BAB XVII

588 40 9
                                    

Sorry ya agak telat dan sorry kalo banyak typo.. semoga kalian suka daaannn mana pendukung Farrel!! ayo vomment nya manaa, hihi😂

Picture : Farrel N. Xavier
***

Reva membuat tanda melingkar pada kalender. Sudah tiga tanggal yang ia lingkari termasuk hari ini. Lalu kalender kecil itu ia masukkan kedalam laci meja nya.

Ia melirik kearah samping, ketempat dimana teman semejanya duduk. Sayangnya disana tidak ada orang. Makhluk yang duduk disampingnya itu menghilang selama tanggal-tanggal yang ia lingkari tadi.

Sebenarnya tidak bisa dibilang menghilang juga sih, Farrel masih menghubungi sekolah. Meminta izin tidak datang kesekolah karena sakit.

Tapi Reva tetap menganggap kalo Farrel menghilang. Laki-laki itu tidak menghubunginya.

Memangnya Farrel punya nomor kamu, Rev?

Ah, benar juga.

Lagian, untuk apa dia menghubungimu kalo dia tidak punya keperluan? Kamu siapanya dia?

Kenyataan itu berbanding terbalik dengan mimpi, ya?

Reva menghembuskan nafasnya. Baiklah, ia menyerah. Ia hanya rindu Farrel. Iya, Rindu.

Apa ia masih sakit?

Apa demamnya belum turun?

Apa dia..

"Arrgghhh" Reva menggeram kesal.

Reva baru menyadari satu hal. Ia tidak tahu apapun mengenai Farrel.

Ia pikir, ia tahu tentangnya. Ia pikir, ia berada dideretan orang pertama yang memahami cowok itu.

Nyatanya? Ia tidak tahu apapun tentang Farrel. Apa makanan favoritnya, apa film favoritnya, apa yang tidak dia sukai. Ia bahkan tidak tahu apa yang dipikirkan oleh cowok itu.

Aku tidak mengenal Farrel.

Reva terpaku. Bagaimana mungkin ia menyukai orang yang.. bahkan ia tidak mengenal orang itu?

Reva mengeluarkan ponselnya lalu ia membuka google. Ia mengetik Farrel N. Xavier. Mungkin saja google tahu sesuatu.

Banyak yang muncul sebagai hasil dari pencarian. Kebanyakan berbahasa asing.

"Aduhh, aku tidak tahu artinya." Ia masih melihat-lihat tulisan yang ada dilayar ponselnya.

"Emangnya yang ditulis disini sama dengan Farrel yang aku maksud?" Gumam Reva akhirnya.

Reva menemukan sebuah foto. Ia memperbesar foto itu. Lalu mendownloadnya.

Ia pandang lekat-lekat foto itu. Foto seorang anak laki-laki yang nampaknya seumuran anak SMP. Didalam foto itu, anak laki-laki itu sedang memegang sebuah piala -Sepertinya- dengan sebuah senyum kecil diwajahnya.

Reva tersenyum. Ia yakin ini Farrel. Farrel kecil yang menggemaskan.

Kok sekarang kamu ngeselin ya Rel?

Hm, sepertinya keputusan Reva mencari diinternet tepat sekali. Apa dulu Farrel terkenal?

Reva kembali kepada tulisan-tulisan yang menjelaskan foto itu.

Reva tidak mengerti.

Ia melanjutkan pada yang lainnya.

Ia masih tidak mengerti.

Akhirnya, ia menyerah. Reva memblock tulisan-tulisan itu lalu disimpan di memonya. Nanti akan ia coba artikan dirumah. Lewat google translate. Tentu saja.

***

Bel pulang sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu.

Dan disini lah Reva berada sekarang. Di depan gerbang besar rumah Farrel.

Reva melihat disela-sela gerbang, melihat halaman rumahnya yang lumayan luas.

Masih terlihat seperti saat terakhir ia datang bersama Steve.

Ngomong-ngomong, Reva tidak menyangka bahwa ia bisa seberani ini untuk kesini.

Mungkin ini yang namanya kekuatan CINTA.

Andai saja dirinya yang dulu melihatnya sekarang, ia akan menertawakan kebodohannya ini.

Reva tidak mau ambil pusing jika ada yang mengatainya bodoh. Ia mencintai Farrel.

Ya, Reva mencintai Farrel. Benar-benar mencintainya. Dia membutuhkan Farrel.

Reva menyadari bahwa ia belum mengenal cowok itu, tapi ia akan mencari tahu. Ia akan mengenal cowok itu perlahan-lahan. Tidak perlu terburu-buru.

Karena itulah ia berada disini, didepan gerbang rumah Farrel. Menunggu untuk dibuka tetapi tidak dibukakan.

Pelayanan rumah tangga macam apa ini? Kemana orang-orang yang kata Farrel security?

Sepertinya Reva harus setuju dengan Steve.

Reva kembali melihat ke dalam pekarangan rumah Farrel. Ia melihat sebuah mobil sudah diparkir dihalaman.

Eh? Mobil? Siapa?

Mungkin saja itu salah satu koleksi mobil milik Farrel.

Reva melihat jam tangan mungilnya, ia sudah berdiri disini selama satu jam. Apa dia tidak lelah? Tidak.

Ia rindu Farrel, selama tiga hari ini Reva sengaja tidak menjenguk Farrel. Ia tidak mau, ia malu.

Ia malu mengingat saat..

Wajahnya memerah mengingatnya. Ia tidak tahu kenapa Farrel melakukan itu, apa disengaja atau dilakukan secara tidak sadar?

Tentu saja TIDAK SADAR, Bodoh!

Reva menghembuskan nafas nya. Bukan itu yang menjadi pertanyaannya selama tiga hari ini.

"Apa Farrel juga mencintaiku?"

Dengan perlahan, ia mendorong gerbang itu, terbuka. Reva mengernyit.

Kenapa tidak sedari tadi ia mendorong saja pintu ini?

***

Yah, maaf pendek.
Terus, 30 vote for next chapter.
Kalo boleh komentarnya juga.

Oh ya, next chapter ada picture Reva!

Thanks udah mau baca cerita abal-abal kamii😊😊

REMEMBER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang