Chapter 31 "Hujan"

3K 169 67
                                    


Suara rintik air hujan yang mulai berjatuhan tertangkap oleh indera pendengaranku tepat saat aku dan Bella memutuskan untuk pulang.

Terdengar syahdu. Merdu. Menenangkan.

Namun karena itulah kami tidak dapat beranjak pergi dari tempat kami berada. Bella memandang kesal ke angkasa seolah mengutuk keras Dewi Hujan yang ada di atas langit.

"Yaaah...! Malah hujan...!"

Keluh Bella sembari menurunkan alisnya.

Meski awan gelap tengah merundung, aku masih dapat melihat pesona kecantikan yang terpancar dari gadis berambut oranye itu dengan jelas.

"Aku membawa payung! Ayo cepat pergi dari sini!"

"Oh, kau membawanya?"

"Tentu saja."

Aku segera mengambil payung dari tasku dan membukanya agar dapat melindungi kami dari terpaan air hujan.

Meski saat ini hujan turun tidak begitu lebat, jika kami berjalan tanpa naungan payung tentu saja akan membuat pakaian kami basah.

Kami berjalan menuju terminal bus yang terletak tidak jauh dari sini.

Langkah kaki Bella yang begitu kecil membuatku harus menyesuaikanya agar seirama denganku.

Aku baru sadar kalau kecepatan Bella berjalan mungkin hanya setengah dariku. Entah mengapa menuju ke tempat yang berada dalam jarak pandanganku terasa begitu lambat.

Sempat muncul sebersit rasa tidak sabar dan ingin langsung menggendongnya seperti putri.

Tapi jika kulakukan hal itu, gadis berambut oranye ini pasti memberiku pukulan serta caciannya.

"Apa...?"

Aku membalas pandangan Bella yang sejak tadi menusukku.

Gadis itu tidak membalas ucapanku. Ia hanya terdiam dan memberiku tatapan yang lebih dalam sehingga memperbesar rasa penasaranku.

Kemudian dengan tangan rampingnya, Bella menegakkan payung yang sejak awal kucondongkan ke arahnya.

"Jangan bersikap terlalu baik padaku! Menjijikan, tahu!"

"Kalau begitu maumu, baiklah!"

Dalam sekejap aku langsung merebut payung untukku sendiri. Kemudian berjalan dengan normal tanpa harus mencocokan langkahku dengannya.

Karena langkah kakinya lebih kecil, ia pun tertinggal dariku.

"H-Hei...! Tungguuu...!!!"

Di tengah alunan melodi rintikan air hujan, aku bisa mendengar suara langkah kaki Bella. Tak perlu melihat apa yang ia lakukan, aku sudah tahu ia tengah mempercepat langkahnya guna mengejarku.

"Dasar bodoh...! Tunggu aku...!"

Meskipun sudah mempercepat langkahnya, ia masih tidak dapat memperpendek jaraknya denganku.

"Kubilang tunggu! Heyaaaaaatttt...!!!"

Aku dipaksa harus mencium tanah saat punggungku yang tanpa pertahanan sedikit pun, ditendang dengan keras olehnya dari belakang.

Bajuku yang beberapa saat lalu masih bersih, kini menjadi basah dan bercampur lumpur begitu terjerembab dalam kubangan air di jalan.

Bukannya meminta maaf dan membantuku berdiri, Bella malah melancarkan serangan susulan dengan melompat ke atas tubuhku yang masih terbaring di atas tanah.

"Aaaaaaaaaaaa...!!!"

"Pendaratan sempurna!"

Bella membentangkan kedua tangany seperti posisi badan pesawat.

My Wife is My EnemyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz