KDA 1 (R)

13.9K 507 7
                                    

Selamat membaca..

•••

Toko kue dan bolu itu tampak ramai akan pengunjung yang sengaja untuk membeli menu disana. Terlihat Dua perempuan berjilbab berbeda generasi, Tersenyum seraya melayani para pelanggan yang tengah mengantri tersebut.
Tak ada raut lelah di wajah kedua wanita berjilbab itu, yang ada senyum merekah di wajah ramah berserinya.

Toko "Zehra", nama itulah yang tertera diplang toko tersebut, bangunannya klasik namun sudah mendapat pengaplikasian modern didalamnya oleh tangan orang berkreativitas tinggi.

"Zehra, nak, tolong ambilkan pesanan ibu Heni, beliau menunggu di kursi dekat pintu". Suara wanita paruh baya itu mengalun, mengirimkan sinyal kelembutan dan kehangatan.

"Iya bun, pesananya bolu Brownieskan?". Sang Bunda mengangguk dan tersenyum meng'iya'kan.

Wanita muda yang dipanggil Zehra itu segera menghampiri ibu yang bernama Heni tadi, yang menjadi salah satu pelanggan setianya.

"Asslamu'alaikum, permisi. Benar ibu Heni?". Wanita yang bernama Heni itu, terkesiap sedetik melihat rupa dan suara yang mengalun lembut menyapanya. Untuk pertama kalinya jatuh hati pada perempuan manis dengan kerudung yang membalutnya. Heni tersenyum lembut sebagai jawaban.

"Ini ibu pesanannya, Bolu Brownies khas dari toko kami". Zehra menyerahkan pesanan salah satu pelanggananya itu. Ia terlihat antusias melayani wanita setengah baya yang terlihat seumuran dengan sang ibu yang ada dibalik etalase kaca bolu-bolunya.

"Terimakasih nak, ini uangnya. Sebentar, nama kamu siapa cantik sekali subahanallah..". Zehra yang akan mengucap terimaksihpun terhenti, dan merona mendengar pujian dari ibu Heni.

"Terimakasih kembali ibu, nama saya Zehra bu". Ibu heni tersenyum penuh arti.

"Jadi kamu yang namanya Zehra, MasyaAllah sampe saya gak tahu, padahal sering pesen disini. Kamu masih sekolah nak?". Zehra yang ditanya seperti tersenyum malu.

"Saya masih kuliah bu, mungkin ibu jarang lihat saya karena sedang ada jadwal kuliah, karena biasanya saya bantu Bunda kalau tidak ada jadwal kuliah, Bunda suka larang saya soalnya suruh fokus belajar dulu katanya hi..hi..". Zehra menjawab panjang lebar dengan sedikit terkekeh karena ia sedikit curhat. Memang Zehra adalah tipe anak yang welcome pada siapapun.

"Aduh kok Bundamu tak pernah cerita kalau punya putri yang manis ini sih! Kamu semester berapa zehra?".  Zehra menampilakan senyuman lebarnya, ibu Heni mengusap tangan Zehra.

"Bundakan memang seperti itu bu. Saya semester 3, ibu memang sudah kenal lama dengan Bunda saya?".

"Ayo duduk dulu biar enak ngobrolnya". Kata Heni,  Zehra sempat melirik pada Bundanya, dan sang bunda tersenyum.

"Jadi Ranti, Bunda kamu itu teman dulu sekolah saya. Dia mirip seperti kamu dari sikap dan lainnya. Jadi rindu masa sekolah dulu aduuh!". Zehra tersenyum dan antusias mendengar cerita dari Bu Heni.

"Setelah perpisahan sekolah kami lost contact, dan setelah bertahun-tahun lamanya saya dapat kabar kalo ayah kamu meninggal. Lho saya gak tau Bunda kamu menikah, karena dulu saya lanjut Kuliah di luar, jadi gak tahu apa-apa. Pas ayah kamu meninggal saya tak sempat emngantarkan ke pemakaman karena memang waktu itu mau lahiran anak ke dua, jadi tante disana merasa bahwa pergi satu datang satu kembali. Saya cuman meliahat ayahmu sekali, itu juga lihat dari foto. Ganteng lho ra ayah kamuu.. Hehehe..". Panjang lebar Heni jelaskan ketika masa mudanya itu dengan sang Bunda dulu. Zehra tertawa mendengar Heni mengatakan bahwa Almarhumah ayahnya dulu itu tampan. pantas saja, itukan yang biasanya dimiliki oleh lelaki berdarah timur tengah.

"Nih ya Ra, Bunda kamu yang di Indonesia aja nyantol sama lelaki Keturunan Turki, nah tante yang diluar negeri nyantol sama orang indonesia lagi akhrinya". Heni terkekeh menanggapi celotehan dirinya sendiri.

