EPILOGUE

463 24 6
                                    

Shoreline's Cottage, Dimension-3, Southern Hemisphere.

Helios akhirnya melepaskan rangkulannya dari Ares, menatap sahabatnya tersebut lekat-lekat, lalu menepuk sebelah bahunya dua kali—mencoba memberi sokongan. Beberapa kurcaci berdiri berdempetan, bertumpuk-tumpuk, berusaha mengintip dari balik celah-celah dinding ruang perapian.

"Pergilah," ujar Ares, "Gerbangnya akan menghilang sebentar lagi."

Helios menghela napas panjang dan bergeming di pijakannya. Namun akhirnya berbalik dan melangkah pergi menuju—

BLAM!

Pintu kayu yang hendak diraihnya tiba-tiba saja terbuka menjeblak, mengakibatkan salah satu dari tiga engselnya terlepas sehingga pintunya miring tak imbang. Mr. Hours muncul dari balik pintu, berhadapan langsung dengan wajah masam Helios.

"Oh ini akan jadi seru!" bisik salah satu kurcaci disertai oleh suara 'pssst' kawan-kawannya yang menyuruhnya untuk diam.

"Back to your own hell, Horus," desis Helios seraya mengacungkan salah satu anak panahnya yang membara ke hadapan Mr. Hours.

"Percuma Helios, kita sama-sama immortal," komentar Mr. Hours dengan santai, lalu melenggang santai melewati Helios dan menghampiri Ares.

Tanpa membuang banyak waktu, Mr. Hours mengeluarkan sebuah permata biru dari dalam sakunya kemudian mengulurkannya pada Ares.

"Blue Diamond, dari sarang naga para goblin, dipoles oleh para peri," ujar Ares saat meraih permata biru itu dari tangan Mr. Hours dan mengamatinya di bawah cahaya lilin di gantungan, "Portable parallel gate."

"Kamu bisa gunakan untuk bisa tetap menemui dia," ujar Mr. Hours.

"Hei, hei," sela Helios sambil kembali mendekat, "Satu-satunya kepingan yang berhasil diambil dari goblin adalah milik Selene—sebuah rampasan perang—hadiah dari ayahnya."

Ares kini mengarahkan pandangannya pada Mr. Hours, menuntut penjelasan.

"Aku dan Brahm membuat kesepakatan," sahut Mr. Hours dengan singkat, "Dia meminta hal yang besar, jadi akupun meminta permata biru itu untuk diamankan oleh I2. Kupikir dia akan menolak, tapi ternyata—"

"Dan apa yang ia minta dari I2?" tanya Ares dengan tenang.

Mr. Hours berdehem satu kali. Ragu-ragu untuk menjawab. "Waktu," jawabnya pada akhirnya, "Dia meminta kendali atas waktu seseorang."

"Dan kamu memberikan portable parallel gate ini padaku secara cuma-cuma?" tanya Ares sambil mengacungkan blue diamond di hadapan Mr. Hours.

"Aku butuh bantuanmu," sahut Mr. Hours, "Hanya kamu yang bisa membantu Hansel."

"Siapa?" tanya Ares tak mengerti.

"Pewarismu," sahut Mr. Hours dengan segera, "Brahm meminta kendali waktu atas pewarismu—jangan tanya kenapa karena aku tak tahu mengapa Brahm meminta hal itu. Yang pasti peri tabir mengatakan itu akan menyulitkan pewarismu untuk menjalankan misi I2."

Mr. Hours menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya, "Tapi kamu bisa membantunya jika menggunakan permata itu."

"Brahm tak mungkin menghambat, kan?" tanya Ares pada Helios.

"Ngg, sejujurnya garis keturunannya terkenal egois dan kurang bijak, Ares," jawab Helios, "Dan sangat emosional—meskipun kecerdasan mereka sangatlah tak lazim."

Tak satupun dari mereka yang melanjutkan percakapan, ketiganya larut dalam keheningan, membuat bisik-bisik kurcaci menjadi terdengar cukup jelas. Sebelum bisik-bisik itu dapat dicerna oleh Helios ataupun Mr. Hours—yang berpotensi mengakibatkan adu mulut dengan para kurcaci, Ares akhirnya berdehem pelan.

"Akan kubantu jika sudah waktunya," ujar Ares sambil kembali mengamati kilau permata biru itu di bawah terang lilin.

"Horus berkhianat pada Brahm," Helios bernyanyi riang dan santai seraya melenggang menuju pintu yang sudah terbuka.

"Ya, ya, biarlah aku mengkhianatinya," sahut Mr. Hours mengiyakan dan ikut melenggang menuju pintu, mengekor pada Helios.

Siulan Helios yang sudah berjalan di pekarangan terdengar riang dan jelas di dalam rumah kayu tersebut.

"Horus," panggil Ares saat Mr. Hours hendak menutup pintu dan beranjak pergi, "Mengapa kamu melakukan ini semua?"

Mr. Hours melayangkan seulas senyum dan menjawab, "Karena aku tak akan pernah mengkhianatimu."

Dan ia pun menutup pintu kayu tersebut perlahan.

Sesaat kemudian kilatan terlihat di langit disertai oleh suara gemuruh. Parallel gate sudah ditutup. Ares dan para kurcaci terkurung di dimensi-3.

Setidaknya itu yang ada di pikiran seorang Indigo Brahmantyo.


Alpha Centauri and the Woodlands Chantress (Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now