Chapter 50

2.9K 188 9
                                    

[Abby]

   Semalam aku memutuskan untuk menghubungi Harry, agar setidaknya aku tau bagaimana keadaanya. Masih terdengar suaranya yang menggambarkan bahwa kondisinya masih sama, lemah. Hal tersebut membuatku tidak dapat tidur hampir semalaman hingga akhirnya aku bisa tertidur sekitar pukul 2 dini hari. Bayanganku berada pada Harry yang pasti akan meringkuk di atas tempat tidurnya.

8:32 am (Orlando)
   Aku baru saja terbangun dan langsung bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigiku. Setelah itu ke bawah, berjalan menuju dapur, aku melihat ibu sedang duduk di meja dapur sembari membaca sesuatu dari iPadnya dan ditemani oleh secangkir kopi.

   "Pagi, bu", ujarku sembari mengecup pipinya. "Pagi, Abby. Apa kau mau kopi?", tanyanya, menaruh iPadnya di meja dan menyesap kopinya yang masih terlihat panas.

   Berjalan menuju lemari penyimpanan, aku mengambil corn flakes dan sebuah mangkuk, "Tidak, aku tidak ingin kopi saat ini", ujarku sembari menuangkan corn flakes ke dalam mangkukku dan menambahkan susu yang sudah berada di atas meja sebelumnya.

   Memakannya perlahan, "Jam berapa kau akan pergi bersama Dani?", tanyanya sembari membaca sesuatu di iPadnya yang ku asumsikan adalah berita online. "Entanlah, kemarin ia berkata akan menjemputku sekitar pukul 10, namun ia akan menghubungiku terlebih dahulu", jawabku sembari memakan sarapanku. "Ibu sangat senang dengan Dani. Lebih tepatnya, ibu beruntung mengetahui kedua anak ibu nemiliki kekasih yang dapat diandalkan dan membanggakan", suaranya menggambarkan kebahagiaan. Andai saja ibu tau apa yang terjadi diantara aku dan Harry, ia akan sangat marah pada Harry. Hanya membalas dengan senyuman, aku terus memakan sarapanku tanpa melihat ke arah ibu.

   "Baiklah. Nikmati waktumu. Hari ini Ibu harus ke rumah sakit, tidak lama", ujarnya. Ya, ibu adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam. Namun, ia memutuskan untuk mengambil pensiun dini mengingat sudah tidak ada lagi yang menjaga rumah kami dan juga membereskannya. Dan lagi, ibu sangat menikmati profesinya menjadi ibu rumah tangga, walaupun kadang ia masih menjadi dokter panggilan yang membantu operasi di rumah sakit tempat ia bekerja dulu.

   "Baiklah", jawabku. Ibu berdiri dari duduknya, memasukkan iPad dan ponselnya ke tas lalu berjalan ke arahku dan mengecup keningku. Ia berjalan keluar pintu hingga akhirnya aku mendengar suara pintu tertutup. Menghembuskan nafas panjang bersamaan dengan habisnya sereal ku, aku mencuci mangkuk dan gelas-gelas kotor yang lain.

   Melihat ke arah jam, sudah menunjukkan hampir pukul 9. Aku memutuskan untuk mandi agar saat Dani menjemput, aku sudah siap.

   Berjalan ke kamarku, aku melewati kamar Caleb yang terbuka. Masuk ke kamarnya, berniat membuka jendela nya agar udara nya dapat berganti, aku mendapati sebuah pigora foto yang memperlihatkan beberapa foto Caleb dan Dani yang dijadikan seperti sebuah kolase di meja dekat jendela. Mengambil pigoranya, aku tersenyum sendiri melihat foto yang ada pada pigora. Mereka sangat cocok bersama-sama.

Caleb sangat tertutup kepada perempuan. Ia pernah memiliki seorang kekasih namun hanya bertahan 1 tahun karena si perempuan yang bernama Anne ini harus melanjutkan studi nya di Australi. Anne adalah kekasih Caleb yang sangat manis, badannya sangat mungil, berbanding terbalik dengan tubuh Dani yang menjulang tinggi.

   Menaruhnya kembali, aku membuka jendela lalu berjalan keluar kamar.

   Masuk ke kamar mandi ku dan mandi, tubuhku terasa lebih ringan dan segar. Setelah selesai mandi, aku mengeringkan rambutku dan memoleskan beberapa make up di wajahku, tidak berlebihan, lalu memakai baju santai seadanya. Aku memutuskan untuk memakai baju berbahan sweater yang kerahnya menutupi separuh leherku dan memakaikan over-all yang jarang aku pakai.

   Memasukkan ponsel, card holder dan kacamata hitamku ke tas kecil yang sengaja aku tinggal di rumah, kemudian aku berjalan turun ke bawah. Sembari menunggu Dani, aku memutuskan untuk membaca majalah yang ada di rak dekat meja tv. Tidak sengaja aku menemukan satu buah artikel yang membahas tentang Styles Entertainment. Tersenyum sendiri, aku berniat membacanya. Terdapat satu buah foto Harry yang terlihat gagah dan terlewat tampan.

   Belum sempat membaca, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, menaruh majalah kembali di meja dapur, kemudia membuka pintunya, aku disuguhkan dengan Danielle yang sangat cantik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

   Belum sempat membaca, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, menaruh majalah kembali di meja dapur, kemudia membuka pintunya, aku disuguhkan dengan Danielle yang sangat cantik. "Hei, apa kau sudah siap?", tanyanya dengan senyuman lebarnya. "Ya, tentu, aku akan mengambil tas ku lalu kita bisa berangkat", jawabku singkat kemudian mengambil tas di meja dapur dan keluar menghampiri Dani. Mengunci pintunya, lalu aku masuk ke mobil milik Dani.

   "Aku ingin mengajakmu ke cafe milik temanku. Tempat dimana aku bertemu Caleb", ujarnya sembari menatap ke arah jalanan.

   "Ah, aku akan sangat senang dengan hal itu", jawabku antusias. "Dan Abby, kau terlihat manis", ujarnya. Terkekeh, aku menjawab, "Begitu pula denganmu, Dani"

Repent [h.s.]Where stories live. Discover now