1.1 Gala Premiere

4.9K 307 29
                                    


Happy Reading :)

***

           "Itu tadi luar biasa!" Jill, asisten Lauren, memekik kegirangan.

Acara sudah berakhir satu jam yang lalu. Saat ini, Lauren, Jill, dan Ralph berada di dalam van menuju hotel untuk mengemasi barang lalu kembali ke Los Angeles. 

"Film itu benar-benar menakjubkan." Tangan Jill bergerak-gerak ketika ia berbicara dengan antusias. Matanya berbinar takjub. "Dan kau lihat kerumunan orang yang datang? Fan-fucking-tastic."

Lauren tertawa. Matanya tak kalah bersinar ketika berkata, "Benar, kan?"

Ralph ikut tertawa. "Benar. Sambutannya luar biasa. Semua bangku terisi penuh. Dan film itu memang benar-benar menakjubkan. Kau dengar pujian-pujian tadi?" Lauren dan Jill sama-sama tertawa. Mengangguk. Tambah Ralph lagi, "Sangat luar biasa!"

"Aku yakin setelah ini The Hunter akan menduduki puncak box office. Kau ingin bertaruh?"

"Tidak perlu bertaruh. Aku juga yakin ini akan segera menjadi box office."

"Aku benar-benar beruntung mendapatkan peran ini," kata Lauren.

"Mereka yang beruntung mendapatkanmu untuk peran itu, Sayang. Belum tentu artis lain bisa sehebat dirimu."

"Benar." Jill mengangguk menyetujui.

Lauren tertawa, wajahnya memerah saat tersipu. "Aku tidak menyangka hasil akhirnya akan seperti itu. Maksudku ... itu tadi memang benar-benar luar biasa, bukan?" Sudah menjadi kebiasaan Lauren untuk menonton filmnya sendiri pertama kali saat gala premiere bersama dengan yang lainnya. Ia ingin merasakan antusias yang sama seperti layaknya penonton lain. Merasakan gugup seperti saat ia menonton film pertamanya lima tahun yang lalu. "Dan akhirnya semua cedera yang aku alami tidak sia-sia."

"Yah. Akhirnya kita sepakat dalam satu hal tentang cedera itu."

"Sungguh?" goda Lauren. Mengingat bagaimana marahnya Ralph beberapa bulan yang lalu saat mengetahui Lauren mengalami cidera di beberapa bagian tubuh saat melakukan salah satu adegan berbahaya karena gadis itu bersikeras tidak menggunakan pemeran pengganti. 

Ralph menyeringai. "Saat itu kau membuatku hampir terkena serangan jantung, kau tahu."

Lauren tersenyum. Bersyukur mendapatkan rekan kerja yang menyayanginya seperti keluarga. Sendirian di kota besar yang asing, ia tidak pernah lagi merasa kesepian.

"Tapi aku serius saat mengatakan tidak ada lagi adegan berbahaya yang dilakukan sendiri, Lauren. Badanmu penuh luka lecet dan biru lebam selama berhari-hari. Aku tidak ingin terjadi apa-apa denganmu."

"Kita akan membicarakan itu nanti."

Ralph mengerang. Menggumam, "Aku benci saat dia mengatakan hal itu."

Jill tertawa geli. 

Lauren meregangkan tubuhnya yang kaku saat turun dari mobil. "Tidak bisakah kita istirahat di sini malam ini? Tidak ada bedanya kalau kita pulang ke Los Angeles besok pagi. Aku benar-benar lelah."

Ralph mengangkat wajah dari iPad-nya lalu menggeleng. "Tidak bisa, Sayang. Besok kau harus melakukan interview dengan Kevin McCarthy, ingat?"

"Bukankah itu masih lusa?"

Ralph melihat ulang jadwalnya di iPad. "Oh. Benar. Maaf. Besok siang kau ada pemotretan untuk majalah Glamour. Dan malamnya ... kau ada janji makan malam dengan Phil untuk membicarakan sekuel The Hunter." Ralph mengerang senang. "Astaga! Aku sangat menyukai pria itu. Film pertama baru saja tayang perdana, dan ia sudah tidak sabar membicarakan sekuelnya. Pria yang tidak menyia-nyiakan peluang layak mendapat apresiasi lebih." 

Until The DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang