Real Boss?

1.6K 228 3
                                    

"Kau mengotori tanganmu sendiri begini? Artinya kau sudah tidak punya pilihan lain, kau sudah terpojokkan, bukankah begitu, bos?" ejek Lucio.

"Memang, salah satu bawahanku benar-benar hebat, tidak hanya berkhianat, dia telah membereskan Doug, Falcon, dan banyak lainnya dengan membunuh mereka dengan satu rencana, baik secara langsung maupun tak langsung. Anggotaku yang menyamar di tiap divisi tewas dalam waktu hampir bersamaan, ada yang tewas karena racun, bahkan ada yang tewas karena saling membunuh satu sama lain, banyak yang terperdaya oleh kemampuannya, sayangnya dia cukup lengah di akhir rencananya dan berhasil kubunuh. Oh iya, satu lagi kesalahannya, yaitu membiarkan kalian berdua terbunuh." jelas Bos.

Lucio hanya diam dan memandang ujung pistol yang akan membunuhnya. Sesekali dia melirik Rachel yang bahkan sudah tidak bisa berbicara karena sangat ketakutan.

Dasar Cliff, kenapa tidak kaubicarakan dulu denganku?! Jika begini, tetap saja mereka menang.

"Apa sebenarnya tujuanmu melakukan semua ini?!"

"Oh, trik mengulur waktu ya? Tenang, tak akan ada yang datang kesini, hutan ini sangat sepi karena terkenal dengan mitos kesialan bagi siapapun yang memasukinya. Bahkan mungkin karenanya kau bersembunyi disini bukan? Aku sudah menduga sebelumnya dan ternyata tepat sekali. Selamat tinggal kalian berdua."

*DORR!!

Rachel yang jantungnya berdebar kencang karena menyadari kematiannya di depan mata kembali melihat ujung pepohonan dan bulan purnama di atas, beberapa bintang juga bersinar menghiasi suramnya tempat itu.

Apa aku sudah di alam sana?

Namun ketika membuka mata semakin lebar dan melihat sekelilingnya, dia sadar, dia belum mati!!

Lucio masih ada di sebelahnya dengan nafas terengah-engah, namun tidak ada bekas tembakan di badannya. Berarti?!

"Ke..kenapa?!" ujar Bos dengan susah payah karena peluru yang bersemayam di tubuhnya.

Seketika, inspektur Patrick muncul dengan membawa pistol.

"Tampaknya aku tepat waktu"  ujarnya.

"Bu..bukankah... Kau....sudah..."

"Anda salah. Pria bertopeng C memang datang ke rumah saya, namun tidak membunuh saya. Dia sadar bahwa anda memasang penyadap di topengnya, karenanya setelah menyuruh saya masuk rumah, dia menyalakan rekaman suara yang sudah ia siapkan sebelumnya, isinya tentang pembunuhannya terhadapku, bahkan ada suara tembakan asli di rekaman itu. Setelah itu, dia mematikan rekamannya, membuka topeng dan menutup penyadap di topengnya dengan filter yang tidak bisa ditembus suara, dan mengatakan pada saya rencananya, bahkan menyuruh saya pergi kemari untuk menolong Lucio dan Rachel. Katanya, penyadap itu pasti memiliki alat pemancar gps juga sehingga anda bisa melacak posisinya, karenanya dia sengaja datang ke rumahnya yang sudah anda siapkan, dia sengaja memakan umpan anda, semuanya adalah untuk menjebak anda seperti saat ini." jelas inspektur.

"Ba..j..ingan..tengik.." jawabnya sambil menahan darah yang keluar dari lukanya.

"Hutan ini jarang dimasuki orang, jadi tidak akan ada yang menemukan anda, kurasa saya hanya perlu meninggalkan anda disini. Lucio, Rachel, ikut aku ke tempat pamanmu, kita bicarakan disana."

"Baik" seru keduanya serentak.

Dalam sekejap, Lucio langsung memeluk inspektur. Hal itu tentu membuat kaget Rachel, dan bahkan inspektur itu sendiri. Hal yang paling tidak disangka oleh rachel, bahwa seorang Lucio Crezora bisa memeluk penyelamatnya.

"Terimakasih telah menolongku dan Rachel." kata Lucio sambil menangis bahagia.

"Kau harusnya berterimakasih pada Cliff juga" bisik inspektur karena tidak ingin Rachel dengar tentang Cliff.

The Hidden WarWhere stories live. Discover now