang berbisnis human trafficking, khususnya untuk wanita dan anak-anak. Tapi ia masih tak mengerti apa alasan Martin membunuh Evelyn, bukankah itu hanya bisnis perdagangan manusia? Atau merangkap sebagai bisnis pembunuh bayaran? Siapa yang tahu?

Ah, ia teringat akan Feylin, bagaimana kabar gadis itu? Sudah seminggu ia tak bertemu dengan Feylin, sekarang pasti kakeknya sudah pulang, ia sempat mencari tahu juga bahwa kedua orang tua Feylin meninggal dalam kecelakaan pesawat saat melakukan perjalanan bisnis. Hidup Feylin benar-benar memprihatinkan, tapi Feylin beruntung sempat menghabiskan waktu bersama ayah dan ibunya, tidak seperti dirinya yang bahkan tak tahu siapa orang tuanya, Rio hanyalah seorang anak dari sebuah panti asuhan.

Pikirannya yang melanglang buana mengingatkan ia kembali atas kejadian-kejadian indah namun singkat saat itu, sebelum pertengkaran mereka terjadi. Rio sangat ingin melihat gadis itu lagi, benar-benar sangat ingin.

~

Sudah seminggu ini Feylin merasa terpuruk, ia melanjutkan kegiatan sehari-harinya seperti biasa, tetap pendiam, kaku, dan tak ada teman.

Tak bisa dipungkiri ia merindukan Rio, sangat. Bayang-bayang wajah lelaki itu selalu menghampirinya, senyum hangatnya, wajah polos tertidurnya, sentuhan tangannya, bahkan kecupan bibirnya. Dan kenyamanan yang ia dapat selama bersama Rio membuatnya merindukan lelaki itu lebih dan lebih lagi, ia sudah jatuh terlalu dalam.

Feylin ingat, disinilah, ditaman inilah pertama kali ia bertemu dengan Rio. Apakah Rio baik-baik saja? Apakah sesak nafasnya kambuh? Apakah ia lupa membawa inhaler? Pikiran seperti itu, kekhawatiran seperti itu selalu melayang dalam benak Feylin. Tapi ia selalu menghempaskan perasaan itu jauh-jauh, takdir telah memisahkan mereka, mereka memang sudah tidak ditakdirkan bersama dari dulu, dari sebelas tahun yang lalu. Takdir yang kejam, tapi mampukah manusia mengubah takdir?

Feylin berdiri dari kursi taman, ia berjalan perlahan menuju bunga-bunga yang sedang indah bermekaran. Ia terlihat tambah kurus didalam balutan dress biru navy nya.

Takdir memang kejam, tapi Tuhan masih mengirim bunga-bunga ini untuk menghiburku.. Evelyn, kau akan suka bunga-bunga ini? Apakah diatas sana ada taman seperti ini?
Batin Feylin sambil menatap langit biru cerah yang seolah-olah sedang menghibur keadaan hatinya yang sedang kacau.

~

You Are Mine (Completed)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant