Foto Awal Perkenenalan

1.7K 102 5
                                    

Bel pulang sekolah sudah berdering sejak lima belas menit lalu. Kini Shani dan Satria tengah berjalan menuju parkiran sekolah. Saat sampai diujung koridor, Shani samar-sama melihat laki-laki berjacket hitam yang tidak tampak asing di penglihatannya sedang berjalan mendekat kearahnya.

Saat jarak mereka semakin dekat, barulah Shani dapat mengenali siapa laki-laki itu. "Ka Angga!" Shani melambaikan tangan. Membuat Angga dengan mudah menemukan seseorang yang memanggilnya tadi.

Angga mendekat. Tersenyum lebar saat Melihat Shani dan juga Satria yang kini ada di hadapannya. "Lo belum pulang, Shan?"

"Ini baru mau pulang, Ka," Shani menyalipkan ujung poninya yang menghalangi penglihatannya. "Oh ya, maaf ya ka. Kemarin gue ga bisa dateng ke perlombaan Anggar itu," ucapnya sedikit kecewa. "Tapi gue seneng deh, sekolah kita menang kan?"

Meskipun mereka sekarang adalah saudara. Namun mereka tidak dapat bertemu setiap harinya. Orang tua mereka memang sudah berbaikan, semuanya sudah membaik. Tapi, Sarah tetap tidak mau satu rumah lagi dengan Aras. Jadilah mereka tetap menjalani hidup masing-masing. Angga tetap bersama Aras. Shani tetap bersama Sarah. Meskipun begitu, mereka sama sekali tidak terganggung, sesekali Angga bermain ke rumah Shani, atau sebaliknya.

"Gapapa kok, lagian juga sekolah ini menang, ya meskipun juara dua."

Satria masih sibuk mendengarkan percakapan dua saudara ini. "Gue masih ga nyangka, kalau lo berdua ternyata saudara kandung."

"Gue juga ga nyangka kalau lo pacarnya adek gue," Angga tertawa pelan, mengalihkan pandangannya ke Shani. "Shan, gue balik duluan ya. Ada kelas sore nih,  harus buru-buru ke kampus," Angga mengacak pelan rambut Shani. "Bye," Ia melambaikan tangan sebelum benar-benar berbalik meninggalkan Shani dan juga Satria.

Shani memutar pandangannya. Berbalik menatap Satria yang masih diam. Menyikut lengangannya. "Heh, bengong aja. Nanti kesambet lho," Ia meraih tangan Satria. "Ayo pulang."

Satria tersadar dari lamunannya. Menghentikan paksa gerakan Shani, meembuat gadis itu menatapnya bingung. "Anter gue ke rumah Perempuan itu, ya?"

Shani mengernyit. "Perempuan Siapa?"

Satria menggaruk kepalanya. Menghela nafas. Bingung harus jawab apa. "Ibunya Yui." akhirnya jawaban itu lah yang keluar dari mulutnya.

Shani mengangguk. Ia paham pasti Satria sekarang masih berat untuk memanggil Rima dengan sebutan 'Mamah' lagi. Ia meraih lengan Satria, menggengamnya. "Ayo. Tapi habis dari sana, traktir gue es krim ya." pintanya dengan mata berbinar.

Satria tertawa kecil melihat tingkah laku gadisnya. Di suasana hati yang sedang tidak menentu. Gadis di hadapannya ini malah bertingkah seperti itu. Satria melepaskan genggaman tangan Shani, memindahkannya ke atas bahu gadis itu. "Jangankan eskrim. Penjualanya aja kalau mau gue bakal kasih, Shan."

"Emang rela kalau gue di ambil penjual eskrimnya?" balas Shani jahil.

Seketika Satria menghentikan langkahnya. "Ya engga lah," ucapnya sambil Memutar tubuh Shani agar menghadap ke arahnya. Memegangi bahunya. "Lo kan cuma punya gue." Satria tesenyum, mendekatkan wajahnya ke arah Shani, lantas mendaratkan bibirnya di atas dahi gadis itu.

Mata Shani langsung membesar. Memegangi dahinya yang di cium Satria tadi. "Satria..." pekiknya kencang, lalu berlari mengejar Satria yang sudah mulai hilang di ujung parkiran.

***

Satria masih terdiam di depan Rima. Saat ini ia dan juga Shani sudah berada di rumah Rima. Sesampainya mereka tadi ke rumah besar ini, keduanya berbarengan dengan Yui yang baru saja pulang sekolah. Yui menyambut dengan senang hati kedatangan saudara tirinya. Ia pun cepat-cepat mempersilahkan Satria masuk dan memanggil Rima yang tangah ada di halaman belakang.

The MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang