Part 19

2.9K 94 0
                                    

Martin berdiri dibalkon yang menampakan pemandangan desa yang berpadu dengan alam yang sangat cantik, ia ingat saat pertama kali membeli rumah ini, saat itu ia dan Evelyn sedang melarikan diri dari bosnya dan mengharuskan ia tinggal didesa agar tak mudah ditemukan. Didesa inilah ia menyaksikan pertumbuhan ekstrim dari gadisnya, payudaranya yang membesar dan pinggulnya yang mulai melebar serta lekuk tubuhnya yang mulai terbentuk menjadikannya seorang wanita yang semakin hari menumpuk rasa sayang Martin menjadi semakin tinggi dan semakin tinggi. Serta datang bulan pertamanya, sampai mengharuskan mereka berdua masuk UGD disebuah rumah sakit sampai-sampai ditertawakan oleh dokter serta perawat-perawatnya. Kebahagiaan itu akan lengkap bila ia bisa hidup layaknya lelaki normal yang bekerja dengan normal, sebentar lagi ia akan mendapatkan impiannya, setelah menyerahkan Feylin, bosnya berjanji akan membebaskan Martin dari jaringan bisnis human trafficking itu.

Matahari sudah menunjukan diri, Martin bergegas kekamar untuk mengecek Feylin. Gadis itu tertidur dengan bekas air mata dipipinya, sama seperti saat Evelyn melihat dirinya setiap habis dipukuli, Evelyn akan menangis dikamarnya dalam diam.

Tiba-tiba smartphone Martin bergetar, tertera inisial big boss disana, ia melangkah menjauh dari kamar Feylin.

"Apa? Sekarang? Bukankah seharusnya besok?"

"Baiklah, sebelum jam 8 ia sudah ada disana"

Martin kembali memasuki kamarnya, tapi saat itu Feylin sudah terbangun dan menatapnya nanar, ternyata gadis itu tak benar-benar tidur tadi.

"Apakah kau harus seperti ini? Tak bisakah kau tak mengganguku? Tak bisakah kau renungkan dosamu terhadapku", tanya Feylin menahan tangis, dadanya sangat sakit, ia tak mau diserahkan kesana, ketempat mengerikan itu.

Martin mendekati gadis itu dan berkata, "maaf, aku tak punya hati dan perasaan"

Feylin tak bisa menahan tangisnya, meskipun ia mencoba bertahan dan mencoba kuat, nyatanya dia hanyalah gadis bertubuh kecil yang sangat lemah. Martin dengan paksa menarik tubuhnya dan membuatnya berdiri.

Feylin melawan, ia menghempaskan tangan Martin. Tapi Martin meraih tangan itu lagi, ia mengeluarkan borgol dari kocek celana belakangnya dan memborgol tangan Feylin. Martin memaksa gadis itu duduk dan menahan kedua kakinya agar tetap diselonjorkan lalu ia mengikat kedua kaki Feylin.

"Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku Martin!", Feylin tak menyangka Martin memang benar-benar tak punya hati, tangan dan kakinya sakit.

"Aku sedang mempersiapkanmu untuk diserahkan nona"

Rio, kau bilang kau bisa menciptakan satu keajaiban lagi, aku perlu itu sekarang Rio, aku perlu .. kau muncul disini sekarang, batin Feylin. Ia mengingat perkataan terakhir Rio kemarin, Rio memberinya satu kesempatan lagi. Ia tak mau diperlakukan seperti ini, sangat kasar dan biadap. Feylin tak bisa menahan tangisnya lagi saat Martin menggendongnya, ia tak bisa melawan karena kaki dan tangannya terikat.

"Turunkan aku Martin! Jangan bawa aku kesana!", Feylin berteriak dan memerintah, tapi Martin tak mengindahkannya. Ia berusaha dengan susah payah karena Feylin yang terus bergeliat dalam gendongannya, karena itu juga ia harus menuruni tangga dengan perlahan.

"Rio!", Feylin berteriak.

"Bodoh! Ia tidak ada disini", Martin mengeluarkan seringai jahatnya.

"Rioooooo! Aku mohon ..", Feylin makin mengencangkan suaranya.

"Berteriaklah sesukamu!", bentak Martin sambil menuruni tangga rumah itu.

"Rio, aku berjanji akan memaafkanmu dan aku mencintaimu, buatlah satu keajaiban untukku, kau harus berada disini sekarang", kata Feylin sambil menangis.

"Turunkan dia dari tangan kotormu!", bentak seseorang dari arah pintu.

Mata Feylin dan Martin sontak melihat kearah pintu secara serentak.

"Rio?", Feylin tak percaya bahwa lelaki yang dilihatnya sekarang adalah Rio.

Martin masih memperlihatkan seringai jahatnya, ia terlihat meremehkan Rio. Lalu muncullah Evelyn dibalik tubuh Rio, sontak Martin kaget dan seluruh tubuhnya terasa kaku, seringai jahat itu menghilang seketika.

"Turunkan dia Martin", ucap Evelyn datar.

Ekspresi yang dikeluarkan Martin dan Feylin tak lebih sama, Martin tak akan mengira bahwa Evelyn akan muncul disini, dan Feylin juga shock melihat seorang gadis dengan rupa yang sama persis dengan dirinya.

Martin menurunkan Feylin perlahan, Rio menyusul Feylin dengan cepat, Rio memeluk tubuh kecil Feylin dan menggendongnya menuju sofa. Lalu Rio berbalik arah dan melayangkan tinju kearah pipi kiri Martin. Tangan Evelyn agak bergetar, dari dulu ia tak suka Martin dipukuli, tapi kali ini beda, lelaki itu pantas menerimanya.

"Berikan kunci borgolnya!", Martin hanya menunduk pasrah dan memberikan kunci yang diminta Rio.

Rio bergegas mengambil kunci itu dan membuka borgol serta tali yang mengikat kaki Feylin.

"Maafkan aku Feylin", Rio menatap Feylin sedih, pergelangan tangan Feylin lecet, Feylin tampak pucat dan ketakutan.

"Rioo", Feylin melingkarkan lengannya kesekeliling bahu Rio, dan Rio membalas pelukannya, Feylin menangis sejadi-jadinya. Ia bersyukur Rio datang, ia takut tidak akan melihat Rio lagi, ia takut bahwa hari ini adalah hari kematiannya.

Lalu Rio menggendong Feylin dan membawanya keatas, ia ingin memberikan Martin dan Evelyn waktu untuk berbicara empat mata. Ia membaringkan Feylin keranjang, lalu ia bergegas mencari handuk serta baju ganti untuk Feylin.

Rio sudah tak gugup lagi menggantikan Feylin pakaian, rasa cintanya mengalahkan semua nafsunya. Ia mengelap muka dan leher Feylin serta mengobati luka lecet dipergelangan tangan gadis itu.

"Rio", Feylin memanggil Rio lembut, dan Rio hanya membalasnya dengan dehaman lembut. Feylin menepuk-nepuk ranjang disebelah mengisyaratkan Rio untuk berbaring disampingnya. Rio hanya mangangguk dan tersenyum, ia memberikan bantal lengannya pada Feylin dan memeluk gadis itu serta memberikan tepukan-tepukan ringan dipunggungnya.

Tubuh Feylin yang lemah itu merasakan kenyamanan dan kedamaian itu lagi, Feylin berjanji dalam hatinya tak akan melepas Rio lagi. Ia mulai merasa mengantuk dan perlahan tertidur.

Dilantai lain rumah itu ...

"Apa yang kau lakukan Martin?"

"Aku terluka Lyn", Martin menunjuk kesudut bibirnya yang berdarah. Biasanya Evelyn akan bergegas untuk mengobati lukanya tanpa diminta, tapi sekarang gadis itu tak memperdulikannya.

"Kau melukai hatiku Martin", mata Evelyn berkaca-kaca.

"Tidak Lyn, aku melakukan ini semua agar kita bisa hidup bahagia"

"Sadarlah Martin! Dunia ini bukan hanya antara kau dan aku! Dia kakak kandungku! Dia saudara kembarku!"

Martin terluka, baru kali ini ia melihat Evelyn begitu marah padanya.

"Aku memilih hidup bersamamu dan itu sudah cukup menyiksa hidupnya", Evelyn tak bisa menahan tangis lagi.

"Aku tahu semuanya Martin, antara kau dan big boss mu itu! Pekerjaan jahatmu itu aku tahu!"

"Lyn, maafkan aku!", Martin bingung harus bagaimana, Evelyn menangis dihadapannya. Ia membawa Evelyn kedalam pelukannya, gadis itu memang hanya diam tak melawan tapi tapi gadis itu tak membalas pelukannya. Ia tak tahu selama ini Evelyn tahu segalanya, pasti sangat menyakitkan untuknya bertahan disamping seseorang sepertinya.

"Aku harus bagaimana lagi?"

"Pergilah meminta maaf pada Feylin dan putuskan hubunganmu dengan big boss itu"

Evelyn membawa Martin ke sofa dan mengobati luka disudut bibir lelaki itu.
"Aku beri kau waktu untuk menyelesaikan urusanmu dengan bosmu, jangan sekali-kali kau menampakan diri dihadapanku kalau kau belum terbebas darinya"

Evelyn berdiri tanpa melihat Martin lagi, "pergilah, Martin".

~

Thanks for reading!
Visit my profile, if you mind ;)

You Are Mine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang