Chapter 31

3K 212 5
                                    

[Abby]

11:57 am
   "Oh astaga, maafkan aku, apa kau baik-baik saja? Aku tidak bermaksut membuatmu tersedak", suara itu. Ia menghampiriku dengan segera sembari aku meminum air mineralku.

"Sophia! Oh ya Tuhan! Kau kembali", teriakku, membuat semua orang disekitarku menoleh, sambil menghampiri tubuhnya yang tinggi, tidak maksutku, ia tinggi namun tentu, aku lebih tinggi darinya. Memeluknya erat, "Tentu aku kembali, aku tidak akan melewatkan Jum'at bersamamu seperti biasanya, Abby", jawabnya santai dengan nada 'duh'. Melepas pelukanku, aku disuguhkan dengan seorang pria, yang mungkin umurnya berbeda 2 tahun dariku, berdiri tidak jauh dari Sophia. Ia berambut pirang, sama seperti Sophia, tubuhnya tidak setinggi Sophia, tangannya penuh dengan tato. Pria itu melemparkan senyumnya padaku sembari mengulurkan tangannya, "Mason, kakak Sophia", suaranya tidak seberat suara Harry. Menjabat tangannya, "Abby, satu-satunya orang di bumi ini yang mau berteman dengan Sophia", jawabku bersamaan dengan suara tawaku, Mason pun ikut tertawa.

   "Oh serius, Abby? Kau tidak bercanda padaku saat kau mengatakan bahwa kau akan mengatakan semua kebobrokanku pada kakakku, benar?", Sophia memutar matanya. Mason dan aku tertawa semakin menjadi-jadi melihat tingkah Sophia. Kami memutuskan untuk duduk di kursiku sembari aku melanjutkan makananku. Sophia menceritakan bahwa ia tiba di Seattle tadi pagi dan baru selesai makan bersama Mason kemudian ia hendak menuju ke kantor untuk memberiku kejutan sekaligus mengajakku pergi seperti biasanya, "Dan ya, aku terkejut setengah mati kau tau saat aku melihatmu berada tepat 5 langkah dihadapanku", jawabku seraya menaruh garpu di mangkuk ku dan meraih air mineralku.

   "Oh apakah kau akan marah karena hal itu, Abby? Aku hendak mengajakmu dan Mason untuk berbelanja ke Pacific Place tapi mengi...-", aku memotong ucapan Sophia dengan cepat, "Ya tentu, selama kau membelikanku sesuatu", memainkan alisku, aku juga mengangkat sebelah sudut bibirku. "Apapun, Abby. Dan kau bisa mengajak kekasihmu yang kaya raya sebagai penyelamatku jika kau meminta sesuatu yang sangat mahal", ucapnya dengan nada bercanda. Membuang muka dari Sophia, nafasku berubah menjadi sedikit lebih pelan. Tidak aku tidak bisa mengatakan ini sekarang pada Sophia, aku tidak akan merusak momen berbelanja kami karena hal pribadiku. "Oh.. Um.. Bagaimana jika kita berangkat sekarang? Apa kau membawa mobil? Atau kal...-"

   "Abby? Ada apa? Apa kau baik-baik saja?", suara Sophia mulai terdengar cemas. Alisnya saling bertautan. Melihat ke arah Mason, ia melihatku dengan alisnya yang naik. "Tidak. Ku mohon, kita bicarakan itu lain waktu, sekarang kita bisa pergi, ayo", sergahku cepat seraya mengambil tasku dan jalan menuju parkiran mobil. Mason mengatakan bahwa mereka akan mengendarai mobil Sophia.

   Setibanya di Pacific Place, kami berjalan menuju bagian tas, Sophia mengatakan bahwa ia ingin membeli tas baru. Aku dan Mason mulai berbincang-bincang. Mason sangat ramah dan menyenangkan. Sophia sibuk memilih tas yang akan ia beli, sementara aku dan Mason mengikuti dari belakang. "Jadi kau tidak berasal dari Seattle?", Mason membuka pertanyaan baru. "Ya, aku berasal dari Orlando. Dan kenapa kau tidak tinggal di Seattle bersama Sophia?", aku menjawab pertanyaan Mason sembari berjalan mengikuti Sophia. "Ya, ia ingin tinggal sendiri. Lagi pula aku lebih tertarik dengan Texas. Lebih tepatnya Dallas. Kau harus berkunjung ke Dallas, pemandangannya sangat indah di malam hari. Tidak kalah dengan Seattle", ia menunjukkan sederet giginya. "Ah dengan senang hati, aku harus mencari waktu yang tepat dan aku akan mengajak Sophia", jawabku dengan memberikan senyuman hangatku. Kami melanjutkan perbincangan kami mengenai banyak hal.

   "Aku menjatuhkan pilihanku dengan yang ini? Bagaimana? Apa ini bagus?", Sophia mengangkat sebuah tas berwarna coklat yang berukuran sedang. Menganggukkan kepalaku, Sophia pun berjalan menuju kasir dan membayar tasnya. "Jadi kalian ingin membeli apa?", Sophia menanyakan ke arahku dan Mason. "Aku ingin membeli topi, dimana tempatnya?", tanya Mason menoleh ke arah ku dan Sophia. "Oh aku tau, ayo kesana", jawabku cepat. "Kalian duluan, aku akan menaruh tas belanjaan ini ke mobil, nanti aku akan menyusul, aku tau dimana tempatnya. Tas ini sedikit mengganggu". Sophia berjalan menuju pintu keluar, sedangkan aku dan Mason berjalan menuju dimana tempat topi berada.

   Selama berjalan ke tempat topi, Mason dan aku tidak henti-hentinya berbicara. Membicarakan suatu hal yang biasa ia dan Sophia lakukan. Setelah melihat beberapa macam topi, sampai akhirnya Sophia menyusul. Kami bertiga membicarakan banyak hal sembari melihat berbagai macam topi. Mengambil satu topi berwarna hitam polos, "Yang ini sepertinya bagus untukmu, Mason", ujarku sambil memakaikan topi di kepalanya. "Oh tidak, aku terlihat seprti bocah berumur 16 tahun yang sedang mengantar susu kerumah neneknya", sontak aku dan Sophia menertawakan ekspresi Mason, hingga aku mendengar suara ceria dari balik punggungku, memanggil namaku,

   "Abby?"

Repent [h.s.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang