KDA 3 (R)

10.3K 376 9
                                    

______________________________

Pertemuan pertama dengan Zehra, membuat seorang Azka terbayang akan sosok adik tingkatnya itu yang berjilbab dan senyuman yang terlihat begitu ikhlas.

Seperti malam ini Azka sedang makan malam bersama kedua orang tuanya, ia memiliki seorang adik laki-laki namun usianya masih tiga tahun. Namun ditengah makan malam tanpa disadari Azka tampak melamun dan itu membuat kedua orang tuanya heran.

"Azka..". Suara lembut sang Anne tak didengarkannnya.

"Azka!". Kini giliran suara sang Baba yang tegas Azka barulah terlonjak dan sadar dari lamunannya.

"Kamu itu kenapa? Ini sedang makan malam, tapi kamu melamun!".

"E-enggak kok Baba, Azka gak kenapa-kenapa?". Azka berusaha mengelak dengan ragu.

"Enggak kenapa-kenapa kok melamun? Mikirin siapa? Anne perhatikan sejak kemarin pulang ngajar kok jadi sering melamun?". Nisa- yang mersa anaknya berbeda dari kemarinpun menanyakan hal tersebut.

"Jangan-jangan kamu suka sama adik tingkat kamu!?". Perkataan Koc Ahmed, membuat anaknya itu mencelos dan kik-kuk.

"Hehe..nggak kok Baba, Azka cuman heran aja sama salah satu adik tingkat Azka kemarin. Saat teman-teman yang lainnya mengggerutu sebal karrna test yang diadakan Azka, dia malah tersenyum maniss..banget!". Disaat Azka mencoba bercerita, Azka baru tersadar oleh suara interupsi dari koc Ahmed dengan ucapannya yang terakhir.

"Azka!".

"Astagfirullah..Maaf Baba, Azka gak berniat, itu diluar kendali Azka!". Berucap menyesal karena kesalahannya dalam berbicara, Azka menepuk dahinya.

Aduh ini Hati-Otak-Lisan kok gak sejalan sih

"Ya sudah sebaiknya kita makan terlebih dahulu, nanti saja ngobrolnya".

Nisa sudah senyum-senyum penuh arti dan melirik anak sulungnya itu.
"Habis ini aku mau tanya-tanya Azka, ya harus!". Ucapnya dalam hati.

Selesai makan malam keluarga tersebut berkumpul di ruang keluarga, kecuali Azka yang meminta izin untuk segera kekamar dengan alibi mengerjakan tugas.

Ceklek..

Pemilik kamar terlonjak dengan seseorangang yang membuka pintu kamarnya.

"Anne?".

"Anne panggil-panggil kok gak dibuka sih pintunya? Katanya mau mengerjakan tugas kok malah tiduran sambil melamun lagi!". Nisa duduk berhadapan di ranjang putranya tersebut.

"Eu..sebenarnya tugas Azka sudah beres Anne. Maaf tadi Anne ketuk pintu Azka gak dengar". Azka meminta maaf karena merasa tak enak hati dengan sang Anne.

"Kamu kenapa? Cerita dong sama Anne, masih kepikiran sama gadis senyuman manis itu?"

"eh?" Azka hanya merasa seperti tertangkap basah karena memikirkan gadis tersebut, seperti apa yang telah Annenya itu katakan.

"Anne senang kamu tertarik pada salah satu  gadis tersebut, tapi gak baik loh mikirinnya berlebihan. Ingat! Dia bukan makhram kamu".

Astagfirullah! Iya juga. Ingat dia bukan halal kamu Azka!

"Iya Anne, maaf Azka lupa". Nisa mengusap kepala sang puta dan menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah, selamat malam putra Anne dan jangan lupa, kalau kamu sudah siap menghalalkan salah satu perempuan, lebih baik disegerakan agar tidak terjadi fitnah atau hal-hal yang tidak diinginkan".

Pipi Azka memerah mendengar perkataan sang Anne.

"Anne! Selamat malam". Satu kecupan mengenai pipi Nisa. Memang Azka adlah tipikal anak yang dekat dengan sang ibu. Menurut Azka, 'Ibu Adalah Tempat peraduannya'.

Memang anak akan kembali pada sang malaikat tanpa sayap, yang mencurahkan segala kasih sayang dan beribu perhatian kepada anaknya. Walaupun sang anak sudah melakukan kesalahan besar sekalipun, pada akhirnya Anak akan kembali pada peraduan tuhan dan rengkuhan hangat seorang Ibu.

Jadi tidak salah jika seorang anak lebih dekat dengan seorang Ibu, karena pada benak anak orang yang pertama kali menjadi tempat bercurah adalah Ibu. Walau seberapa dekatpun anak dekat dengan sang Ayah, tetap Ibu-lah seseorang yang pertama kali di ucapkan, sosok yang paling mudah untuk dirindukan.

TOKO ZEHRA (BOLU & KUE)

"Bun, Ada yang perlu Zehra bantu lagi?". Gadis tersebut sedang membantu sang bunda yang tengah berbenah didalam toko bolu dan kue, usaha yang dijalani keluarganya.

Ayah Zehra, yang memang berasal dari negara peradaban islam telah meninggal dunia ketika usia Zehra empat tahun. Oleh karena itu, sang Bunda membuka usaha dengan uang yang tak banyak yang ditinggalkan suaminya.

Sebenarnya, Bunda dan Zehra akan diboyong ke Negara Dua Benua tersebut, tetapi sebelum Zehra pas berumur lima tahun, Ayah Zehra di panggil terlebih dahulu oleh sang pencipta.
Karena Bunda ingin tinggal di Indonesia hingga umur Zehra lima tahun, setelah itu ia akan ikut suaminya, namun tuhan berkata lain.

"Sudah sayang, semua sudah beres lebih baik kamu istirahat, besok pagi kamu ada kelas". Perhatian sang Bunda adalah obat paling manjur dalam menenangkan kegelisahan hatinya setiap saat. Oleh karenanya Zehra benar-benar sayang pada Bundanya.

"Ya sudah, kalau begitu kita kembali kerumah dan waktunya Zehra bermanja-manja pada Bunda". Raut ceia Zehra, meninbulkan senyuman tulus sang Bunda.

"Dasar kamu ini, anak bunda manja sekali".

"Gak apa-apa Bun, sebelum Zehra jadi makmum orang". Bundanya hanya geleng-geleng kepala.

"kamu ini pengen nikah cepat? Perasaan nikah-nikah terus". Keduanya mengobrol sambil berjalan menuju ke rumah.

"Kalo jodoh Zehra datangnya cepat, mau bilang apa".

"tapi bunda Mohon shalat istikharah dulu sebelum mengambil keputusan".
Berjalan tak terasa, hingga memasuki kamar Zehra.

"Pasti bun! Selamat malam bunda..".

"selamat malam juga anak cantik bunda, jangan lupa berdo'a". Kecupan mendarat di dahi Zehra, setelahnya pasangan Ibu anak itu tertidur.



TBC

___________________________________

Assalamu'alaikum....

KDA update part Revisi lho..
Gak bosen-bosennya, weby ingetin kalo judul disetiap part ada tanda (R) itu artinya sudah Revisi.

Terimakasih kepada semua yang sudah mendukung, membaca, comment, dan memvote cerita dilapak ini.

Jangan lupa juga kunjungi lapak weby yang lain yaitu, PENGANTIN KECIL. Sekali lagi terimakasih...

Berharap masih ada kesempatan buat naik cetak, tapi lebih pastinya harus selesai dulu cerita ini. Do'akan semua....

Tertanda,

WebyKhamelia

KHITBAH KU DENGAN AL-QUR'ANWhere stories live. Discover now