Chapter 54

2.5K 185 7
                                    

[Abby]

6:45 pm
   Sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju rumah Leah. Letaknya tidak terlalu jauh. Saat makan malam, syukurlah Caleb tidak jadi menghubungi Harry karena aku mengatakan bahwa ia sedang rapat, mengingat adanya perbedaan jam. Ia sangat bersikukuh menghubungi Harry semenjak aku mengatakan bahwa ia tidak ikut.

   Hingga akhirnya aku sampai di depan rumah Leah. Berjalan menuju pintu, kemudian aku mengetuknya perlahan. Hingga memunculkan Noah di hadapanku. Memberikan senyuman lebarku, "Abby! Astaga! Sebuah kejutan, eh?", sapanya sedikit berteriak sembari membawaku kepelukannya. Terkekeh, aku menjawab, "Apa ini kejutan? Aku hanya ingin mampir selama aku disini". Melepas pelukannya, "Tentu ini kejutan, masuk lah".

   Berjalan masuk menuju dapur, aku mendapati Leah sedang bercengkerama dengan seseorang, "Leah!", teriakku membuat kedua wanita itu menghadap ke arahku. Leah berlari ke arahku sembari meneriaki namaku, "Oh ya Tuhan! Abby! Ini benar kau?", memelukku erat, bahkan membuatku susah bernafas. Aku tertawa sembari melepas pelukannya, "Tentu bodoh. Oh lihat dirimu, kau terlihat semakin cantik, eh?", sahutku.

   "Abby?", menoleh ke arah suara, aku mendapati Sydney duduk di kursi di belakang Leah. "Hei, astaga sebuah kebetulan sekali", ucapku sembari melambaikan tangan. "Tunggu, bagaimana kalian bisa saling kenal?", tanya Leah sembari menarik tanganku menuju ke dapur.

   Mengambil duduk di samping Sydney, Noah dan Leah duduk di hadapanku. "Ya, kami berada disatu pesawat yang sama dan bahkan kami duduk disatu bangku yang sama. Dan ia sering datang ke cafe ku bersama dengan temannya", ujar Sydney dengan suara yang antusias.

   Terkekeh, "Oh Leah, kau harus tau, cafe miliknya adalah cafe terbagus yang berada di sekitaran kantorku", jawabku singkat. Leah dan Noah hanya menjawab dengan tertawa singkat.

  "Sebuah kebetulan! Abby, besok kami bertiga ingin ke Disneyland, apa kau mau ikut bersama kami?", tanya Noah. "Ya! Kau harus ikut, ku mohon. Aku sudah bertahun-tahun tidak bertemu Sydney dan berbulan-bulan tidak bertemu denganmu", sahut Leah dengan tatapan memelasnya.

   "Ya tentu", jawabku meyakinkan dan memberikan mereka senyuman hangatku. "Ngomong-ngomong, apa Harry tidak ikut? Aku merindukan bocah itu", tanya Noah menatap ke arahku. Oh ini dia, pertanyaan yang rasanya ingin aku hapus dari pikiran semua orang yang berada disini. Tersenyum kecil, "Tidak. Ia sedang sibuk", jawabku dengan suara berbisik. Menghadap ke arah Leah, aku mendapatkan tatapan anehnya. Ia terlihat iba akan ceritaku. Terdapat sesuatu yang mengganjal. Hingga akhirnya ia berdeham, "Bagaimana kalau kita menonton Netflix?", sahutnya dengan nada antusias.

   "Oh itu adalah hal kesukaanku", sahut Sydney. Tiba-tiba, "Noah dan Sydney, kalian bisa duluan. Aku dan Abby akan menyiapkan camilan beserta soda", sergah Leah sembari memegang pergelangan tanganku. Melihat kedua orang yang lain berjalan menuju ruang keluarga, aku menatap mata Leah yang mengisyaratkan sesuatu. Kedua alisnya diangkat. "Ada apa?", tanyaku semakin bingung.

   "Kau menutupi sesuatu?", tanyanya dengan nada serius sembari menatap lurus ke mataku. "Tid...-"

"Jangan berbohong, Abby. Aku mengenalmu sehak lama. Kau tau? Aku sudah merasakan sesuatu yang mengganjal semenjak aku menghubungimu saat itu", sergahnya cepat. Oh tidak, ku mohon.

   "Bisakah kita membicarakan ini lain waktu? Ku mohon. Aku akan menceritakannya padamu. Tapi jangan sekarang. Aku masih memiliki banyak waktu disini untuk menceritakannya padamu", jawabku meyakinkan Leah. Menghembuskan nafas panjangnya, ia membawaku kepelukannya. "Kau tau, aku sangat peduli terhadap mu, Abby. Tidak peduli walaupun kita jarang berkomunikasi atau bertemu, kau akan tetap terus menjadi sahabatku", suaranya tenang. Menarik nafas dalam, "Ya, tentu. Terimakasih, Leah. Aku tau itu", jawabku berbisik.

   "Kau bisa menginap disini besok setelah dari Disneyland. Sydney akan berangkat ke Miami besok malam, dijemput oleh ayahnya", sahut Leah sedikit berbisik sembari mengambil sebotol soda berukuran besar dan beberapa macam camilan.

   "Tentu, aku akan mengatakannya pada ayah dan ibu", jawabku sembari berjalan ke arah ruang keluarga.

   Kami menonton serial 'Arrested Development', ini adalah serial kesukaan Noah dan Sydney. Sebenarnya aku tidak seberapa mengikuti serial ini, namun aku tidak mempermasalahkannya. Tatapanku kosong, pikiranku tertuju kepada Harry. Apakah ia sudah merasa lebih baik atau belum?

   Hingga akhirnya aku memutuskan untuk ke kamar mandi dan menghubungi Ethan.

   "Selamat sore, nona Cooper", jawabnya di seberang telfon terdengar sedikit berbisik.

   "Sore, Ethan. Dan tolong panggil Abby saja. Apa kau berada di kantor?", tanyaku. Mendengar suara pintu tertutup dari seberang telfon, aku bisa mengetahui bahwa ia tidak sedang berada di kantor. "Tidak, Abby. Apa ada yang bisa ku bantu?", suaranya terdengar lebih santai dan tidak se kaku sebelumnya.

   "Bagaimana kondisi Harry? Dan tolong jangan katakan padanya jika aku mengubungimu.", tanyaku. Jantungku berdegup kencang, nafasku melambat. "Tuan Styles masih sakit, bahkan tidak berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ia memuntahkan semua makanannya. Nanti malam, kami akan ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan Tuan Styles lebih lanjut", jawabnya.

   Dan saat itu juga aku merasa nyeri di sekujur tubuhku. Air mataku perlahan menetes. Seluruh ketakutan menguasaiku. Nafasku tersengal-sengal seakan aku bisa berhenti bernafas kapanpun. Tubuhku mendingin, rasanya aku ingin terbang ke Seattle saat ini juga.

   "A-apa ia sedang disana?", suaraku parau. "Ya. Ia baru saja tidur dan saya akan membangunkannya saat kami akan berangkat ke rumah sakit, Abby", jawabnya dengan suara formal nya yang tegas. "Bisakah kau mengatakan padaku apa yang terjadi padanya nanti malam? Saat kalian sudah kembali dari rumah sakit dan ia sudah tidur", tanyaku dengan nada memohon.

   "Akan saya usahakan, Nona Cooper", jawabnya. Saat itu juga aku mematikan telfonnya. Tubuhku melemah, rasanya aku ingin menyalahkan diriku sendiri karena sudah meninggalkannya di Seattle seorang diri saat ia sedang sakit. Aku merasa terlalu egois kali ini. Menghapus air mata ku, aku menarik nafas dalam sebelum memutuskan untuk keluar dari kamar mandi.

Repent [h.s.]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora