Bab 1 - Sabiya, Abizard, dan Cinta

128K 9K 417
                                    

Absen dulu. Baca Sabiya udah siap mental belum?

Enjoy!

Bismillahirrahmanirrahim....

***

Seseorang pernah memberi nasihat. "Hiduplah bersama lelaki yang membuat Surga terasa dekat." Lantas aku merasa itu di kamu.

~Sabiya~

***

Pernah membaca atau menonton kisah majikan jatuh cinta dengan anak pembantu? Orang kaya bertemu si miskin? Begitu juga kisahku. Klase memang, tapi di situlah letak perjuangan cinta kita. Kalau diingat masa itu adalah kenangan indah kami. Sebelum badai ini benar-benar menghantam.

Sekarang aku duduk di kursi yang kuputar menghadap jendela. Di luar hujan sedang turun, sangat deras. Dan kalian tahu di mana suamiku? Masih lembur di kantor. Sebelumnya aku selalu percaya saja, hingga pesan misterius itu datang. Mengatakan kalau dia berselingkuh dengan teman kerja. Ketika itulah pikiranku tidak pernah tenang. Rasanya sakit sekali membayangkan dia sedang bercengkrama bersama selingkuhannya, bertatapan mata, atau bahkan ... Tidak! Ingin kuberantakkan berbagai produk kecantikan di meja rias. Atau aku datangi saja tempat kerjanya? Membabi buta di sana?

Sumpah, aku muak dengan semua ini. Rasanya ingin marah semarah-marahnya. Saking marahnya, air mataku jatuh lagi dan lagi. Hatiku sakit sekali, seperti ditusuk sembilu beribu kali. Mengapa semua ini bisa terjadi? Bagaimana cara membuat mereka sadar? Bagaimana cara suamiku kembali ke pelukanku dan meninggalkannya?

Frustasi sudah.

Hidupnya hancur. Harapan dan impian yang sudah kita bangun kokoh hendak ambruk karena tiang kepercayaan merapuh.

Huft, sudah, percuma terus begini. Aku harus bangkit. Kata orang cara merebut hati kembali adalah bersabar. Bersikap paling baik. Tentu saja tidak mudah. Apa aku ajukan cerai saja?

Tidak.

Aku masih mencintainya. Kenanganku terlalu indah bersamanya. Mari kuceritakan kisah-kisah kami.

Keluargaku tinggal di daerah Jakarta Barat, pinggir rel kereta api. Sedangkan Abizard di perumahan elite Jakarta Selatan. Bisa dibilang perusahaan keluarga Abizard adalah lingkungan para artis. Termasuk kakak pertamanya, salah satu artis papan atas tanah air. Namanya Agnes, sekarang tinggal di blok sebelah. Karier saudara Abizard sangat sukses. Kakak keduanya menjadi dosen di Universitas Indonesia dan pengusaha travel haji nomor satu di Indonesia. Sering mengadakan program umrah bersama selebriti. Seperti Syahrini, Luna Maya, dan Bunga Citra Lestasi beserta suami. Adik Abizard alias adik iparku sedang menempuh kuliah kedokteran di Harvard University.

Dari latar belakang keluarga, Abizard sangat jauh denganku. Walaupun kami masih memiliki darah Turki, strata sosial kami berbeda. Dulu Ayah Abizard seorang duta besar lalu menikah dengan gadis pribumi, kemudian menetap di Indonesia. Sekarang masih bekerja di kedutaan, meski berbeda jabatan. Sedangkan ayahku tidak jelas keberadaannya. Ibuku adalah korban pemerkosaan di kapal laut saat menyebrang dari Malaysia ke Indonesia. Sebagai TKW ibu tidak punya kuasa, selain menerima dengan sabar. Wajah kearab-araban lelaki bejat itu menuruniku, orang akan mengira aku dan Abizard dari Turki tanpa campuran darah Indonesia. Padahal tidak.

Dari segi tampang, aku termasuk beruntung. Namun tidak dengan pendidikan. Aku terpaksa kejar paket A,B, dan C, sebab ibu tidak mampu menyekolahkan. Bisa makan saja kami bersyukur. Hingga di umurku 20 tahun, ibu bertemu dengan Mama Lia, orang tua Abizard. Dia menawarkan pekerjaan. Meminta kami tinggal di rumahnya dan meninggalkan rumah tidak layak di dekat rel kereta api. Mulai dari sana kehidupan kami membaik. Setidaknya punya gaji cukup, makanan bergizi, dan kamar pegawai yang layak.

Awal bertemu Abizard jujur saja aku sangat terkagum. Dia tampan sekali. Yang membuatku tambah kagum sikapnya beragama. Salat tepat waktu dan rajin mengaji. Mendengar lantunannya membaca Al-Qur'an dari kamar membuatku tersentuh hingga memutuskan berhijab. Sesederhana itu cara dia mengubahku, meski tidak langsung.

