Bagian sepuluh

1.3K 236 26
                                    

Halo, masih bertahankah kalian?

🍁🍁🍁🍁

Sungguuuuh, kumerasa resah....

Bass mengeleng-gelengkan kepala melihat Naomi yang sedang bergoyang-goyang di depan ponselnya. Belakangan, Bass baru tahu kalau ternyata kakaknya itu hobi banget membuat video nggak jelas di sebuah aplikasi yang lagi eksis beberapa bulan terakhir ini.

“Ngapain sih?” Bass nongol di belakang Naomi, sengaja mengganggu. Begitu melihat tampilannya di kamera, Bass merapikan rambutnya, berlagak seolah sedang bercermin.

Naomi tak menyahut, dia menempelkan jari telunjuknya di atas telapak tangan yang lain sambil menggoyangkan tubuhnya sedikit. Beberapa saat kemudian, ia mengambil ponselnya yang tadi dia letakkan di lemari TV, melihat hasil rekamannya.

“Ya elah, ada monyetnya,” kata Naomi sambil melirik Bass. “Dibuang sayang, upload aja deh,” tambahnya lagi.

Unfaedah. Bisa ngelakuin sesuatu yang bermanfaat nggak sih?”

“Hidup itu nggak enak kalo lurus-lurus aja. Belokin dikit,” ucap Naomi sambil menyeringai.

Bass malas menjawab, dia segera berjalan ke meja makan.

“Bang Atha mana, Pelit?” tanya Bass pada Pelita yang sedang melahap sarapan paginya.

“Pe-li-ta, keles.” Adik bungsunya itu protes. “Kata mama, Bang Atha sakit.”

Bass manggut-manggut. “Sakit jiwa, kan?”

“Sakit hati gara-gara kalian kerjain tadi malam.” Amanda datang dengan membawa sepiring nasi goreng.

“Oh, punya hati juga ya dia.”

“Asal Mama tahu aja, ya. Tadi malem itu dia duluan yang ngerjain aku sama Bass.” Naomi menarik kursi di seberang Pelita. “Ya udah kami bales dong. Emang enak dikerjain. Hahaha. Sampe pipis di celana lagi, hahahah!”

Bass ikut ketawa. “Hahahaha, sumpah, gue ngakak setiap ingat kejadian itu. Hahaha!”

“Iya, sama kayak kejadian lo kemarin. Pipis di celana juga kan lo? Hahahaha!"

Bass langsung diam. Naomi emang minta disikat.

“Kalian itu ya, kalo mau nge-prank, jangan yang bikin orang jantungan, apalagi sampe demam begitu. Entar, kalau ada apa-apa, gimana? Siapa yang tanggung jawab?” Amanda memulai khotbah.

“Dia yang duluan,” sahut Bass enteng.

“Pokoknya gue benci sama kalian! Awas aja lo berdua!” seru Atha dari pintu kamarnya.

Semua orang menoleh padanya. Atha terlihat kusut banget pagi ini, kayak uang lima ribu yang diremas-remas.

“Hahaha.” Bass dan Naomi justru tertawa melihatnya, bukannya kasihan. Saudara bukan, sih?

“Makanya, jadi orang jangan suka nakut-nakutin. Emang enak dikerjain?”

Atha melihat Bass dengan penuh dendam. Kalau matanya punya magic, bakal dia ubah tuh si Bass jadi lalat ijo.

Ya, meskipun sebenarnya dia yang salah sih. Tapi, Atha tengsin bilang sori. Yang dia bilang justru, “Gue doain kalian jomblo seumur hidup. Mampus.”

“Nggak bakal dijabah.”

“Jomblo nyari temen.”

“Gue punya pacar, kali.”

“Siapa? Kenalin sini ke Mama!”

Atha terdiam. Mendadak, ia merasa suasana ini lebih horor ketimbang malam tadi.

“Taruhan! Atha punya pacar apa enggak?” Naomi mengeluarkan uang seribuan.

