Kesimpulan

9 0 0
                                    


Kelelahan ini sedikit lagi berakhir, sebentar lagi. Hari ini adalah hari H itu, acara pertama yang diadakan oleh klub manga ini. Cuaca hari ini memang tidak baik tapi acaranya cukup meriah karena warga kampus lain cukup banyak yang antusias dengan acara ini. Sangat terharu karena keantusiasan mereka yang tidak melihat cuaca hari ini, gerimis dan angin dingin tidak menjadikan masalah bagi para pecinta anime, manga dan tokoh kartun lainnya. Pandangan ku menyisir ruangan ini tetapi tidak ku temukan dirinya, padahal dia akan menjadi operator acara ini. Dengan inisiatif otak ku, kaki ini melangkah begitu saja menuju sekretariatan klub manga. Aku yakin dia tidak membawa payung, walaupun jarak aula tempat acara kami berlangsung sangat dekat dengan sekretariatan klub tetapi hujan detik ini cukup deras dan dipastikan dia membawa beberapa peralatan elektronik.

Langkah ku terhenti saat pandangan kami beradu, aku tersenyum begitupun dia, tapi berbeda.

"Tunggu aku di bawah, nanti aku ke bawah kok." Jelasnya sebelum aku mengangkat bicara.

"Ada siapa aja ?"Tanya ku karena melihat 3 sepatu berjajar di depan pintu. Sepatunya, lalu sepatu salah satu anggota klub yang kebetulan keluar dari ruangan dan satu lagi sepatu siapa ?

"Engga ada siapa-siapa kok. Tunggu di bawah aja."Jelasnya sedikit gugup. Aku semakin penasaran dan sedikit mencuri pandang ke dalam ruangan tetapi nihil, tak jelas. Tangannya mengibas-ngibas mengisyaratkan aku untuk segera turun ke bawah dan aku pun menurutinya.

Ooo

Sudah 15 menit aku menunggunya di bawah tapi batang hidungnya tidak kunjung terlihat. Tugasnya mungkin belum selesai tetapi acara akan segera di mulai. Terdengar suara langkah kaki tetapi gerakan ku tertahan, senyuman itu berbeda, tatapan itu berbeda, mungkinkah ? Aku memalingkan muka ku tidak ingin tertangkap karena terus memandanginya. Aku pun beranjak dari tempat ku dan pergi menuju aula tempat acara berlangsung dengan membawa kesimpulan sendiri dalam otak ku.

Aku memasuki ruangan acara bersama beberapa anggota lainnya, laki-laki itu sudah duduk dengan tatapan serius pada laptop yang ada di hadapannya. Dia tidak mencariku ? Hah ! Apa yang sedang aku pikirkan ? Aku terus mengetuk kepala ku agar tersadar dari semua fikiran anehnya. Aku tidak tahan untuk duduk di tempat ini, pandangan ku tidak akan terkontrol. Aku pun pindah ke ruang belakang, tempat dimana beberapa anggota lainnya sedang beristirahat dan ada pula yang sibuk mempersiapkan beberapa bahan untuk acara selanjtnya.

Aku sibuk, jangan ganggu ! Maka pergilah kalian fikiran-fikiran busuk. Jangan berani-beraninya berkonspirasi untuk memasuki otak ku yang sudah lemah ini.

"Nin."

Fikiran itu sudah masuk ternyata, sampai-sampai aku bisa mendengar suaranya.

"Aninda." Mata ku terbuka dan langsung menemukan sumber suara.

"Kenapa ninggalin aku ? Kenapa pula hujan-hujanan ? Payung nya udah aku taro di sana ya." Jelasnya sambil menunjuk arah payungnya berada. Aku hanya mengangguk beberapa kali untukmerespon penjelasannya.

"Pacar kamu ga ikut Dam ?"Tanya seseorang yang baru muncul dari pintu belakang.

"Pacar ?" Gumaman ku sepertinya cukup keras karena seseorang itu malah menyautinya.

"Iya yang tadi aku liat di ruang sekretariatan."

Seketika otak ku memberi kabar jika terjadi longsor yang sukup dahsyat pada dinding-dinding hati ku dan gelombang akan meluncur dari bola mata ini, tapi untuk gelombang aku tahan. Aku tidak menghendakinya. Laki-laki di hadapan ku hanya garuk-garuk tengkuknya yang tidak gata;, gerakan klise untuk orang yang sedang grogi.

"Jadi, sekarang ada rahasia diantara kita dam?" Topeng baru telah ku pasang, bagaimana hasilnya ?

"Ada waktunya nin buat aku cerita."

"Yaudah cerita aja sekarang, mumpung dia udah pergi." Kata ku sambil memberi isyarat pada siluet bayangan lelaki tadi yang sudah pergi entah kemana.

"Sebelumnya, bisa kamu jelasin siapa yang ada di foto profil akun kamu ?" Tanyanya.

Pelipis ku berkerut, tidak mengerti dengan pertanyaannya yang tiba-tiba. Kenapa dia malah bertanya balik pada ku ? Aku menggelengkan kepala dan menodongnya dengan pertanyaan yang sama. Lalu kami beradu argument untuk siapa yang lebih dahulu menjawab pertanyaan, dan pemenangnya adalah... dia. Menyebalkan ! Aku semakin benci dia, apalagi saat dia mengembangkan senyum kemenangannya. Bersinar.

"Bisa kau sebut dengan 'doi'". Jawab ku sekenanya. Puas kau.

"Berada dalam satu jurusan ?"Aku menggelengkan kepala.

"Universitas ini ?"Aku tetap menggelengkan kepala.

"Baru beberapa bulan ini ?" Aku menggelengkan kepala lagi.

Dia menarik nafas, entah apa yang difikirkannya.

"Aku jawab sa.." Beum sempat aku menjawab dia langsung membekap mulut ku.

"Biar aku yang menebak." Laki-laki aneh, dan aku suka. Sial sekali.

"Seangkatan ?" Aku kembali menggelengkan kepala.

Dia menggeram kesal, aku mendengus untuk melecehkannya.

"Dari pertama masuk kuliah kah ?" Aku menggelengkan kepala, lagi. Aku lelah hey !

"Jangan-jangan, SMA ?" Raut mukanya benra-benar menampakkan keterkejutan. Aku fikir itu berlebihan, dan aku menganggukan kepala. Seketika itu mukanya semakin muram. Aku benci untuk berkesimpulan maka dari itu aku menampik dan mengosongkan semua fikiran ku.

"Kenapa ?" Dan jawabannya hanya gelengan ditambah senyuman yang dipaksakan, aku yakin itu.

"Lalu, yang tadi itu bener ?" Sekarang giliranku, jantungku berdegup kencang. Harapan yang aku yakin hanya sekedar harapan terus memaksa menggulung otakku. Aku sudah tau jawabannya, bisakah otak ini berhenti berfikir berbagai kemungkinan ? Kalian tau apa jawabannya ? Anggukan. Kalian pasti tau jawabannya apa, dan kalian pasti tau bagaimana raut muka ku saat ini. Tidak, aku tidak menangis dan tidak kecewa. Aku sudah menyiapkan tenaga untuk menahan otot-otot kekecewaan itu.

"Waw, di bulan ini kah ?" Kepalanya mengangguk lagi. Semua ini sudah cukup untuk ku, karena aku sudah tau siapa itu. Jangan tanya kenap karena aku ahli dalam bidang pencarian identitas seseorang.

Baiklah, aku sangat paham dengan keadaan ini dan sesuai dengan harapan ku. Aku lebih tenang mendengarnya walaupun beberapa bagian dari fikiran ini begitu keras meneriakan kekecewaan. Kesimpulannya adalah memang semesta tidak menginginkan kami melaju begitu jauh, cukup dalam lingkaran seperti marmut tetangga ku yang lucu it uterus berkelana dalam rodanya di jalur yang sama, tak berubah sampai kakinya lunglai.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 19, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ResahWhere stories live. Discover now