Terlihat Kembali

2.5K 238 8
                                    

Betapa terkejutnya Angga ketika melihat Shani jatuh terkapar di depannya. Dengan wajah sangat pucat. Secepat mungkin ia mengangkat badan Shani lalu memindahkannya ke atas kasur UKS.

"Minyak kayu putih mana?" Angga berbicara panik, dia melihat sekeliling ruang UKS. "Elo," bicara Angga tergantung ketika melihat Satria ada di pojok ruangan sambil meringis menahan rasa perih.

"Hm, lo Ang-Angga kan?" Satria bertanya serasa meyakinkan.

"Iya, Satria kan? Lo ngapain di sini?" Angga bertanya sambil mengambil minyak kayu putih yang di loker meja UKS lalu mengoleskannya di bawah hidung Shani. "Shani kenapa bisa pingsan?" Tanyanya lagi.

"Dia phobia darah, biasa pingsan kalau liat darah. Palingan bentar lagi juga bangun." Dengan santainya Satria berbicara, seakan-akan ia emang tau kalau Shani akan terbangun sebentar lagi.

--🌠--

Sesuai rencana yang sudah mereka sepakati, kini Raina, Reyhan dan Zulham akan menjadi detektif dadakan. Memecahkan kasus hilangnya buku tugas kimia Shani. Kali ini ide Zulham memang bisa di bilang lumayan, sebelumnya Zulham yang terkenal anak rusuh di kelas dan juga sikapnya yang tak tau terimakasih, kini berubah drastis. Mungkin karna kali ini sedang ada pencerahan di dalam otaknya.

Sejak bel istirahat yang berbunyi sepuluh menit yang lalu mereka bertiga susah memeriksa setiap sudut kelas bahkan sekitar lingkungan kelas. Hasilnya nihil. Buku Shani tidak ada di manapun. Mereka bertiga mengendus nafas kesal secara bergantian.

Zulham menarik kursi yang ada di depannya, lantas mendudukinya. "Dimana sih tuh orang nyimpen bukunya Shani? Ilah, ngerjain orang aja."

"Gue rasa dia ga nyimpen di dalam kelas deh." Raina mencoba mengambil kesimpulan. "Eh tapi emang lu berdua ga liat siapa yg ngambil bukunya Shani? Gue rasa dia ngambilnya pas gue sama Shani lagi di kamar mandi."

Merasa kakinya mulai pegal Reyhan memilih nelayangkan badannya ke atas meja guru. "Tadi kan gue turun ke bawah jadi mana liat, Zulham kali tuh."

"Kalau gue tau siapa yang ngambil, ga akan gue ngorek-ngorek tempat sampah tadi." Zulham menggerutu sebal. Memang tadi dia kebagian ngorek tempat sampah depan kelas. Tapi memang dasarnya dia lebay, dia kesal, padahal tempat sampahnya hanya ada tumpukan tertas ulangan biologi yang sengaja di buang anak XIIipa1 karna hasilnya yang di bilang memalukan. Dan sebagai murid yang baik, pilihan terbaik agar orang tua tidak tau, ya membuangnya.

"Kita ke taman belakang aja ayo lah, bantuin mereka aja, dari pada di sini ga ada hasil." Seperti kesambar petir, otak Zulham mendadak cerah.

Reyhan dan Raina menganggut kompak. Mereka bertiga akhirnya memilih membantu Shani dan juga Satria.

Sesampainya di taman belakang, sepi tak ada orang satupun. Bahkan orang yang di cari pun tak ada. Keadaan di sana sudah cukup di bilang lumayan dari pada sebelumnya, hanya saja sekarang tinggal gundukan daun kering yang siap di buang ke tempat sampah.

Raina melipat dahinya sambil menunjuk ke arah taman belakang yang kosong. "Ko, ko mereka ga ada sih? Padahal itu belum selesai kan."

"Iya ya, kemana ya mereka?"

"Gue tau, pasti mereka lagi mojok berduaan di ujung sana." Asal ceplos saja, akhirnya tangan Raina mendarat mulus di bahu Zulham.

"Ah sakit Rain. Nih cewe cakep-cakep tapi kaya preman."

Raina membesarkan kedua matanya, sambil bertolak pinggang ke arah Zulham. "Apa tadi lo bilang?"

The MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang