BAB IIITEKA-TEKI KEMATIAN

79 11 1
                                    


Keesokan harinya Bradley, Tiffany, Kevin, Ray, Sherly dan Rachel segera pergi kekantor polisi untuk memberikan beberapa keterangan tentang benda-benda yang mereka yakini itu milik Luna. Mereka masih tak percaya dengan apa yang terjadi untuk sekarang ini. Semuanya benar-benar berada diluar nalar mereka. Polisi memutuskan untuk mengetes DNA rambut Luna dan rambut sipelaku dan jika benar ada kecocokan maka dapat dipastikan bahwa Luna masih hidup. Dan itu membuat Bradley berang, bagaimana mungkin? Ayolah jangan bercanda ia melihat sendiri bagaimana Luna dikebumikan.

Bradley menggebrak meja dengan kasar dan berlalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kevin bangkit dari duduknya membukuk meminta maaf atas kelakuan sahabatnya, berharap polisi itu mengerti. Setelah mengannguk paham dengan seulas senyuman dari polisi itu mereka pun bergegas pergi untuk menyusul Bradley.

Mereka menuju parkiran. Bradley disana, ia berada didalam mobil.

"Kita harus kerumah Anna. Aku akan menanyakan pelakunya!" ujarnya kalut. Setelah mendengar perkataan polisi itu emosinya jadi tidak stabil

"Bagaimana mungkin mereka mengatakan bahwa Luna masih hidup?" lirih Rachel takpercaya sementara yang lainnya hanya diam mematung

"Naiklah! Kita akan pergi ke boston untuk bertemu dengan Anna." Perintah Bradley

"Tapi, kau tidak bisa menyetir dalam kondisi seperti ini.. mengertilah.." tutur Sherly lembut

"kondisi mu sedang tidak stabil, aku tidak mau mati konyol jika kau yang bawa mobil" sunggut Kevin kesal

"Baiklah! Ray, kau saja yang bawa mobil!" perintah Bradley mutlak membuat Ray mendencak kesal, ia beranjak lalu pindah duduk disebelah kemudi.

"Terserahlah.. " Gumamnya yang sedari tadi diam lalu segera memasuki mobil

Posisi mereka, Ray membawa mobil dengan Bradley disebelahnya. Ditengah ada Sherly dan Kevin dan diposisi paling belakang ada Tiffany dan Rachel.

"Huh! Seharusnya aku yang berada disamping Ray" keluh Rachel, mereka yang tidak mau ambil pusing atas sikap ke kanak-an Rachel memilih untuk bungkam dan menyetel musik bervolume sedang.

-oo0oo-

PERFECT SCANDAL

.'-Weskley Homes, 03.15 pm-'.

Sesampainya dirumah kediaman keluarga Weskley. Pintu gerbang terbuka otomatis memunculkan dua orang security penjaga gerbang.

"Untuk kali ini saja. Tahan emosi mu bradley! Selebihnya biar aku yang urus." Kata Sherly sambil menepuk bahu Bradley lembut

Keluar dari dalam mobil Sherly langsung menghampiri kedua satpam tersebut didampingi oleh Kevin disebelahnya.

"Ada perlu apa?" tanya kedua security tersebut heran. Sherly dan Kevin mulai berbincang sebentar dengan security tersebut. Lalu, seorang security masuk kedalam postnya menghubungi salah seorang rekannya yang berada didalam untuk meminta persetujuan.

"Silahkan, maaf menggangu waktu anda." Tutur security itu sopan. Sherly dan Kevin menganggukkan kepalamya pelan lalu berjalan kembali masuk kedalam mobil.

"Bersikap baiklah! Jaga emosi kalian jika tidak ingin rencana kita gagal." Tegas Sherly serius. Melajukan mobilnya memasuki perkarangan rumah keluarga Weskley yang cukup luas.

Setelah selesai memarkirkan mobil mereka melangkah menuju pintu utama. Sherly mulai berkomunikasi lewat intercome dengan seseorang didalam rumah agar dibukakan pintu. Pintu terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya yang mereka yakini sebagai Mrs. Weskley atau ibu dari Anna Weskley. Ia tersenyum ramah, mempersilahkan Bradley, Tiffany, Ray, Rachel, Kevin dan Sherly untuk masuk kedalam. Sembari duduk disofa Kevin mulai membuka percakapan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 03, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PERFECT SCANDALWhere stories live. Discover now