"Jodoh kali ya bu, tapi Alhamdulillah wajah ayah sedikit nurun ke saya, jadi gak begitu asia deh wajah saya hihihi..".

"Manis ih cantik banget sih kamu nak, Ranti!! Boleh bawa pulang ke rumah gak anak kamu, mau dijadiin menantu!". Mendengar itu, zehra menutup wajahnya dan menundukan kepalanya karena malu.

"Kamu kenapa nak?".

"Bu, saya malu diliatin pelanggan yang lain. Duh aduh mana banyak ikhwan lagi duh!". Zehra bergumam kecil, hal itu sontak membuat Heni tertawa renyah. Heni melihat sisi lain dari Zehra, dirinya jadi memikirkan hal lainnya.

"Ya sudah, saya pulang dulu yah. Semoga kita bisa sering bertemu lagi, Assalamu'alaikum". Zehra mencium tangan Heni dan berujar "Wa'alaikumsalam, hati-hati dijalan ya bu. Terimaksih sudah mempercayai Toko kami!". Heni mengusap kepala yang tertutup jilbab Zehra, dan keluar setelah melempar senyum.

Zehra kembali melayani para pelanggan yang lainnya. Senyumpun tak pernah luntur dari bibir tipis berwarna pink alami miliknya, hidung yang macung dan dagu yang lancip menambah kecantikan dari Zehra Aufa Sahin.

•••

Setelah melaksanakan Shalat Isya, Zehra masuk kedalam kamar sang Bunda. Ternyata bundanya sedang merapihkan sajadah dan mukena yang sehabis dipakai.

"Bundaa..". Suara Zehra terdengan pelan, karena tidak mungkin ia meninggikan suara didepan Bunda satu-satunya itu.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu mau manja-manja lagi sama bunda?".  Zehra menganggukan kepalanya merajuk pada sang bunda. Duduk disamping sang bunda dan memeluknya.

"Bunda..Kalo Zehra nikah Muda boleh?". Sang bunda yang mendapat pertanyaan itu menyerngit heran namun senyumannya tak pudar.

"Memang kamu sudah siap, ada calonnya? Kalo bunda silahkan saja, kamu sudah dewasa silahkan tentukan pilihan yang menurut kamu baik dan bunda pesen sebelumnya lebih baik istikharah terlwbih dulu, kalau-kalu memang sudah ada calonnya".  Zehra semakin erat memeluk sang bunda, Bundalah orang tua satu-satunya yang dimiliki Zehra.

"Tapi Bunda, Zehra ingin langsung di Khitbah dan bukan emas ataupun permata yang menjadi bentuk simbolis orang yang mengkhitbah Zehra". Bunda mengerutkan keningnya.

"Terus Zehra mau apa?". Bundanya berkata seraya mengusap-usap kepala Zehra.

"Al-Qur'an"

"Ya sudah nanti tinggal bicarakan". Bundanya tersenyum mendengar perkataan putri satu-satunya itu.

"Enggak, Zehra maunya 'Dia' itu yang mencari tahu, kalo bukan Al-qur'an Zehra gak mau nerima ah, dia gak inisiatif banget!".

"Hush! Kamu ini ada-ada saja, ya sudah lebih baik kamu cepat istirahat".

"Bunda kalo Zehra mau menikah, siapa yang jadi wali Zehra? Kakak atau adik ayah ada?". Zehra menambhakan obrolan, untuk sekedar mendapatkan jawaban yang sudah lama menjadi pertanyaannya.

"Ada, paman-pamanmu, Adik ayah kamu".  Zehra seketika menegakan kepalanya semangat.

"Dimana?". Bertanya dengan senyum lebar.

"Di Turki". Jawaban sang Bunda membuat Zehra menundukan kepalanya.

"Yah jauh dong bun, harus kesana dulu".

"Gak apa-apa, sekalian silaturahmi sama sodara-sodara ayah. Atau nggak calonmu itu suruh datangi keluarga ayahmu disana dan beritahu niatan baik dia kesana mau apa, gimana?". Zehra tiba-tiba tersenyum dan mengecup pipi sang Bunda.

"Bunda emang paling The Best pokoknya!!". Zehra tak melepaskan pelukan dari bundanya.

"Ya udah sana gih istirahat! Selamat tidur anak bunda yang cantik dan Solehah".

CUP

Ranti mengurai pelukan dan mengecup kening putrinya, kegiatan yang rutin dilakukan ketika menjelang tidur. Zehra tersenyum hangat mendapat tatapan hangat sang Bunda.

"Selamat tidur juga Bundaa". Setwlah itu senyumnya perlahan memudar digantikan dengan wajah cantik yang polos dan Zehra menikmati setiap detik di harinya.

.
.
.
Alhamdulillah versi revisi nih...




KHITBAH KU DENGAN AL-QUR'ANWhere stories live. Discover now