Nama Lain

14K 970 12
                                    

Wahai dzat yang maha membolak-balikkan hati, teguhkan lah hatiku di atas agamaMU. Do'aku sebelum membaca derat huruf yang membentuk sebuah nama itu.

Hatiku mencelos saat mendapati satu nama di baris pertama pada lembar kertas ini. Muhammad Harun. Satu nama yang baru saja tertangkap indra penglihatanku, juga gambar wajah yang asing untukku.

Dari riwayat pendidikan, lelaki ini tidak perlu di ragukan lagi. Lulusan dari universitas yang menduduki pringkat ketiga di Indonesia, dan sekarang bekerja sebagai seorang dosen di universitasku, fakultas tekhnik.

Dosen muda, yang usianya hampir menginjak 26 tahun, apalah aku yang hanya seorang gadis  yang belum menginjak usia 22 tahun yang baru-baru ini meraskan jatuh cinta tapi harus di hadapkan dengan pilihan seperti ini.

Aku teringat satu hadits yang di riwayatkan oleh Tarmidzi "jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar." Na'udzubillah mindzalik.

Dapat ku simpulkan secara nalar dan kasat mata, lelaki ini adalah lelaki yang baik agama dan akhlaknya. Dari foto yang dia lampirkan wajahnya bercahaya dengan janggut tipis, dan juga dia datang dengan CV tawaran untuk menikah bukannya mendatangi wanita dengan jalan pacaran, sudah ku prediksi dia mengerti tentang agama. Jadi apa yang harus aku lakukan? Menyetujui ta'aruf atau tetap bertahan menunggu kalau-kalau kak Adam yang datang mengajukan lamaran padaku? Jangan bermimpi Loviaaaa! hentikan khayalan yang hanya akan menjerumuskan kamu!

Lalu apa sekarang? Apa aku harus menerima laki-laki ini? Aku tidak mengenalnya apa lagi mencintainya. Tapi kata orang cinta bisa di tumbuhkan setelah pernikahan. Pertanyaanku sekarang apa aku bisa melupakan jantungku yang seperti akan lepas setiap mendengar suara kak Adam? Tidak...tidak itu seperti hal yang tidak mungkin.

Ku ingat-ingat lagi cerita yang dikisahkan oleh Ummi Fatimah waktu itu, baginda MUHAMMAD Solalallahu'alaihi wa sallam pernah menolak lamaran Abu Bakar dan Umar Radiallahu'anhuma untuk putri kesayangannya Fathimah Radiallahu'anha. Saat itu Fathimah mencintai Ali dalam diam hingga bahkan syetan tak mengetahuinya. Hingga akhirnya datang saat dimana Ali menemui sang Ayah. Apa kisahku juga akan berakhir semanis itu? Rabbi aku percaya skenarioMu adalah yang terbaik.

.

.

Setelah semalaman berfikir dan istikhoroh, pagi ini keputusanku sudah bulat. Aku akan datang menemui umi untuk mengembalikan amplop ini. Ku rasa sah-sah saja seorang wanita menolak pinangan seorang laki-laki apalagi ini baru di tahap ajakan ta'aruf ini bukan apa-apa.

"Assalammu'alaikum Ummi."

Aku menyapa Ummi dari luar pagar bambu yang tak terlalu tinggi mengitari rumahnya. Beliau sedang asik menyirami tanaman di halaman rumah yang sangat menyejukkan ini. Ku akui kedatanganku masih terlalu pagi, apalah dayaku? Aku hanya tidak ingin menundanya lebih lama hingga Ummi akan berfikir aku bersedia.

"Wa'alaikumu salam, eh Via. Ada apa Vi? Kok pagi sekali? Ayo... ayo masuk dulu."

Aku tersenyum, ummi pasti sudah tau maksud kedatanganku sepagi ini.

"Jadi ada apa Vi? Apa kamu mau berta'aruf terlebih dahulu dengan Harun?"

"Ma.. maaf umi. Via belum siap."

"Ummi yakin bukan itu alasannya, tapi apapun itu umi percaya Via tau keputusan terbaik untuk hidup Via."

"Iya Umi. Via pamit dulu mau berangkat ke kampus."

Ku letakkan map coklat yang sudah ku buat kumal karna semalaman ku buka-tutup itu di atas meja. Semoga ini adalah keputusan terbaik.

.

Surga Sederhana [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang