12. Excusationem

1.7K 234 47
                                    

Jam menunjukkan pukul 3 pagi, Joy yang baru pulang dan membuka pintu kamarnya bergegas menutupnya lagi dengan ekspresi begitu terkejut. Barulah setelah ia menyadari serta dapat mengontrol normal degup jantungnya, Joy kembali membuka pintu kamarnya yang kemudian mendapati Chanyeol tengah berdiri di sudut ruangan dengan jubah Tartarusnya. Wajah pucatnya terdapat banyak bekas luka, lelaki itu tampak amat sangat bersedih. Satu tangan yang masih terluka parah terlihat telah dibalut dengan kain dan kayu penyangga.

Joy berjalan mendekat perlahan dan mengamati Dewa tinggi itu dengan seksama. Lalu satu tangannya terjulur menangkup di salah satu sisi wajah Chanyeol.

"Kai tertangkap di negeri Tartar karena aku tak bisa menjaganya," kata Chanyeol dengan mata berkaca-kaca. "Aku akan semakin terlihat buruk di matamu, aku payah. Itu yang akan kau katakan padaku bukan?"

Joy hanya menggeleng lemah, mengusap pipi Chanyeol dengan lembut lalu menurunkan tangannya.

"Kau muncul dengan begitu menyedihkan, apa luka ini yang kau dapat untuk menyelamatkannya?"

Giliran Chanyeol yang menggeleng.

"Sedikit menyerang tapi sama sekali tidak bisa menyelamatkannya."

"Tidak apa-apa, setidaknya kau sudah berusaha, kau terluka dan kau menyesalinya."

Chanyeol dan Joy saling menatap intens, kemudian satu lengan Chanyeol yang tak terluka melingkar merengkuh bahu Joy dengan erat.

"Aku begitu merindukanmu...." suara bisikan Chanyeol menyejukan jiwa Joy, gadis itu tersenyum samar lalu mendekap tubuh tinggi di hadapann penuh kerinduan. Hal yang sama yang ia rasakan sejak lama.

"Jangan bersedih, saudaramu pasti akan baik-baik saja di sana. Kumohon berhenti menyalahkan dirimu sendiri."

Chanyeol mengangguk meski hatinya tetaplah bersedih. Tapi pertemuannya dengan Joy setidaknya bisa mengurangi rasa sesak yang ada di dadanya semenjak kejadian naas itu.

"Biar kulihat lukamu," Joy membawa Chanyeol duduk di tepian tempat tidur. Ia mengoles luka-luka lecet di wajah Chanyeol dengan kapas lantas mengolesinya dengan obat antibiotik.

Dewa itu terus memperhatikan betapa Joy sangat telaten merawatnya dan kembali rasa bersalah serta penyesalan yang sempat ia tepis kini menyeruak hebat di hatinya.  Bersalah karena telah mengalahkan Dewi asmara itu dan menyesal telah membiarkannya menjadi manusia kesepian di bumi.

"Berhentilah bekerja malam hari. Wajahmu sangat layu dan tubuhmu sangat kurus. Kau tidak menjual batu permata yang aku berikan padamu?"

Joy menutup kotak obat sembari mendesah berat.

"Akan kulakukan jika aku benar-benar membutuhkannya. Sejauh ini hidupku baik-baik saja, jangan khawatir. Awalnya memang berat, tapi karena sudah terbiasa, semuanya berjalan dengan lancar."

Mata Chanyeol memandang nanar ke seluruh ruang kamar yang sekarang sedang ia tempati.

"Bukan karena jam kerja malammu yang aku khawatirkan, tapi laki-laki yang ada di sekitarmu, kau harus waspada. Tidakkah mereka sering menggodamu?"

Joy tersenyum getir, melempar tatapan meledek pada lelaki di depannya.

"Cemburu padaku?"

Chanyeol tak menjawab, kentara sekali jika ia salah tingkah lalu mencoba mengalihkan perhatian Joy dengan pura-pura meringis kesakitan karena lukanya.

Joy hanya dapat mengulum senyum sembari menaruh kotak obatnya di atas lemari pakaian. Ia lalu membanting tubuhnya di atas tempat tidur.

"Kutemani kau istirahat."

Stupid Cupid (Unpublish~tersedia dalam bentuk Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang