part 11

67 13 0
                                    

Aku berdiri di depan kelas sembari menatap jauh ke depan berharap bisa melihat sosoknya yang seharian ini belum muncul sama sekali.

Min Hyuk seonsaeng hari ini tidak mengajar dikelasku. Tapi aku tahu dia ada jadwal mengajar dikelas lain, jadi aku sangat yakin dia pasti ke sekolah kecuali mungkin memang sedang berhalangan datang.

"Aku haus, apa kau mau sekalian ku belikan air mineral?" tanya Min Ah.

Aku mengangguk mengiyakan. Berdiri terlalu lama juga sedikit melelahkan. Apalagi hari ini terasa sedikit lebih panas daripada biasanya.

"Baiklah, tunggu disini. Aku tidak akan lama."

Aku kembali mengangguk dan membiarkannya pergi.

Tiba-tiba saja seseorang datang menghampiriku.

Kim Kyu Joong.

Laki-laki yang saat ini berdiri disampingku adalah cinta pertamaku sewaktu masih duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah ini.

Kembali ke setahun yang lalu, dia adalah murid pindahan entah dari sekolah mana. Tubuhnya tegap dan ramping tanpa otot yang menonjol, kulit putih bersih, rambut lurus meski tak tertata rapi, dan seragamnya yang memancarkan bau khas laundry yang setiap hari kurindukan di masa itu.

Tapi semua tidak berlangsung lama. Belum sampai pada tahap resmi berstatus sebagai pacar, aku mendapatinya merayu murid lain yang dulunya juga merupakan salah satu teman terdekatku bernama Choi Yeon Mi. Disaat yang sama, Yeon Mi memintaku untuk membantunya agar bisa lebih dekat dengan Kyu Joong.

Merasa semua telah berakhir, aku menyerah dan saat itu aku menangis untuk pertama kalinya di masa-masa sekolahku hanya karena patah hati.

Akupun memilih menjauh dari mereka. Pada saat itu aku berpikir bahwa menjauh adalah pilihan yang tepat untuk bisa membuat semuanya kembali berjalan normal seiring berjalannya waktu.

Kenyataannya, Kyu Joong egois. Tak berselang lama, dia kembali mendekatiku dan sejak saat itu dia sama sekali tak ingin melepasku lagi. Dia bersikap protektif seolah-olah aku ini hanya miliknya seorang. Padahal aku sudah tak menyukainya.

Parahnya, setiap ada laki-laki yang ingin mendekatiku akan berakhir dengan sebuah kesalahpahaman.

Laki-laki pertama, berakhir dengan perkelahian dengan Kyu Joong.

Yang kedua, tiba-tiba menjauh dariku dan ketika aku bertanya apa alasannya menjauh, dia malah bertanya balik 'bukankah kau sudah berkencan dengan Kyu Joong? Lalu kenapa masih mengharapkanku?' Ugh.

Yang terakhir meninggalkanku karena sering memergokiku berdua bersama Kyu Joong dan menuduhku berkhianat. Parahnya, kami sudah berkencan selama hampir 4 bulan. Miris.

Sampai saat ini aku masih mencari cara agar bisa benar-benar lepas dari Kyu Joong. Aku harus waspada karena kali ini aku tidak ingin dia tahu soal aku yang menyukai Min Hyuk seonsaeng. Aku tidak mau gagal lagi dan membiarkan Kyu Joong menghancurkan anganku untuk bisa berkencan dengan seonsaeng. Berkencan? Meski terdengar mustahil, aku tetap berharap bisa berkencan dengannya hahaha.

Banyak orang bertanya kenapa aku tidak mau menerima Kyu Joong lagi.  Jawabannya sederhana saja yaitu karena aku masih tetap pada pendirianku untuk jatuh cinta cukup satu kali untuk 1 orang. Jika aku sudah melupakan seseorang, aku tidak akan kembali lagi untuk kedua kali padanya. Aku tidak ingin cinta memperbudakku. Intinya, kita sebagai wanita highclass harus punya pendirian agar tidak dianggap remeh oleh orang lain. Apalagi oleh pria.

Mungkin ini juga yang menjadi alasanku berusaha setia pada orang yang kusukai. Seringkali terjadi disaat aku ditinggalkan seseorang namun sudah melupakannya, dia yang tidak tahu diri itu tiba-tiba kembali untuk menarik simpatiku lagi dan berusaha membuatku kembali luluh padanya. Oh tidak, aku benci situasi seperti ini. Seperti untuk apa membaca buku yang sama untuk kedua kalinya jika sudah tahu endingnya seperti apa?

