Bagian Satu

5.1K 454 101
                                    


Halo, 😁 masih pada ingat aku?

-Insiden Lewat Tengah Malam-
🍁🍁🍁

"MAMAAAAA!"

Sebuah teriakan panjang, disertai bunyi gedebak-gedebuk yang keras terdengar dari kamar atas. Tak lama kemudian, bunyi gaduh lain menyusul. Pintu-pintu di kamar bawah membuka, penghuninya berlarian menaiki tangga sambil membawa HP yang digunakan sebagai senter. Seluruh penjuru ruangan dalam keadaan gelap gulita karena listrik mati.

"Apa? Apa? Ada maling?" Suara seorang perempuan terdengar.

"ADUH! Kakiku siapa yang nginjak siiih?!" Lalu, suara khas anak remaja perempuan menimpali.

"Kenapa? Kenapa? Bass diperkosa?!" Kali ini, anak laki-laki yang bicara.

"Mama mana Mana?" Tiga suara itu, tiba-tiba bercampur menjadi satu, berteriak histeris.

"Ini Mama! Bisa diam nggak kalian?!"

"Ini ada apaan, sih?" Suara pria dewasa menyusul belakangan.

Gedubrak! Bunyi benda jatuh kembali terdengar bersama teriakan anak laki-laki dari dalam kamar yang ada di dekat sana.

"Bass???"

"Mamaaa! Bass buta, Ma! Bass nggak bisa lihat apa-apa!"

"Bass disiram air cabe? Atau, jangan-jangan, matanya diitu... Diapain sih namanya? Dilakban?!"

"Bang Atha dari tadi ngomongnya ngawur deh! Diam dulu kenapa?!"

Pintu kamar yang masih tertutup itu, didobrak beramai-ramai sampai terbuka. Kemudian, semua senter mengarah ke sana kemari, mencari keberadaan si peneriak tadi. Ketemu! Orangnya lagi dalam posisi nungging, sambil meraba-raba lantai. Melihat cahaya bermunculan, sosok itu bangkit berdiri dengan muka ketakutan.

"MAMA?!" serunya, lalu berjalan mendekati mamanya. Ekspresinya persis seperti orang depresi berat.

"Kenapa, Bass? Kenapa?" Papa bertanya, dengan muka panik.

"Abang kenapa?"

"Iya, Abang kenapa, kok teriak-teriak?"

"Kenapa sih, lu, Nyet?"

"Silau, woi!" Bass mengangkat satu tangannya untuk menutupi wajah.

Abangnya yang bernama Atha, mengarahkan senternya ke seluruh ruangan. "Itu kenapa kursi sampe kebalik, sih?"

"Ini ada apa, sih, Bass? Kok kamu teriak-teriak?" tanya Mama. Perempuan itu berjalan mengelilingi kamar. Tidak ada apa-apa, tapi semua benda berserakan di lantai.

"Kok rumah kita gelap, Ma?"

"Iya, soalnya Mama tadi sore lupa beli token. Jadi, listriknya mati."

"Jangan bilang Abang takut?"

Krik...
Krik...

"Ya Allah, Abang! Gara-gara mati lampu aja teriak-teriak?"

"Sumpah, Atha pikir tadi Bass diperkosa!"

"Nggak mungkinlah, Bang!"

"Abang bikin orang kaget aja deh!"

"Tau nih, Bass! Kalo takut kan bisa turun ke bawah!"

Bass sama sekali tidak merasa bersalah atas keributan yang terjadi karena dirinya. Malah, dengan muka lempengnya, cowok bertubuh jangkung itu berkata, "Tadi Bass mau turun, tapi tiba-tiba... Bass lihat gorden jendela goyang-goyang."

"Iyalah ketiup angin, goblok, emang lo pikir Kuntilanak lagi goyang dumang?"

Bass menatap kesal ke arah Atha, tengsin mengakui kalau cowok itu benar. Bass memang penakut, lebih-lebih pada hantu. Dulu sih nggak pernah separah ini, tapi, sejak ada anak baru yang bisa lihat makhluk halus di sekolahnya, remaja 17 tahun itu semakin parno sama segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia lain.

"Ya udah, ya udah! Bass tidur bareng Atha malam ini. Token listriknya besok Mama beli!"

"Mama, siiih, kemarin kan, Pelita udah kasih tahu kalau listriknya bunyi-bunyi." Si kecil berujar kesal.

"Ya udah, pada keluar semuanya. Udah jam satu, ayo, lanjut lagi tidurnya." Papa menengahi perdebatan itu.

Mereka pun keluar kamar dan menuruni tangga bersama-sama. Namun, tiba-tiba, langkah mereka berhenti sewaktu mendengar ada suara langkah lain di bawah.

"Siapa?"

"Maling?"

"Setan?"

"Dugong?"

"Jangan-jangan...."

"Pssst!" Papa memberi kode untuk mereka supaya diam. Lalu, Papa mengarahkan senternya ke bawah tangga, di mana satu sosok berbaju putih berdiri di sana, dengan rambut panjang mencapai pinggang dan muka yang super duper putih.

Untuk beberapa detik, mereka dan sosok itu saling pandang, sampai akhirnya...

"AAAAA!" Mereka semua teriak ketakutan.

"Lempar pake senter! Lempar!"

Pletak!

"Aduuuh! Kepalakuuu!"

Hening sejenak.

"Naomi?" Mama bersuara, menyebut nama anak perempuannya yang lain.

"SAKIIIIT! SIAPA YANG BARUSAN LEMPAR AKU PAKE SENTER?!"

Belum sempat ada yang memberi jawaban, tiba-tiba, Pelita, anak paling kecil di keluarga itu berseru keheranan, "Iiihh, ini air apaaa?"

➿➿➿

Salah TaksirWhere stories live. Discover now