Tiga bulan di sana aku tidak berani berbicara banyak dengannya. Merasa tidak level. Banyak teman kampusnya berkunjung, mereka semua cantik. Dari mendengar cara temannya berdiskusi juga membuatku yakin tidak ada yang bodoh. Pasti banyak yang mengantre ingin menjadi istri Abizard. Mungkin pacarnya juga banyak.

Suatu ketika Abizard mengenalkan seorang gadis. Dia berhijab, berketuran Turki dan India, kata ibu gadis itu sering mengikuti lomba semacam Miss Indonesia. Abizard mengenalkan sebagai calon istri. Rasanya saat itu hatiku tidak nyaman. Aku akui memang ada harapan untuk berada di sisinya, memang tidak pernah aku ucapkan meski bisikan doa. Aku malu sama Allah, masa iya anak pebantu ingin dipasangkan dengan majikan.

Tidak lama setelah peristiwa itu, aku tidak sengaja menjumpai Abizard yang menangis di meja dapur. Kejadian pertama dalam hidupku melihatnya terlihat hancur. Tanpa aba-aba dia bercerita kalau calon istrinya berselingkuh bahkan hamil. Aku kaget, tidak menyangka, meski aku mengharapkannya tidak sekalipun hal buruk menimpanya. Aku tidak ingin melihatnya sedih. Dengan mengabaikan berbeda status, aku berusaha menjadi teman. Dari situlah kenyamanan tercipta, kami jatuh cinta, dan tidak lama Abizard meminangku.

Hari pertama usai menikah, Abizard sangat manis. Bahkan setiap hari sikapnya sangat romantis. Aku sampai tidak merasa ini nyata, seperti di bawa ke dunia novel atau film. Saat itu aku merasa menjadi wanita paling beruntung dan bahagia di dunia.

"Sabiya, kita buat panggilan sayang yuk. Panggilan khusus aku buat kamu, dan kamu buat aku," katanya sambil bersila di atas ranjang.

Aku menarik selimut. "Apa ya?" Kepalaku masih terasa pening merasakan perubahan cahaya.

"Aku panggil kamu Bia, kamu panggil aku Bae." Tanpa aba-aba, Abizard mencium pipiku.

Tentu saja pipiku memerah. Apa-apaan coba, mencuri itu namanya.

"Gemes banget. Uuuuu... Seneng punya istri kayak kamu." Dia memelukku gembira. Aku pun tertawa lalu mencubit pipinya.

"Abizard, aku pernah dengar nasihat. 'Carilah suami yang membuat Surga dekat jika bersamanya' aku rasa itu kamu." Sengaja aku mengombal supaya ia semakin gemas.

"Biaaaa..." Senyumnya merekah. Tampan sekali. Baru kali ini aku melihat wajah bangun tidurnya dengan rambut berantakan yang seksi. Rasanya hidup ini seperti mimpi.

"Udah mau subuh, ayo mandi."

Di keluarga Abizard tidak ada adat pengantin dilarang pergi dari rumah selama satu pekat, tapi suamiku mengadakannya. Alasan sebenarnya tidak ingin berpisah dariku. Saat diminta mengantar Mama Lia ke mall saja dia menolak. Dasar kekanak-kanakan! Aku kan gak bakal dibawa terbang burung. Gak bakal ilang pokoknya.

Barulah saat ibu meminta diantarkan ke pasar, dia tidak bisa menolak. Mungkin sungkan dengan mertua. Itu pun dia memelukku lama saking eratnya membuatku sulit bernapas. Selama perjalanan Abizard terus mengirim pesan rindu. Segitu tergila-gilanya kah dia dengan perempuan biasa sepertiku?

Kesempatan emas selagi suamiku tidak di rumah. Aku enak saja melahap mie instan kebanggaan. Saat lahap memakan, Abizard masuk. Langsung merebut mangkuk, menjewer telingaku. "Suruh siapa makan begini, Bia? Ini gak sehat buat kamu."

"Tapikan enak."

Wajah Abizard cemberut. Dia sangat khawatir. Over protektif! Tapi menggemaskan. Aku suka. Suka banget.

"Suamiku yang baik, boleh ya aku habisin dulu mienya?"

"ENGGAK!" Dengan kejam dia membawa makanan ke dapur, membuangnya begitu saja, membuatku menangis dalam hati.

Perhatikan tapi kejam!

***
Apa yang kamu harapkan dari Sabiya versi revisi?

Segala kebaikan dari Allah.

Kewajiban manusia adalah beribadah.

Terima kasih sudah membaca cerita Sabiya.

Mel~

Sabiya (Luka Yang Kau Torehkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang