10. Hotel

7.3K 566 50
                                    

Akhirnya, sesosok lelaki yang Rachel tunggu sudah tiba. Rachel langsung menyambutnya dengan senyum dan menampilkan sederet gigi ratanya. Ia langsung berjalan menghampiri suaminya yang tak tampak kelelahan seperti biasanya. Evan tampak sangat semangat malam ini.

"Capek kak? Duduk aja dulu," Evan tersenyum menatap istrinya, lalu ia duduk di salah satu bangku di sana. Rachel pun duduk bersamanya. Ia memijat tangan Evan agar tidak kelelahan.

Namun Evan tersenyum dan menyingkirkan tangan Rachel lembut dari tangannya, "Gak usah sayangg. Aku cium juga nih lama-lama," Rachel terkekeh sambil tersipu malu, "sana ganti baju dulu. Aku tunggu di sini." Evan tersenyum tulus.

"Oke. Oh ya, Kak Evan mau teh?"

"Boleh deh." Rachel mengangguk lalu segera pergi ke belakang, meminta tolong salah satu pekerjanya untuk membuatkan teh. Mengetahui kalau teh tersebut buat Evan, mereka langsung berebutan untuk membuat teh itu. Yap, mereka memang terpanah dengan ketampanan Evan. Tapi bukan berarti berniat merebut dari Rachel. Rachel pun menuju ruang kerjanya dan mulai berdandan di sana.

"Gue aja yang anterin Din," ucap Fany sambil melirik ke arah teh buatan Dinda. Tak sabar menunggu sampai selesai.

"Enak aja. Gue yang buat, gue yang nganterin," celetuk Dinda.

"Udah gak usah rebutan, gue aja," ucap Jessica tiba-tiba dari belakang mereka, Dinda langsung menatap Jessica sinis, "Muka pengen lo Mbak Jes. Mending kelarin dulu kerjaan situ," ucapnya jutek.

Jessica memutar bola matanya, "Heh, gitu-gitu si Evan tuh mantan gue. Gak tau kan lo."

Dinda dan Fany bertatapan lalu tawa mereka meledak. Dahi Jessica berkerut melihat kedua insan di hadapannya justru tertawa terbahak. Jessica pun mencebik, kedua tangannya ia lipat di depan dada, "Kenapa ketawa? Pada gak percaya?" Dinda dan Fany langsung menahan tawanya kuat-kuat, "Liat aja nih kalo gak percaya."

Jessica langsung mengambil teh buatan Dinda yang sudah jadi. Bahkan Dinda tak bisa berkata apa-apa lagi saat Jessica langsung mengambil secangkir teh tersebut. Dinda dan Fany pun berniat mengintip Jessica dan Evan. Apa bener mereka mantanan?

"Evan!" Evan yang sedang memainkan ponselnya, langsung mendongak ke sumber suara. Terpampang Jessica dengan senyum sumringahnya sambil membawa teh berdiri di samping Evan. Evan langsung melengos sambil mencebik. Jessica tanpa tahu malu langsung duduk di hadapan Evan dan menyuguhi teh buatan Dinda.

Dinda pun langsung berbisik, "Ih sok deket banget si Mbak Jes,"

"Tau tuh." Celetuk Fany.

"Gimana Van kabar lo? Oh ya, jangan bosen-bosen ya ngeliat gue di sini," Jessica terkekeh sok akrab. Padahal Evan sudah geli melihat wujudnya.

"Berisik," ucap Evan pelan lalu menyeruput tehnya. Bibir Evan mencebik, tak ada teh yang enak dibanding buatan istrinya.

"Lo gimana sama mantan-mantan lo yang lain selain gue? Ada yang masih keep in touch sama lo?" tanya Jessica menekankan kata mantan lalu ia melirik sedikit ke arah Dinda dan Fany sambil tersenyum penuh kemenangan. Dinda dan Fany rasanya ingin menjotos wajah Jessica saat itu juga.

"Hm, gue sama Diva masih keep in touch kok," jawab Evan tanpa melirik Jessica sedikitpun, fokus pada tehnya. Jessica hanya manggut-manggut, otaknya berpikir untuk mencari topik lain agar bisa terus berbincang dengan Evan.

Sementara Rachel begitu selesai berdandan dan memastikan dirinya sudah cantik, ia langsung keluar dari ruang kerjanya. Ia melangkah menuju tempat Evan duduk tadi. Langkahnya terhenti begitu melihat Jessica duduk di sana dan berbincang dengan Evan. Ia jadi teringat mimpinya semalam. Seketika ketakutan menyelimutinya. Namun ia segera menepis pemikiran buruknya. Ia kembali tersenyum lalu melangkahkan kakinya.

Marry a Playboy (PERMANENTLY STOPPED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang