20

15K 1.2K 140
                                    

Tak terasa sejak 3 tahun kematian Suga, waktu bergulir begitu cepat. Semua seakan kembali pada awal. Kembali normal.

Tapi itu hanya sekedar 'seakan'.

Nyatanya Hyera masih belum bisa melupakan segalanya. Belum bisa menerima kenyataan bahwa Suga telah pergi. Sebagian dirinya percaya Suga masih hidup. Hanya saja tak berada didekatnya.

Tetapi jelas jelas dengan kedua matanya sendiri, ia menyaksikan tubuh pucat tak berdaya milik Suga terbaring kaku tanpa adanya satupun gerakan. Bahkan, Hyera melihat langsung dengan kedua matanya sendiri ketika Suga dimasukkan didalam peti dan dikubur didalam tanah.

Terdengar berlebihan tapi memang ini adanya. Separuh jiwa Hyera lenyap bersama kepergian Suga.

Tak ada lagi Hyera yang selalu tertawa riang. Tak ada lagi Hyera yg suka bercanda. Tak ada lagi Hyera yg banyak bicara.

Hyera berubah 180 derajat. Menjadi lebih pendiam. Suka menyendiri.

Hyera jadi suka merenung sendirian. Duduk menikmati angin dan berkhayal bahwa Suga sedang duduk disampingnya, menemaninya. Seridaknya itu dapat mengurangi rasa rindu mendalamnya pada Suga.

"Hyera?"

Hanbin memanggil Hyera dan menyadarkan dari lamunan Hyera ditengah malam yg dingin dan sunyi ini. Sedangkan yang dipanggil hanya menoleh dan melempar senyum tipis kepada kakak tersayangnya itu.

"Apa yg kau lakukan disini? Harusnya kau saat ini tidur. Bukan berdiri diam disini." Hanbin mengambil posisi disebelah kanan Hyera, dan berdiri sembari menatap sayang adik satu satunya itu.

"Aku, ga ngantuk"

"Yaampun Hyera. Ini jam 1 malam. Kau anak perempuan. Tidak boleh tidur terlalu larut malam." Hyera hanya menatap depan tanpa perlu menjawab perkataan kakaknya.

Sedangkan Hanbin hanya bisa tersenyum sedih melihat perubahan sikap adik perempuannya. Hanbin bisa membayangkan bagaimana terpuruknya Hyera. Ia paham bahwa Hyera amat sangat terluka. Dan luka itu seakan tak bisa disembuhkan.

Dari sekian juta perpisahan yang pernah ada didunia ini, kematianlah perpisahan yg paling menyakitkan.

Karena tak perduli seberapa besar kau mencoba, sekuat apa kau berusaha, orang itu takkan pernah kembali.

Suasana kembali hening karena Hanbin tak memulai suatu obrolan lagi. Ia hanya berdiri diam menemani adiknya.

Tapi semakin lama, hawa dingin yg dibawa angin terasa makin menusuk bahkan hingga ke tulang dan persendiannya.

Demi tuhan! Bagaimana Hyera sanggup berdiam diri disini selama beberapa jam dengan angin yg sangat tidak biasa ini! Batin Hanbin mendumal.

"Hyera-ah."

"Ya?"

"Ayo masuk. Ini sudah larut malam dan disini sangat dingin. Aku tak mau kau sakit."

"Tapi aku masih ingin disini, Oppa."

"Tidak, tidak. Kau harus masuk." Tanpa perlu menunggu Hanbin menarik Hyera lalu membawanya masuk ke kamar Hyera.

Setelah membaringkannya dan menyelimuti Hyera dengan selimut yang tebal dan hangat, Hanbin mendudukkan pantatnya dipinggiran kasur Hyera.

Sembari menatap adiknya sayang, Hanbin mengelus ngelus pelan kepala Hyera. Membawa Hyera cepat pergi ke alam mimpi. Dan tanpa perlu menunggu lama, mata Hyera mulai menutup dan ia terlelap dalam tidurnya.

Untuk pertama kalinya sejak 3 tahun yg menyakitkan ini, Hyera dapat tidur dengan tenang dan nyaman. Setelah berbulan bulan dirinya susah tidur dan menyebabkan kantong mata hitam yg jelas dibawah matanya.

The Lost Light (BTS)Where stories live. Discover now