(Jujur saja aku malu mengatakan pandanganku tentang cinta di umur yang belum 17 tahun ini, kesannya seperti dewasa sebelum waktunya. Tapi memang kenyataannya aku seperti itu, kan? Hahaha)

"Ada apa?" Aku memulai pembicaraan dengan nada ketus.

"Rasanya sudah lama tidak berduaan seperti ini denganmu," kata Kyu Joong merayu.

"Cih, kau melebih-lebihkan sekali," balasku.

"Kuperhatikan, akhir-akhir ini kau dekat dengan seonsaeng baru itu."

Deg! Apa ku bilang, cepat atau lambat dia akan sadar soal ini. Ini bahaya. Pertanda buruk.

"Namanya Lee Min Hyuk seonsaeng," ralatku meski tahu dia sudah tahu.

"Ya, itu maksudku. Lalu kenapa kalian bisa sedekat itu? Jujur saja, aku tidak suka."

Uh, dia memang terlalu jujur. Lalu apa masalahnya jika dia tidak suka? Memangnya apa hubungannya denganku? Masa bodoh, dia kan bukan ibuku yang berhak melarangku.

"Kau tidak perlu tahu," jawabku.

"Huh, jadi kau tidak ingin memberitahuku?"

"Ya," jawabku.

"Kau yakin?"

"Sangat yakin."

Lalu tiba-tiba saja karet rambutku sudah berada ditangannya. Aku berusaha sebisaku untuk meraihnya namun dia menghindar dan berlari menjauh. Akupun mengejarnya.

Cuaca hari ini sangat tidak memungkinkan untuk membiarkan rambutku terurai. Udara sedang berada dipuncak panasnya dan aku butuh karetku. Hanya itu satu-satunya yang kumiliki untuk menghindariku dari efek teriknya matahari yang menggerahkan ini. Jika bukan karena alasan ini, untuk apa aku repot-repot meladeni kejahilan Kyu Joong.

Tak berapa jauh dari tempat awal, dia berhenti berlari dan berbalik menatapku.

"Kau benar-benar tidak ingin memberitahuku?" Tanyanya memastikan.

"Itu bukan urusanmu!" Jawabku mantap.

Dengan gerakan cepat dan modal tubuhnya yang menjulang tinggi, dia meletakkan karet itu di langit-langit jendela.

Aku tahu, meski berusaha mengambilnya pasti tidak akan berhasil, tubuhku kan pendek sekali.

Tiba-tiba, seperti dengan gerakan slow motion dalam adegan romantis, Min Hyuk seonsaeng muncul entah dari mana. Dia menghampiri kami dan menolongku mengambilkan karet itu.

Sesaat aku diam mematung seperti terbius indah parasnya.

Satu detik. Dua detik. Tiga detik.

Kyu Joong berdeham membuatku terkejut.

"Gamsahamnida, seonsaeng!" Kataku lalu meraih karet itu dari tangannya.

"Jangan mengganggunya lagi!" Min Hyuk seonsaeng berkata penuh penekanan pada Kyu Joong.

Kyu Joong menggaruk kepalanya yang tertunduk tak tahu harus merespon apa.

"Kau baik-baik saja?" tanya Min Hyuk seonsaeng padaku.

Aku mengangguk tersenyum.

"Kembalilah ke kelas," pintahnya.

"Baik seonsaeng," jawabku.

Akupun kembali ke kelas diikuti Kyu Joong yang berjalan di belakangku.

"Sok jadi pahlawan," sindir Kyu Joong.

"Lebih baik seperti itu, dibandingkan kau yang suka menjadi penggganggu," balasku. Aku menjulurkan lidahku mengejeknya.

Sampai dikelas, aku langsung menghampiri Min Ah.

"Kau darimana? Apa aku telah melewatkan sesuatu lagi?" Tanya Min Ah sambil menyodorkan sebotol air mineral padaku.

Aku meneguk sedikit air itu lalu tersenyum lebar mengiyakan.

Rasanya seperti Puteri Angsa dalam negeri dongeng yang ditolong oleh seorang pangeran dari sebuah panah yang hendak menusuknya. Kisah klasik namun cukup mendebarkan.

Coffee Of My LifeWhere stories live. Discover now