13. Pelukan Penuh Arti

5.6K 544 74
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 sore, tandanya Evan pulang dari kantor. Kepalanya terlalu pusing dan penuh, bahkan saat meeting tadi ia tidak berkonsentrasi karena ancaman Jessica. Walaupun masa-masa kelam tersebut adalah masa lalu Evan dan Evan sudah terlepas dari masa-masa tersebut, tetap saja suatu saat itu akan mengusik kehidupannya lagi. Makanya, jangan pernah sekalinya bergabung ke dalam dunia yang 'jahat', Anda tak akan pernah bisa lepas dari sana. Bayang-bayang tersebut akan selalu mengikuti Anda.

Saat Evan dengan wajah lesunya berjalan menuju parkiran, ponsel di saku celananya bergetar. Bibirnya tersenyum melihat nama istrinya di layar ponsel. Hanya dengan melihat namanya saja, sudah membuat Evan lupa dengan masalah yang baru saja menghampirinya. "Ya sayang?"

"Kak, Kak Evan lagi di mana sekarang?" tanya Rachel sambil tersenyum dan sedang duduk di kursi meja makan dan Sandra sedang memperhatikan Ibunya yang tengah menelepon.

"Masih di kantor tapi ini lagi jalan ke mobil kok, mau pulang. Kenapa Hel?"

Rachel mengulum senyum, "Kak Evan cepet pulang yaa. Pokoknya harus cepet pulang."

Mendengar nada suara Rachel yang tampaknya sedang senang membuat Evan terkekeh, "Kenapa nih tiba-tiba nyuruh aku pulang cepet? Biasanya juga pulang cepet kok."

"Hehehe, gak pa-pa. Pokoknya Kak Evan harus pulang cepet, oke?" Rachel menatap Sandra sambil tersenyum sumringah, begitu juga Sandra.

"Siap Nyonyaa, sampe ketemu di rumah yaa. I love you."

"Love you more, kak. Byee."

"Byee." Rachel pun langsung mematikan sambungan telepon. Rencananya, hari ini Rachel akan memasak segala makanan favorit Evan. Rachel ingin memberi surprise untuk Evan, membalas apa yang Evan beri kemarin. Walaupun kejutan dari Rachel jauh lebih sederhana dari yang Evan berikan, tapi ia harap Evan dapat menyukainya.

"Ma, Sandra mau ikut bantu juga," ucap Sandra sambil melihat Rachel yang sedang membaca resep-resep makanan. Rachel pun menoleh ke arah Sandra, namun Sandra masih terlalu kecil untuk membantu. Rachel pun berpikir kira-kira apa yang dapat Sandra bantu.

"Hmm, oh ya. Di kulkas kan ada macaroni schotel, tolong panasin di microwave ya sayang? Udah Mama ajarin kan cara panasin makanan di microwave?"

Sandra mengangguk sambil tersenyum lucu. Ia senang sekali kalau bisa membantu Rachel. Ia pun segera berlari kecil menuju kulkas yang tingginya jauh di atas dirinya. Ia pun mengambil kursi pendek yang biasanya Sandra atau Ravan pakai untuk menjangkau makanan di kulkas yang tak bisa mereka raih. Sandra pun mulai mencari dimana macaroni schotel tersebut.

Sementara Evan, baru saja tiba di mobilnya. Namun ia sudah melihat sesosok Jessica dengan pakaian rapinya. Jessica langsung tersenyum memamerkan giginya begitu melihat kehadiran Evan, sesosok yang sedari tadi ia tunggu-tunggu.

"Evan--"

"Ngapain lo di situ?" tanya Evan ketus, dalam hatinya berharap Jessica tidak memintanya melakukan aneh-aneh untuk hari ini. Karena ia sudah janji pada Rachel untuk pulang lebih cepat.

"Aduuhh Evan, jangan jutek-jutek gitu dong. Muka kamu kok kayak baju belom disetrika sih?" Jessica pun tertawa, "Gini aja, mending sekarang temenin aku makan malem. Di restoran seafood ya? Bayi kecil lagi ngidam seafood," ucapnya seraya meraba perutnya yang lebih buncit sedikit dari biasanya.

Evan mencebik sekaligus melengos. Tak ada yang bisa ia lakukan sekarang ini kecuali menuruti permintaan Jessica. Lebih baik gini daripada Rachel tau.

Marry a Playboy (PERMANENTLY STOPPED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang