part 20

232 13 0
                                    

Violla duduk dengan gusar di atas kasurnya. Ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Benar, ini benar-benar membingungkan. Ia tidak tahu siapa gadis yang telah berdiri di jalan itu. Lalu kecelakaan. Lalu hitam.

Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa dia bisa muncul di ingatannya. Lalu kenapa Violla ada di sana. Violla yakin, ia tidak pernah mengalami hal semacam itu. Pasti ada sesuatu yang tidak beres. Tapi apa?

Violla sudah membongkar seluruh isi kamarnya, tapi gambar gadis itu tidak ada sama sekali di sana. Jika benar dia mengenal gadis itu, paling tidak ada selembar foto mereka bersama. Tapi, nihil.

Violla berdiri dari kasurnya. Dia ingat, pasti ini ada hubungannya dengan seseorang yang di bicarakan Vino dan Vionna.

Dengan cepat Violla beranjak keluar kamarnya.

Violla melihat ke sekeliling rumah. Tidak ada tanda-tanda kedua kakaknya. Violla dengan segera beranjak mendekati kamar Vino.

Violla harus menemukan sesuatu disana. Harus.

Tangan mulusnya perlahan membuka pintu kamar Vino.

"Kamu ngapain?"

Violla tersentak kaget. Dilihatnya Vionna berdiri tak jauh darinya.

"Hah? Ah, kakak ngagetin."

"Oh, maaf kamu sih. Ngapain berdiri di depan pintu gitu. Nyari Vino?"

"Hah? Iya, Bang Vino dimana?"

"Oh, tadi katanya keluar mau main."

"Oh, gitu. Yaudah, Vio balik ke kamar."

Violla dengan segera berlari ke kamarnya. Vionna hanya memandang Violla sekilas, kemudian melangkah menuju kamarnya.

Violla mendengus kesal. Seharusnya dia sudah menemukan sesuatu di kamar Vino. Tapi kehadiran Kakaknya itu, semua hilang sudah.

"Argh, trus gue harus gimana?" ujarnya frustasi.

Dia sebenarnya tidak ingin mencari tahu. Tapi melihat sesuatu yang aneh dari kakaknya, Violla yakin sesuatu yang aneh itu pasti ada hubungannya sama gadis itu, juga kotak di kamar Vino.

Violla berjalan mondar mandir di kamarnya. Cara apa yang harus ia lakukan agar bisa masuk kamar Vino. Abangnya itu sunggu sangat mengutamakan privasi. Bahkan asisten rumah saja tidak ada yang pernah masuk hanya sekedar membersikan kamarnya. Jangan heran lelaki kurang waras itu sangat mengutamakan kebersihannya. Berbeda dengannya.

"Kamu ngapain bolak balik kayak setrika panas gitu."

Untuk kedua kalinya Violla tersentak kaget. Sungguh menyebalkan sekali. Apa hari ini adalah hari kejut sedunia?

"Abang sendiri ngapain berdiri di situ? Gak sopan banget masuk kamar orang gak ketuk dulu!"

"Eh! kamu kira udah berapa kali Abang ketok pintu kamar kamu? Itu kuping masih pake gak? kalau gak, kasih makan kucing aja sana."

"Kok jadi Abang yang rese sih!"

"Siapa yang rese? Au ah, Mama manggil. Di suruh makan, dari siang gak keluar kamar katanya."

"Iya, nanti aku turun," balas Violla lemas. Memang dari siang dia tidak makan. Entah, setelah disenggol mobil tadi, pikirannya tidak tenang. Seperti ada rasa cemas. Tapi tidak tahu untuk apa.

"Gak nanti, sekarang!" tegas Vino

Dan Violla mengalah. Dia juga manusia, butuh makan. Tidak mau wajah cantiknya hilang karna stres, ditambah tidak makan.

***

Semua orang berkumpul menyaksikan kejadian mengenaskan itu. Juga gadis itu.

Ia hanya diam. Tidak perduli dengan suasana di sana. Yang ia lihat saat ini hanya banyak cahaya juga keramaian. Suara-suara aneh, dan mobil ambulans.

Pikirannya kosong. Seseorang yang dia kenal ada di sana. Di kerumunan itu. Di balik mobil itu. Dia ada di sana.

"Aya," ujarnya pelan. "Aya!!" teriaknya lalu berlari masuk kedalam kerumunan itu.

Tidak perduli orang-orang yang menghalangi nya, ia tetap memaksa ingin masuk.

Sampai sebuah ledakan besar terjadi di sana. Semua terbakar. Mobil itu meledak. Semua lari menghindar.

***

Violla bangun dengan napas yang sesak. Jantungnya berdebar kencang. Keringat dingin meluncur bebas.

Apa yang ia mimpikan. Siapa itu Aya? Kecelakaan apa itu? Kenapa banyak orang di sana? Kenapa dia ada disana?

Kepala Violla pusing. Sungguh, Violla tidak pernah merasa seperti ini. Ini baru ia rasakan. Tapi seakan pernah.

Violla meraih gelas yang berada di nakas samping kasurnya. Meneguk air itu hingga kandas.

Violla kembali membaringkan tubuhnya. Mencoba meredakan detak jantung yang memacu kuat. Mencoba meredakan pusing yang dirasa.

"Aya?" lirihnya.

"Dia siapa? Aya? Vanya? Rikas? Ada hubungan apa mereka? Apa ini sebenarnya?"

Violla menutup mata nya. Mencoba kembali tidur. Itu yang harus ia lakukan sekarang. Tidur.

***

Vino menatap bingkai foto itu. Tersenyum pahit. Vino tidak pernah membayangkan sudah lebih dari tiga tahun, semua berlalu.

Semua tidak seperti dulu. Kini hanya ia yang tahu. Kenangan manis yang dulu. Tersembunyi indah dalam waktu. Tanpa ada orang yang tahu.

Vino yakin, jika dia masih ada, mungkin akan tumbuh menjadi gadis cantik sekarang.

"Kamu tahu, semua sudah berubah. Violla lupa sama kamu. Kami tidak bermaksud seperti itu, hanya ini jalan terbaik untuknya. Melupakan segalanya. Juga tentangmu."

***

Me & Bad Boy✔Where stories live. Discover now