03. Broken Heart

2.6K 527 443
                                    

-BagaImanapun juga, rasa sakit gue akan hilang. Asal gue melihat lo bahagia walaupun bersama yang lain.-KhansaD

🌹🌹

Gue udah siap dengan baju berlengan pendek berwarna maroon. Dan memakai rok hitam selutut. Nggak heboh sih dandanan gue, sederhana. Rambut digerai dan disamping nya dikepang. Make-up juga terlihat natural. Oke, udah selesai. Tinggal nunggu Alvaro masuk ke apartemen gue.

Tok tok tok.

"Iya sebentar." Lalu gue membukakan pintu untuk dia. Tunggu, kok dia ngeliat gue gitu amat ya?

"Ternyata lo bisa berubah yah penampilannya," pujinya dengan senyuman dan menampilkan deretan giginya yang putih. Gue akhirnya cuma tersenyum kikuk.

"Yaudah kita berangkat sekarang yuk?" ajak gue, dan akhirnya gue keluar bareng dia menuju parkiran dimana mobil dia berada. Alvaro kelihatan manis malam ini. Walaupun ganteng, tapi kenapa gue sukanya sama Arzan doang yah? Nyaman aja gitu kalau deket Arzan.

"Nah, udah sampai," ujar Alvaro lalu menoleh ke gue.

Sejak kapan udah sampai? Jadinya ke mall nih? "Kita jadinya ke mall?"

"Iya, emang lo pikir kemana?"

"Kirain gue kemana gitu." Gue tersenyum kecil pas dia ngebukain pintu mobil buat gue.

"Ayo," Tangannya melingkar di pinggang gue. Idih, sok akrab. Gue lepasin aja tangan dia dari pinggang gue. "Eh-sorry." akhirnya dia jadi kayak salting sendiri.

Gue cuma ngangguk dan memasuki pintu masuk mall. "Mau kemana dulu? Udah laper belum?" tanya dia. Gue ngangguk sambil cengar-cengir nggak jelas. Gue kurus-kurus gini, kalau masalah makan cepet. "Yaudah kita makan di sana aja yuk?" gue nengok ke arah yang dia tunjuk. Gue ngikutin dia ajalah, dimana tempat makanan yang enak, udah laper.

Saat sampai di restoran, dari sini terlihat jelas kota Jakarta, pokoknya ini meja paling bagus, sumpah. Setelah memesan makanan, gue ngeliat ada cowok sama cewek di meja depan gue dan Alvaro. Tapi kok serasa kenal yah sama postur badan cowok sama cewek itu? Aduhh gak kelihatan lagi mukanya. "Sabrina?"

"Aduhh misi kek pelayannya." Gue ngomong sendiri kayak gitu.

"Sabrina," panggil Alvaro dengan intonasi yang cukup tinggi supaya gue denger. Akhirnya gue natap dia.

"Eh? Iya kenapa?"

Dia membuang napasnya pelan, "Tadinya gue mau ngomong sesuatu sama lo." Dia natap gue lekat-lekat. Sedangkan mata gue terfokus pada orang yang membelakangi meja gue dan Alvaro.

"Hah? Iya, iya apa tadi?"

"Aduhh lo liatin apaan sih?" dia menoleh ke belakang terus natap gue lagi.

"I.. itu, orang itu kayaknya gue kenal." Ucap gue. Dia terkekeh, "Lah kenapa ketawa deh nih bocah?"

"Masa lo nggak ngenalin sahabat lo itu, hm?"

Wait, sahabat gue? Jangan bilang kalau itu Arzan sama... Della.

"Ck, itu Arzan sama Della kan?" ujar dia. Finally! Sakit hati gue dateng lagi. Kenapa sih dunia harus sesempit ini, kenapa bisa di restoran yang sama?

"Ini pesanannya." Setelah makanan dateng, gue jadi nggak nafsu makan. Pengen pulang makkk.

"Kenapa nggak dimakan?" tanya Alvaro yang melihat gue cuma natap makanan yang ada di depan mata gue.

"Iya ini baru mau makan hehe." Gue paksain aja makan, dari pada karena cuma galau, perut gue jadi nggak keisi. Yang ada nanti masuk berita orang meninggal karena nggak makan gara-gara lihat gebetannya jalan sama sahabatnya sendiri.

Dear Heartbeat [COMPLETED]Where stories live. Discover now