19. Shoot Anonymous

2.1K 277 109
                                    

"Akan kubantu kau melepaskan baju ini dan kita akan melakukannya secara perlahan..."

Hyorin mendekatkan bibirnya pada Sehun, namun saat ciuman itu hampir saja terjadi, seperti ada sesuatu yang membuat Sehun ingin bergerak mundur. Ia lantas menolehkan wajahnya ke arah lain, menghindari sentuhan Hyorin kepadanya.

Hasrat itu mendadak hilang dari pikirannya. Dan lagi, bau parfum Hyorin membuat perut Sehun bergejolak ingin muntah. Ia sama sekali tidak merasakan degup jantungnya berdetak cepat, justru hanya merasakan sesuatu yang aneh yang mendadak menusuk ulu hatinya. Ia pun dengan cepat menepis kedua tangan Hyorin yang hendak membuka kancing bajunya.

"Maaf, aku tidak bisa melakukannya denganmu," Sehun akhirnya mundur selangkah. Ia kembali mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyerahkannya kepada Hyorin. "Kau pulanglah naik taxi, aku minta maaf."

Tidak perlu berlama-lama lagi, Sehun bergegas keluar dari kamar itu dan berjalan cepat menyusuri lorong koridor hotel dengan sesekali mengumpat bodoh pada dirinya sendiri. Hasrat itu bukanlah tentang bagaimana ia ingin bercinta dengan wanita. Tapi Sehun benar-benar menginginkan Irene, bukan yang lain, hanya Irene-Dewi asmaranya.

Laju mobilnya melesat cepat di tengah jalan raya tanpa peduli dengan kendaraan lain yang terus mengklaksonnya. Sesekali lelaki itu tampak resah, mengusap bagian bawah dagunya sambil bergumam macam-macam tentang hal bodoh yang telah ia lakukan. Bersumpah dalam hati, Sehun benar-benar menyesal telah mengikuti anjuran Baekhyun untuk pergi ke rumah bordil itu.

Setengah jam kemudian, mobilnya telah sampai di area parkir sebuah apartemen. Sehun setengah berlari masuk ke dalam lift untuk segera menemui Irene. Lelaki itu memencet bel berulang kali, namun sudah hampir tiga menit berlalu, pintu itu tak ada yang membukanya. Berbagai macam pikiran buruk bergelayut di dalam isi kepalanya, Sehun takut jika Irene pergi dari sisinya. Dan apakah gadis itu masih mau berbicara dengannya setelah kejadian buruk itu terjadi diantara mereka?

"Kau? Ada apa kemari?"

Suara lembut khas Irene menyeruak hangat di telinga Dewa pengganggu itu. Sehun berbalik, mendapati Irene sudah berdiri tepat di belakangnya dengan ekspresi wajah yang kebingungan.

"Maaf..," tidak bisa lagi menahan rasa bersalahnya, Sehun melingkarkam kedua lengannya di tubuh Irene, memeluk gadis itu dengan sangat erat lantas membenamkan wajahnya dalam-dalam.

Irene yang terkejut tidak dapat berkata-kata, ia hanya membeku untuk beberapa detik ke depan.

"Maafkan aku...aku benar-benar minta maaf..."

Seharusnya Irene marah dengan kejadian buruk yang sempat menimpanya. Namun detik berikutnya, ia pun melingkarkan tangannya di punggung Sehun, mengusapnya secara lembut meski awalnya ia merasa sedikit canggung.

"Aku baik-baik saja...tidak apa-apa. Tapi setelah ini, tolong menjauhlah dan jangan muncul lagi dihadapanku."

-----

Sehun berjalan di pinggir trotoar lalu muntah-muntah disana. Baru pernah ia merasakan rasa sedih yang sepedih ini.

Apakah kedewasaannya itu salah? Hal itu bukan dirinya yang mengiinginkannya tapi muncul dengan sendirinya dan ia tak tahu akan mengalami hal itu ketika dirinya sedang berada di bumi. Menangisi Irene yang pergi meninggalkannya karena marah adalah suatu hal konyol bagi Sehun awalnya. Tapi entah mengapa hatinya merasa kesal mendengar Irene menolaknya bicara, menjelaskannya.

Apa benar ia mencintai gadis itu? Bukankah aktingnya ini hanya untuk sekedar menarik perhatian Irene agar dapat menggagalkan tugasnya sebagai Dewi asmara?

Sehun merogoh ponselnya yang terus bergetar. Ia membaca nama Baekhyun muncul di layar.

"Hey, dimana kau bocah tengik? Ini tengah malam, apa kau sedang bercinta dengan lusinan wanita disana? Cepat pulang!"

Stupid Cupid (Unpublish~tersedia dalam bentuk Buku)Where stories live. Discover now