“Enggak!” Bass juga mengeluarkan uang seribuan yang sudah lecek.

Atha menggeretakkan gigi, gemas dan rasanya pengen nonjok. Bisa-bisanya mereka taruhan dengan harga serendah itu? Sepuluh ribu bisa, kali.

“Gue punya. Bakal gue bawa ke sini. Dan kalian,” Atha menunjuk Bass dan Naomi secara bergantian, “kasih gue benda berharga yang kalian punya kalo gue beneran bawa pacar ke rumah. Titik.”

Bass dan Naomi tampak berpikir keras. Sepertinya Atha sangat serius, meskipun sebenarnya mereka ragu.

Nggak mungkin Atha punya pacar.

Nggak mungkin ada yang mau sama cowok aneh kayak dia.

Atha kan takut sama cewek.

Atha itu kan–

“Woi! Gue serius. Kalo gue berhasil bawa pacar gue ke sini, gue ambil barang-barang berharga kalian!”

“Ya udah Mama juga ikut ya. Kalau nanti kamu berhasil bawa, Mama beliin cilok satu gerobak.”

Amanda ragu.

Soalnya sejak remaja, Atha nggak pernah kelihatan dekat sama cewek selain keluarganya.

Atha itu kan pemalu kalo bertemu lawan jenis.

Meskipun agak gesrek, tetap aja sampai sekarang Atha belum pernah bawa pacarnya ke rumah.

Atha itu kan aneh.

Atha doyan cewek nggak sih?

Atha–

“Oke! Deal!” Atha mengakhiri pembicaraan lalu masuk ke kamar dan menutup pintu.

“Hahaha. Anak Mama itu aneh, ya. Cakep-cakep nggak punya pacar.” Naomi buka suara.

“Emangnya, Kak Naomi punya?”

Krik...krik...

“Lo nggak punya pacar?” Bass jadi penasaran karena Naomi tidak langsung menjawab pertanyaan Pelita tadi.

“Emangnya lo punya?” Naomi balik nanya, agak ngotot.

Bass melirik mamanya dan Pelita yang menengoknya penasaran.

“Banyak sih yang mau, tapi–”

“Masa kalah sama Kak Anggia. Dia aja udah punya pacar. Tadi pagi udah dijemput sama pacarnya di depan rumah pak RT,” potong Pelita yang langsung membuat ketiga orang di depannya terkaget-kaget, terheran-heran.

“Serius?” tanya Bass.

“Iya dong. Orang Kak Anggia sering curhat ke Pelita kalau dia punya pacar di sekolah. Terus, dia bilang jangan kasih tau siapa-siapa.”

Amanda menoleh menatap Bass dan Naomi secara bergantian. “Sabar ya, Mblo!” ucapnya kemudian.

Gubrak!

Pintu kamar terbuka lagi dan wujud Atha nongol. “Itu serius atau Hoax?”

“Serius. Pelita juga udah punya pacar, kok. Namanya Banyu. Boleh nggak, Ma, kalau Pelita punya pacar?”

Amanda melirik ketiga anaknya yang lain, kemudian berkata, “Sabar ya, Mblo. Ini ujian.”

“Astagfirullah, Pelita. Kamu masih 10 tahun, Dek,” seru Naomi, tak habis pikir.

“Tauk nih, Pelit. Masih kecil itu nggak boleh pacaran.” Bass menambahi.

“Nggak ada faedahnya!” Atha ikut menimpali.

“Terus, gimana dong?”

“Putus!”

“Iya putus.”

“Harus.”

Amanda menatap Bass, Naomi dan Atha bergantian. “Jomblo...nyari temen.”

“...”

Pelita menggangguk. “Sabar ya, gaes. Ini ujian.”

🍁🍁🍁🍁🍁

An ////Pendek biar jadi panjang (?)
Maksudnya Bab nya kwkwkw

Salah TaksirOnde histórias criam vida. Descubra agora