[3] Penaklukan

64 7 20
                                    

Pagi ini keadaan di rumah keluarga Gride sangat sibuk. Bunyi barang-barang jatuh dan perintah-perintah menyuruh terdengar. Hari ini adalah hari keberangkatan Cherine melakukan penaklukan. Sebuah ritual yang dilakukan oleh penyihir putih, manusia keturunan penyihir-Half Blood-ataupun penyihir hitam untuk mendapatkan sebuah kekuatan langka. Cherine dan Hiroomi termasuk Half Blood karena ayahnya seorang penyihir putih dan menikahi ibunya yang manusia.

Kekuatan ini disebut Phoenix yang merupakan sosok roh sihir yang kekuatannya bersemayam dalam tubuh pemiliknya. Untuk mendapatkan Phoenix, sang penyihir harus bersiap-siap menghadapi kematiannya. Kematian penyihir yang melakukan penaklukan kebanyakan akibat serangan mahkluk sihir buas di Hutan Eve dan kelalaian si penyihir yang tak mampu mengolah energinya dengan baik sehingga mereka mati kelelahan, kelaparan ataupun dehidrasi.

"Hiroomi! Tolong ambilkan botol minumku di situ!" teriak Cherine pada adiknya.

Cherine sedang sibuk mengemasi tas, mengisi peralatan sihir dan perbekalan yang akan dibawa. Hiroomi datang tergopoh-gopoh dan menyerahkan botol minum kepada kakaknya.

"Nih, apa lagi yang kaubutuhkan?" Hiroomi ketus. Ia berkacak pinggang dengan dahi yang mengerut.

Cherine berpikir sejenak. Dia memegang dagunya dengan tangan kanan kemudian menaikkan sebelah alis dan tersenyum jahil. Hiroomi yang melihatnya mulai curiga.

"Mungkin ada baiknya jika aku membawa sehelai bajumu, Hiro," goda Cherine yang membuat Hiroomi tertunduk malu.

"Hei, yang benar saja kau ini, Cherine!" sergah Hiroomi cepat. Ia memalingkan mukanya.

Ibu dan Cherine tertawa. Hiroomi memutar tubuh lalu berjalan meninggalkan kedua wanita kesayangannya dengan wajah memerah. Antara malu dan marah.

"Berhentilah menggodanya Cherine, ia sudah besar." Ibu berusaha menahan tawanya sedangkan Cherine tertawa lepas.

"Ahaha, maafkan aku Hiro!" seru Cherine ditengah-tengah tawanya.

Ia mengusap matanya yang mengeluarkan air mata akibat tertawa. Gadis ini senang sekali menggoda adik lelakinya sampai-sampai mereka pernah tidak saling bicara selama 2 hari. Kemudian Cherine berdiri dan menyandang tasnya.

"Ayo keluar, bu!" ajak Cherine lalu diikuti oleh ibunya.

Di luar rumah Cherine merenggangkan tubuhnya dan menghirup udara dalam-dalam. Suasana pagi di Revaille sangat menyenangkan, udara paginya yang segar, para tetangga yang selalu menyapa dan seekor kerbau yang selalu melenguh kepada Cherine setiap pagi dari sawah yang tak jauh di depan rumah mereka.

"Haaah..." Cherine membuang napas panjang.

Ia merapikan rambutnya hitam sebahunya lalu dari kejauhan Cherine melihat sosok pemuda berambut pirang pucat berjalan menuju rumahnya. Pemuda itu melambai-lambaikan tangan kanannya dan memamerkan senyum indah menawan yang ia miliki. Cherine dan Ibunya kadang terpesona dengan ketampanan pemuda itu sehingga tanpa sadar Ibu dan Cherine sering memujinya dan membuat Hiroomi cemburu.

"Hiroomi, cepat bersiap! Zurich datang menjemputmu!" seru Cherine sambil mengintip ke dalam rumah.

Kemudian terdengar suara berisik langkah kaki dari arah kamar Hiroomi. Pemuda berambut pirang pucat yang bernama Zurich itu berhenti beberapa langkah di depan Cherine.

"Kau.. mau kemana Cherine?" tanya Zurich, lalu ia memperhatikan Cherine dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Pemuda ini mengamati Cherine dengan saksama sampai membuat gadis di depannya terpaksa menjentikkan jari di depan wajahnya.

"Aku akan pergi melakukan penaklukan," ucap Cherine bangga sambil menatap Zurich. Cherine bergaya seolah ia seorang pahlawan. Membusungkan dada dan memegang pinggang.

HIROOZU : Save The PrincessWhere stories live. Discover now