Teman Baru

8 0 0
                                    

Aku masih menguatkan diri untuk tidak mengantuk dengan mata kuliah ini. Ini sudah siang, pukul 13.00 dimana otak manuasia butuh beristirahat sebentar dari kerumitan yang dipikulnya. Apakah dosen itu tidak lelah ? Demi uang dia bertahan. Ya, demi uang pun aku bertahan mendengarkan ceramah nya tentang permasalahan ekonomi di Negara ini. Dia pikir aku perduli, Negara ini saja tidak perduli dengan ku, buat apa aku ikut campur dan mendengarkan curhatan Negara ini.

Handphone ku bergetar sekali, dan ya ampun aku baru ingat tugas ku belum selesai. Mengikuti suatu organisasi di tempat kuliah adalah sebuah beban buat beberapa orang dan hiburan untuk beberapa orang lainnya, bagiku dominan adalah beban dan setengahnya adalah hiburan. Handphone ku kembali bergetar dan efek nya begitu luar biasa setelah aku membaca pesan yang baru saja ku terima. Tiba-tiba materi yang ku dengar saat ini berubah menjadi begitu menyenangkan dan menimbulkan minat ku untuk bertanya sehingga kelas pun menjadi aktif, terima kasih sudah mengaktifkan minat ku pada dunia yang tidak menarik ini.

Ooo

"Terima Kasih." Ucapku pada laki-laki yang sedang menatapku khawatir. Laki-laki itu memberikan minuman dingin kepada ku berharap itu mendinginkan seluruh otak ku.

"Jangan liat aku kayak gitu." Rasanya sangat risih saat dia terus menatap ku.

"Mau minum lagi ? Muka kamu masih mengenaskan." Ujarnya.

"Aku cuman setres dengan materi kuliah Jal."

"Iya aku terlalu khawatir. Jadi jangan pasang mimik muka seperti itu lagi, itu termasuk list yang aku tidak suka."

Aku hanya mengangguk. Aku mengerti karena sudah terdapat hampir lebih dari 50 hal yang dia tidak suka dengan diri ku, hidup ku, dan semua tentang ku. Aku tidak mengerti kenapa dia masih bisa bertahan dengan ketidak sukaannya ini.

Rizaldi atau panggil saja Ijal, kami bertemu dan bekerja sama dalam organisasi yang sama, jurusan yang sama, angkatan yang sama, daerah tempat tinggal yang sama tapi kami dipisahkan oleh kelas yang berbeda. Dia sudah tenang karena mata kuliah yang tadi menyiksaku itu sudah berhasil menyiksanya lebih dahulu. Kami berasal dari daerah yang sama sehingga membuat kami dekat. Bukan hanya dia saja masih terdapat 2 orang lagi yang menjadi bagian dalam catatan kampus ku. Ini tahun ketiga kami dan kedua orang itu sudah mulai sibuk dengan dunia barunya, dunia kerja, sungguh beruntung.

"Kamu ada kumpulan hari ini ?"

"Iya sampai jam malem kayaknya, ini tahun pertama buat acara yang akan kita buat jadi harus di prepare lebih awal." Jelas ku.

Aku melihat jam yang bertengger dalam layar handphone ku, sudah waktunya berkumpul.

"Aku pergi, aku tidak ingin perempuan itu menyemburkan air liur nya ke muka ku." Ujar ku, mengingatnya saja sudah membuatku merinding.Tapi memang setiap dia murka dia akan terus mengoceh hingga air liurnya tumpah kemana-mana, menjijikan. Tapi tidak bisa dipungkiri dia memang ketua yang hebat.

Tahun ini perkumpulan klub manga ku akan megadakan sebuah acara yang rencananya akan menjadi acara tahunan. Karena ini tahun pertama, maka harus dibuka dengan sebuah kemegahan yang luar biasa. Berlebihan sepertinya kata-kataku, sebenarnya itu kutipan dari ucapan ketua ku. Itu yang selalu ditanamkan olehnya kepada anggotanya setiap rapat dan itu cukup berpengaruh untuk kami, anggotanya.

Lamunan ku berakhir, kaki ku sudah sampai di depan sekretariatan klub. Aku sedikit mengambil nafas cukup dalam. Ketua belum datang tapi suasana hatiku begitu tegang apalagi saat manusia yang ada di dalam ruangan itu berbalik dan menatap ku, lalu dipercantik dengan ulasan senyum yang bertengger di wajahnya. Ini yang paling membuat ku malas dalam klub ini, kalau bukan amanat yang diberikan aku tidak akan bisa bertahan di sini, atau mungkin karena yang dihadapan ku lah yang membuat ku bertahan.


ResahWhere stories live. Discover now