part 4

592 32 20
                                    

Violla

Apa aku harus berteriak agar dia mau meninggalkan tempat ini? Dia pikir, karna dia anak pemilik sekolah, aku akan takut padanya. Itu salah besar! Tidak ada kata takut di dalam kamus hidupku, kecuali dengan hewan buas, dan bang Vino tentunya. Karna wajahnya mirip hewan buas. Hahaha becanda deng, bisa di mutilasi aku kalau sampai dia dengar.

Sudah sepuluh menit, aku berusaha bicara dengannya. Tapi, malah aku yang berujung di bentak olehnya. Katanya aku menggangulah. Dia pikir dia siapa? nama saja aku hanya tau Rikus? Rikis? Siapa ya? Lupa, ok abaikan. Aku tidak perduli siapa namanya yang penting, sekarang dia harus pergi dari sini. Karna aku mau bocan di sini.

"Lo denger gak sih! gue bilang pergi dari sini!" sudah tiga kali, aku mengulangi kalimat yang sama. Tapi tidak di respon olehnya.

"Lo siapa, berani ngusir gue?" Tanyanya santai, tapi tatapannya itu loh. Kalau bisa bunuh seseorang melalui tatapan. sudah di pastikan aku tinggal nama sekarang tapi itu pun kalau mereka mengingatku.

"Gue Adriana Violla, anak ketiga dari tiga bersaudara. Punya kakak cowok, dan cewek. Nyokap gue dokter dan bokap gue--" pengenalan diriku terhenti ketika, dia dengan seenaknya membekap mulutku. Padahalkan dia yang tanya aku ini siapa, dan aku jawab. Apa salahnya coba?

"Gue, gak minta lo kenalin semua keluarga lo. Dasar cewek gila," ucapnya sambil melepaskan bekapan di mulutku dan 'WHAT? CEWEK GILA' wah gak beres ni orang. aku cantik gini di katain gila.

"Lo pikir lo siapa? Ngatain gue gila, sedangkan lo cowok sinting yang udah ngerusak ponsel gue. Udah syukur gue gak minta ganti," aku meninggikan suaraku agar di dengar olehnya, karna dia sudah lumayan jauh di depanku.

"Kenapa lo nyalahin gue? Lo sendirikan yang nabrak gue. atau, lo sengaja waktu itu, biar gue abil ponsel lo dan lo bisa pegang tangan gue?" Ucapnya mengeluarkan smirk yang buat suasana jadi horor.

"Lo pikir gue cewek apaan! mau di pegang ama lo, ih amit-amit ihss," udah gak mood lagi buat tidur mendingan aku balik ke kelas. Biarin aja deh kimia dari pada ngeladenin cowok yang resenya udah melebihi kapasitas.

Saat aku berjalan melewatinya, dia menahan lenganku. Wah gak beres ni orang, kalau aku di apapain gimana? apa lagi pintunya aku kunci. Dengan sekali hentakan, ku pikir tangan kekarnya itu akan melepas tanganku. Tapi, dia malah semakin mempererat genggamannya.

"Lepasin!" aku meronta meminta di lepaskan tapi dia malah mendorongku hingga punggungku menyentuh tembok. aww sakit, bisa remuk tulangku nanti.

"Gue kayak pernah ketemu deh sama lo, tapi di mana yah?" Ucapnya sambil mata elangnya meneliti setiap inci wajahku. Risih tau gak di liatin kayak gini.

"Yaiyalah, lo pernah ketemu sama gue waktu dibandara. Inget?" aku mengingatkan dia, waktu pertemuanku dengannya waktu dibandara itu.

"Mungkin, gue salah orang," ujarnya lalu berbalik, dan pergi meninggalkanku di sini. Dasar orang aneh.

Saat aku ingin menuju ke pintu keluar, aku teringat sesuatu. 'Kalau gue ke kelas sekarang, otomatis gue bakalan duduk sama dia lagi dong.' gak! mendingan aku di sini aja bocan sama angin.

Aku mencari tempat dan posisi yang baik untuk tidur, biar nyenyak tidurnya.

_€_£_¥_₩_

"Hooaaamm.."udah jam berapa sekarang? Kok, udah panas gini sih? Saat aku melihat jam di pergelangan tanganku, dan WOW... ini sudah jam satu siang, hampir jam dua malah. Aku tertidur selama tiga jam lebih, dan aku baru bangun sekarang?

Cepat-cepat aku bangun dan turun ke lantai dua, di mana kelasku berada. Saat di tangga hampir saja aku terpeleset. Ini sudah hampir jam pulang, dan aku sudah ketinggalan dua jam pelajaran bisa mati aku besok sama tuh guru.

Me & Bad Boy✔Where stories live. Discover now