8. Perdebatan Singkat

6.3K 580 56
                                    

Pizza yang dibawa oleh pelayan langsung masuk ke indera penciuman Ravan dan Sandra, membuat mereka berdua tidak sabar melahap makanan tersebut. Ya, walaupun pizza yang dibawa pelayan itu bukan untuk meja keluarga Evan. Mereka kini sedang memilih makanan yang ada di menu.

"Pa, yang meat lovers aja ya?" tanya Ravan. Evan mengangguk, "Iyaa, terserah aja. Papa mah ngikut."

Evan mengangkat tangannya, bermaksud memanggil pelayan yang sedang bekerja. Salah satu pelayan yang melihat langsung tersenyum ramah dan menghampiri meja Evan. "Selamat malam, sudah mau order?" tanya si pelayan.

"Iya mbak. Meat lovers yang large satu. Terus...," Evan kembali melihat menu, memilih makanan yang kira-kira dapat memanjakan lidahnya.

"Chicken wings yang isi delapan ya mbak," celetuk Rachel. "Ah iya, chicken wings." Tambah Evan. Rachel terkekeh, ia sudah hapal chicken wings merupakan favorit Evan di restoran pizza tersebut.

"Mbak, kalo minuman yang pink ini enak gak?" tanya Sandra sambil menunjuk gambar minuman dingin berwarna shock pink dibagian bawah. Sandra pastinya tertarik melihat minuman itu, mengingat pink adalah warna favoritnya.

"Enak kok dek, rasanya manis. Tapi ada sodanya sedikit, gimana?"

Sandra menatap Rachel dengan wajah memelas, "Boleh Ma?"

Rachel tersenyum, "Iyaa boleh." Sandra langsung tersenyum senang, "Ya udah aku yang ini satu," ucapnya seraya jari kecilnya menunjuk gambar minuman itu. Pelayan itu tersenyum lalu mencatat pesanan Sandra, dalam hati gemas dengan kelakuan Sandra.

"Pa, Ravan boleh kopi?"

Mata Evan dan Rachel membulat, sementara pelayan itu menahan tawa melihat gaya Ravan yang sok dewasa. "Gak ah, masih kecil minum kopi. Pilih minuman berwarna aja tuh kayak Sandra. Kan ada yang warna biru tuh, pesen itu aja," titah Evan. Ravan mencebik, padahal ia penasaran dengan bagaimana rasanya kopi, minuman yang sering Ayahnya minum.

"Ya udah mbak yang ini deh," Ravan menunjuk gambar minuman berwarna biru tua dengan kesal. Pelayan itu pun langsung mencatat. "Bapak sama Ibunya minum apa?" tanya pelayan tersebut ramah.

Rachel langsung angkat bicara, "Es--"

"Es teh leci satu. Saya aqua biasa deh satu," potong Evan, ia langsung tersenyum ke arah Rachel. Rachel pun terkekeh. Evan tak mau kalah dengan Rachel. Kalau Rachel hapal dengan makanan favoritnya yaitu chicken wings, makan Evan juga hapal minuman favorit Rachel, ice lychee tea.

"Itu saja?" mereka berempat serempak mengangguk, "Baik, pesanannya ditunggu kurang lebih lima belas menit ya, Pak, Bu. Boleh saya ambil menunya?"

"Ya, silakan." Ucap Evan lalu pelayan tersebut mengambil semua menu yang ada di meja lalu melenggang pergi meninggalkan meja Evan.

"Aku ke toilet dulu ya Hel," ucap Evan, Rachel hanya mengangguk sambil tersenyum. Evan pun mengangkat bokongnya dari sofa yang ia duduki, berjalan menuju toilet.

"Ravan sama Sandra, foto dulu dong. Senyum yaa," ucap Rachel, sudah bersiap dengan kamera yang menyala di ponselnya. Ravan mencebik, dengan terpaksa ia tersenyum. Berbeda dengan Sandra, ia justru tersenyum riang, seakan-akan ia adalah the happiest human alive.

Sementara Evan sudah berjalan dekat toilet. Langkahnya terhenti saat ia berpapasan dengan seorang cewek yang sangat ia kenal. Jessica.

"Evan?" Jessica tersenyum sumringah saat melihat Evan. Evan mencebik lalu menghela napas berat. Mau apa lagi nih jable.

"Ya ampun lo berubah banget sekarangg. Makin dewasa aja muka lo," ucap Jessica, tak lepas dari senyumnya.

"Lo ngapain di sini? Ngikutin gua ya?" ucap Evan tak ramah sedikitpun dan penuh dengan pikiran negatifnya. Ia sudah tak percaya sedikitpun dengan Jessica. Apalagi saat mendengar cerita Rachel tadi siang mengenai insiden yang Jessica alami dengan bosnya, membuat Evan semakin menjaga jarak dengan wanita satu itu.

Marry a Playboy (PERMANENTLY STOPPED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang