Perjalanan Lorong Waktu

1.1K 107 12
                                    

Saat itu, Joy tengah menyupir mobil dengan santai setelah bekejar-kejaran dengan waktu agar bisa mengantar paman dan bibinya kebandara tepat waktu. hari ini mereka ada tugas kantor yang harus segera di tanganinya di Pulau Jeju. Saat berhenti di perempatan Traffic Light tanpa sengaja Joy melihat seklebat bayangan kekasihnya Baekhyun tengah berciuman mesra dengan Yuri teman dekatnya.

Joy benar-benar terpukul melihat pemandangan tersebut, lantas dia turun dari mobil untuk memastikan apa yang dilihatnya. Diapun berlari dan mendekati pasangan yang tengah berciuman mesra itu, betapa terkejutnya Joy bahwa benar itu adalah Baekhyun dan Yuri teman dekatnya.

Kemarahan Joy sudah tidak dapat terbendung lagi. Kekasih yang amat disayanginya teryata menduakannya pun dengan sahabatnya sendiri. Saking kesalnya Joypun mengarahkan pukulan ketubuh Baekhyun. Baekhyun merasa ada orang yang hendak mencelakainya segera melakukan jurus tangkisan. Sehingga membuat Joy terlempar ke jalan yang padat akan kendaraan.

Tiba-tiba aku melihat ada cahaya terang mendekat akupun merasa ada sesuatu yang berat menghantam tubuhku. kepalaku menjadi pening dan penglihatankupun kabur. Aku tidak bisa mengingat apapun yang kuingat saat aku terbangun kemudian aku menemukan diriku ditempat yang tampak sangat aneh.

***

"Yeon Seo-ya Gwencana?" bisik lirih seorang wanita yang duduk disamping Joy berbaring saat itu. Tangannya dengan lembut mengusap wajah Joy dengan air hangat.

Joy mengedipkan matanya pelan memberi isyarat bahwa dia baik-baik saja.

Tubuhku terasa sangat lemah, serasa seluruh persendianku remuk. aku hanya mampu memberinya isyarat kedipan mata.

"Izinkan aku tidur sebentar saja. Aku sangat lelah" ujar Joy lirih yang mungkin terdengar seperti bisikan bagi wanita tersebut.

Wanita itu mengangguk tanda mengerti. Air matanya sudah menganak sungai dikedua ujung matanya, "istirahatlah sayang, ibu akan disini menemanimu."

Joy menutup kembali kedua matanya. Kemudian pulas dalam tidurnya yang panjang.

***

Tiga hari kemudian.

***

Joy kembali terbangun dari tidurnya yang panjang. kali ini Joy menemukan dirinya terbaring dikasur yang empuk dan hangat pakaiannya pun sudah di ganti dengan baju yang bersih dan kering. Rupanya Joy berada di salah satu kamar disebuah hanok bangsawan. Hal ini terlihat dari kamar yang luas serta furniture yang mewah.

Joy benar-benar menikmati tidurnya. Badannya terasa sangat ringan dan tidak sakit lagi. Hanya tersisa rasa pening di kepalanya.

Joy mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar yang terasa sangat tradisional itu. Tak lama seorang ahjuma (bibi) mengenakan hanbok sedikit lusuh masuk kedalam kamar yang ditempati Joy. Tampak terkejut melihat Joy yang sudah terbangun lantas ahjuma itu berlari keluar.

***

Seorang wanita berusia sekitar 30 tahun masuk ke kamar yang ditempati Joy dengan langkah tergesa dan sedikit berlari. Dia mengenakan stelan hanbok satin dengan warna cerah yang tampak mewah. Dari penampilannya bisa dipastikan dia bukanlah orang biasa. Benar saja, dia adalah Nyonya Kang, nyonya di rumah megah ini.

Serta merta Nyonya Kang menyerbu ke arah Joy dan memeluknya kuat.

"Putriku.. Yeon Seo-ya akhirnya kau sadar juga." butiran bening menetes deras membelah wajah putih Nyonya Kang.

Yeon Seo? Siapa Yeon Seo? Aku yakin Ini Pasti ada yang salah.

"Apa yang kau lakukan disana nak? Bagaimana kau bisa sampai di sana? Bagaimana keadaanmu? Katakan pada ibu dimana yang sakit." Nyonya Kang terus memberondong Joy dengan banyak sekali pertanyaan tanpa memberi kesempatan Joy menjawab.

Beberapa hari yang lalu, para pelayan Keluarga Kang menemukan Joy yang tidak sadarkan diri di sekitaran Lembah Nangnam yang terkenal angker dengan pakaian nyaris telanjang.

Setelah mendapat kesempatan bukannya menjawab pertanyaan nyonya rumah itu, Joy malah mengajukan sebuah pertanyaan bernada sumbang.

"Anda siapa? Aku dimana?" tanya Joy.

mendengar pertanyaan tersebut mata wanita itu membulat sempurna. raut kaget terpancar di wajahnya.

"Aku ibumu nak.."

***

Joy menatap wajah yang kini tengah terlelap disampingnya. beberapa butiran bening masih menggenang disana. tangannya menggengam erat tangan Joy. Seolah tidak ingin kehilangan lagi. Joy melemparkan pandangan ke jendela yang terbuka lebar. Perlahan dia mendekati jendela itu. Angin sejuk musim semi menerpa wajahnya, tampak beberapa pelayan dengan hanbok sederhana belalu lalang diluar.

Dimana ini? Kenapa disini tampak begitu kuno? Apakah semua ini nyata? Bagaimana bisa aku terlempar di bumi seperti ini. Apakah aku telah melewati semacam lorong waktu?

"Yeon Seo-ya!" sebuah panggilan mengagetkan Joy.

"Hei!! Yeon Seo-ya aku tak percaya kau benar-benar melakukan ini!" teriak seorang pemuda berusia sekitar 16 tahunan sembari terkekeh dari balik gerbang penghubung ruang perempuan dan laki-laki.

"Yaakk! kau juga berusaha membodohiku ya?! aku tau kau hanya berpura-pura!" teriak pemuda itu lagi. Dilihat dari hanbok yang ia kenakan sepertinya dia adalah tuan muda di rumah ini.

"oppa?" tanya Joy.

pemuda segera itu mendatangi Joy. Dia tampak mengenyitkan dahinya seolah penasaran dengan kata yang diucapkan Joy barusan.

"oppa? apa artinya?" tanyanya.

Joy menarik nafas pelan. Kemudian tersenyum simpul.

Sepertinya aku memang terlempar ke masa lalu.

Pemuda itu tampak mendengus kesal karena Joy tak memberinya jawaban.

"Oh ya kudengar kau menggunakan bahasa yang aneh saat berkomunikasi. benarkah? dimana kau mempelajarinya? apakah hantu-hantu Lembah Nangman yang mengajarimu?" kata pemuda itu lagi-lagi sambil terkekeh.

Joy menggendikkan bahunya. " Yeon Seo-ya apakah kamu benar-benar kehilangan ingatan?"

"Aku ibumu nak, kumohon ingatlah. Kau boleh lupakan yang lainnya, tapi setidaknya ingatlah aku ini ibumu!" tangis Nyonya Kang sudah tidak terbendung lagi. Nyonya Kang memeluk erat tubuh Joy sesekali nyonya kang memukul-mukul punggung Joy agar ia teringat.

"Apa maksud anda? Mengapa anda mengaku-aku sebagai ibuku? Anda sama sekali bukan ibuku!" teriak Joy tanpa empati.

Nyonya Kang semakin menangis sedih dia terus berusaha meyakinkan Joy bahwa dia adalah ibunya.

"Oh.. kalian pasti sedang mengerjaiku bukan? Baiklah, tunjukkan kepadaku dimana kameranya. aku menyerah! akting kalian sungguh luar biasa!! aksen bahasa, properti atribut semuanya luar biasa!! ku benar-benar seperti terjebak di era kekaisaran joseon! kalian semua Daebakkk!!" teriak Joy hopeless sambil memandangi satu persatu mata oranga-orang yang ada disekitarnya. Berharap menemukan kebohongan dimata mereka. Tapi nihil dia tidak menemukan sorot kebohongan disana.

Kuharap semua ini hanya sandiwara dari sebuah reality show. Tapi kenapa mereka memandangiku seperti itu? Ini hanya sandiwara kan?

Semua mata memandang ganjil ke arah Joy, seolah tidak mengerti apa yang Joy ucapkan. suasana tiba-tiba menjadi hening, hingga akhirnya seorang laki-laki tambun masuk masuk kekamar dan memecah keheningan. Laki-laki tersebut menyeret Nyonya Kang kedepan pintu kamar.

"Istriku, sepertinya putri kita gila!" kata laki-laki itu setengah berteriak sehingga mampu didengar oleh Joy.

Mendengar ucapan suaminya tangis Nyonya Kang semakin pecah. Serta merta Nyonya Kang berlari memeluk Joy erat, dengan setengah berteriak dia berkata, "putriku baik-baik saja! kalian semua tinggalkan kami berdua disini!"

Setelah mendengar ucapan dari Nyonya itu, aku menyadari semua itu bukan sekedar settingan. Tuhan, aku benar-benar terlempar kemasa lalu.

TBC (To Be Continue lho bukan Tubercolosis.. Hag..hag..hag.. serius amat sih)

Please vote and comment ya dear..

True love - EndWhere stories live. Discover now