Bab 5. Domuin Eterma

3.1K 328 90
                                    

Beberapa kilometer dari Muian Etermara, bangunan yang tak kalah megah berdiri dengan tinggi nyaris menyamai pohon paling tua di hutan Timrith. Bangunan tanpa atap itu dikelilingi lereng-lereng curam yang mengarah pada jurang. Denting logam atau lesatan senjata biasanya terdengar dari sana. Namun, kali ini justru musik dan nyanyian merdu para Elfynnlah yang merambati udara.

Sesekali, suara trompet tanduk khas Aeterra akan terdengar menggema, dan semua orang yang ada di dalam menujukan pandangan pada gerbang utama. Penasaran melihat kesatria atau bangsawan dari kerajaan mana lagi yang akan memasuki bangunan tersebut.

Bangunan yang lebih dikenal sebagai Domuin Eterma itu beralih fungsi dari tempat latihan prajurit menjadi tempat perayaan besar. Para kesatria dan bangsawan Elfynn berkumpul memenuhi undangan Raja Arbura.

Tidak kurang dari dua ratus orang sudah mengisi tempat duduk mereka di tribun. Sebagian masih berlalu lalang di arena tengah; meminta tambahan teh seledorn atau panganan lain yang dibuat dari bagian tumbuhan itu pada pelayan, bercengkerama satu sama lain, ikut menyanyi dengan para pemusik kerajaan, mendengarkan syair-syair, atau hanya sekadar berkeliling untuk menikmati ukiran-ukiran penuh kisah di dinding. Sementara sisanya pastilah masih dalam perjalanan, sebab acara baru dimulai pada tengah hari dan sekarang masih sangat pagi.

Di bagian timur Domuin Eterma terdapat podium beratap tinggi. Berjajar di atasnya adalah replika sederhana singgasana Aeterra, tempat keluarga kerajaan Aeterra mengamati perayaan. Yang paling tengah diduduki Raja Arbura. Aretha di sisi kiri dengan Azra yang berdiri di sampingnya. Amoreta di singgasana kanan, ditemani Arata yang harus menunggu sang raja pergi ke pulau Lounis jika ingin mendapat takhta.

Tujuh hari ternyata bukan waktu yang cukup banyak untuk mengarang alasan bagus. Raja Arbura tidak menerima semua yang Aretha jadikan alibi dan tetap memaksanya datang dalam perayaan.

Lagi pula, keberadaannya di sini nyaris sama tidak berharganya dengan kerikil di antara batu-batu raksasa. Tidak, ia bukan merasa lebih kecil dari yang lain. Yang bisa membuatnya merasa kecil hanyalah Malka dan Ayahanda Raja. Ia hanya ... tidak nyaman dan yakin keberadaannya akan lebih berguna di Er Vedjat—perpustakaan kerajaan Aeterra.

Sementara Amoreta tak henti-henti melempar senyum dan menyapa, Aretha hanya menatap tanpa minat pada keramaian di depan. Sepasang iris emasnya kembali menyapu Domuin Eterma dan lagi-lagi tertambat pada gerbang utama. Menghela napas, Aretha menekan dalam-dalam keinginannya menyelinap keluar dari tempat ini. Dia tidak akan bisa pergi tanpa terlihat.

Sedari tadi, petugas peniup trompet amat sibuk mengumumkan kedatangan tamu, baik itu para kesatria maupun bangsawan Elfynn dari enam kerajaan lainnya. Para pangeran dan putri dengan marga Leyada dari kerajaan Neaterra, Iladdea dari kerajaan Merterra, Nrealjea dari kerajaan Katerra, Hyemala dari kerajaan Literra, Lakustria dari kerajaan Witerra, dan Lawermis dari kerajaan Spiterra.

Kesemua tamu akan memberi hormat terlebih dahulu pada keluarga kerajaan Aeterra, membuat Aretha letih harus terus bersikap manis.

Domuin Eterma diubah untuk acara ini hingga semua orang hampir tak mengenalinya, ada semak bunga di mana-mana dan air terjun kecil tersebar di setiap dinding. Tanaman rambat yang saling membelit menjadi hiasan dominan. Amoreta pastilah bekerja sangat keras untuk menyulap tempat kasar menjadi tampak indah.

Yah, Aretha juga seharusnya membuat banyak stalagmit es di dekatnya. Dengan begitu, tidak akan ada pangeran dan putri yang mau mendekat hanya sekadar untuk menyapa.

"Mohon berdiri, Tuan Putri," bisik Azra.

Biasanya pemuda itu tidak akan banyak bicara dan hanya mengatakan kalimat seperlunya. Bahkan ia bisa diam sehari semalam tanpa mengucap sepatah kata pun. Namun kali ini, sudah terhitung lebih dari sepuluh kali Azra harus mengulang kalimat yang sama. Aretha enggan berdiri jika tidak diminta. Sekarang pun ia bangkit dengan malas dan menunjukkan raut tak tertariknya dengan kentara.

The Soul of the Moon [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang