❤️

3.3K 200 19
                                    

Buka Buka Buka - Kunto Aji

Dua tahun kemudian.

"Setelah lo memaksa gue untuk menabung selama setahun ini, akhirnya kita bisa juga jalan-jalan bareng." laki-laki yang duduk disampingku tak henti-hentinya memasang senyuman di wajahnya.

"Nggak sia-sia kan selama ini gue nyuruh lo nabung? Setelah pulang trip kita nanti, lo pasti akan berterimakasih kepada gue." kataku dengan memasang wajah penuh bangga karena telah berhasil membuat laki-laki disampingku pergi bersamaku dengan hasil tabungannya sendiri.

"Detik ini juga gue akan berterimakasih kepada lo, Athena, adik perempuan kesayangan Yunan." laki-laki itu adalah kakak laki-laki kesayanganku, Yunan. Kini ia tengah mengacak rambutku pelan, mengusap puncak kepalaku dengan ibu jarinya.

"Selamat datang di bandara internasional Leonardo da Vinci, Mas Yunan. Hari ini gue akan membuat hari terbaik yang pernah lo lewati selama 25 tahun lo hidup di dunia ini." kataku disertai dengan senyum meledek.

Hari ini adalah kali pertama Yunan pergi ke luar negeri diumur yang sudah menginjak fase dewasa. Padahal dulu waktu Yunan masih berumur lima tahun, ia pernah dibawa pergi ke Jepang untuk liburan bersama Mama dan Papa. Namun, tetap saja Yunan lupa.

"Cepet cariin hotel, gue pusing banget nih." perintah Yunan dengan akting memegang kepala layaknya orang yang ingin pingsan. "Dasar kakek-kakek. Baru aja naik pesawat berapa jam udah pusing. Faktor umur juga kali ya?" aku terkekeh pelan sambil menarik koper besarku bersama Yunan yang juga melakukan hal yang sama denganku.

"Kita harus naik kereta dulu, nggak lama kok. Terus nanti dari stasiun kita jalan kaki aja, hotelnya nggak jauh kok." jelasku panjang lebar. Yunan hanya mengangguk-angguk tidak peduli.

Aku hanya menggeleng, melihat sifat manja-manja-ngeselinnya Yunan adalah hal menggemaskan bagiku. Setelah membeli tiket, aku dan Yunan langsung memasuki kereta dan mencari tempat duduk yang kosong.

Mungkin aku harus percaya kalau Yunan benar-benar mengalami jetlag, buktinya kini ia tertidur di pundakku dengan lelap. Dan seperti biasa, caraku untuk membunuh bosan adalah dengan mendengarkan lagu di iPod kesayanganku.

Ku ayunkan kedua kakiku perlahan karena pegal setelah tertekuk beberapa jam di dalam pesawat tadi, namun tiba-tiba seseorang melintas dan menyentuh kakiku hingga ia tejatuh karena tersandung.

Aku melompat kaget, membuat Yunan ikut terbangun begitu saja karena pergerakanku yang terlalu tiba-tiba. Aku berlutut, mencoba membantu laki-laki yang kini tengah menjadi pusat perhatian akibat terjatuh. "Umm... Sorry." kataku merasa amat sangat bersalah.

Dapat ku dengar kalau laki-laki itu mendecak sebal dan menggumamkan sesuatu dengan pelan. "Sorry, sorry, emang gue Justin Bieber."

Mendengar kalimat yang tidak asing lagi di telingaku, tubuhku tiba-tiba saja menegang.

Tidak mungkin dia.

Di dunia ini masih banyak orang yang memiliki kesempatan untuk mengucapkan kalimat tersebut. Dan orang di hadapanku saat ini tidak boleh dirinya.

"I have to go." Laki-laki itu berjalan dengan cepat melewati banyak pasang mata yang sedari tadi memandangi kami berdua.

Aku kembali mengambil posisi duduk di samping Yunan. Rupanya laki-laki itu sudah membuka matanya sejak aku tiba-tiba refleks melompat karena kaget beberapa menit tadi. "Lo kenapa?" tanya Yunan.

Aku hanya menggeleng, "Bukan apa-apa." dan terus berusaha meyakinkan hati dan diriku sendiri kalau laki-laki itu bukanlah dirinya. Namun, sepertinya aku gagal.

Athena & RomaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt